Jumat, 04 September 2009

Pasar Kembang

di sebuah sudut di jalan itu, ku jumpa dirimu. sekadar untuk berbincang tentang kita.
dan, kita duduk di sebuah beranda rumah tua. sebuah kisah meluncur dari bibir mungilmu.
usia kita mungkin sebaya, tetapi kau tampak lebih tua. ah, bagiku itu bukan masalah

ku dengar kisahmu dengan resah, dengan gundah
ah, mereka begitu rendah menilaimu
meski mereka tak tahu awal kisahmu
dan, lelaki kecil itu menggelayut manja di lenganmu
tampan, mungkin saja setampan ayahnya

ku dengar kisahmu dengan resah, dengan gundah
sembari memandang lelaki kecilmu itu
ah, di mataku kalian begitu hebat
meski mereka menganggapmu bejat

bagiku, mereka yang bejat
sok bermartabat

ku dengar kisahmu dengan resah, dengan gundah
lima tahun lalu, ketika kalian bertemu
di sebuah kampus pinggir kota
kalian adalah mahasiswa dari luar kota
dan, kalian jatuh cinta pada pandang pertama

ku dengar kisahmu dengan resah, dengan gundah
sebuah kisah berjalan atas nama cinta
dan, mereka menyebutnya zina

ku dengar kisahmu dengan resah, dengan gundah
ketika benih cinta mulai tumbuh di rahimmu
lelakimu pergi meninggalkanmu, tanpa pesan

ku dengar kisahmu dengan resah, dengan gundah
kau terusir dari rumah, tak lagi meneruskan kuliah
demi memberi makan dirimu, dan nyawa dalam rahimmu
di salah satu sudut jalan itu

mereka menyebutmu pelacur
dan, ku sebut mereka mulut dubur
mereka hanya bisa menghujat
seolah mereka kaum terhormat
mereka tak punya nurani, tak punya empati apalagi simpati
mereka hanya peduli pada citra diri

apakah kalian lupa ?
ibu kalian perempuan
kakak kalian perempuan
adik kalian perempuan
dan, mungkin diri kalian adalah perempuan
maka berhentilah menghujat perempuan
berhentilah meneriakkan dogma
berhentilah meneriakkan norma
di hadapan perempuan-perempuan di sudut jalan itu

mereka juga manusia, sama seperti kalian
menjual tubuh hanya untuk menyambung hidup
sementara kalian ?
menjual tubuh demi sebuah jabatan
atau sekantong berlian
menjual jiwa demi sebuah kenyamanan
atau kemapanan dengan mengingkari nurani

berhentilah bergunjing atau memandang miring
pada perempuan-perempuan di sudut jalan itu
demi ibumu
demi kakakmu
demi adikmu
demi dirimu










(3 September 2009)

Tidak ada komentar: