Minggu, 27 September 2009

cemara

kemarin kita berbincang
tentang kerikil-kerikil tajam
tentang hempasan badai
tentang dingin salju

dan kau bilang aku ini serupa cemara
tumbuh tegap di tengah hutan
tetap tegak ketika badai datang menghempas
tetap tumbuh ketika dingin salju menyelimuti bumi

dan aku menatapi cemara dalam diriku
iya, aku serupa cemara itu
akulah cemara itu

tak perlu secantik mawar untuk menarik kumbang
karena aku miliki kecantikanku
ketika burung-burung pipit itu berteduh di dahanku

tak perlu seharum kenanga untuk menarik lebah
karena aku miliki keharumanku
ketika sepoi angin menghembus pucuk-pucukku

karena aku miliki diriku utuh, serupa sauh
karena aku mampu tumbuh dengan teguh
badai tak mampu membuatku rubuh
salju tak mampu membuatku luluh

akulah cemara itu
ketika terik menyengatmu
ketika dingin menggigitmu
tak perlu kau ragu
tetaplah bersamaku

akulah cemara,
akulah pohon terang
dalam gelap malammu









(28 September 2009)

Tidak ada komentar: