Jumat, 29 Mei 2009

dalam temaram malam

menyusuri makam menghayati kelam menjelang malam yang kian temaram.

dan, ku hanya bisa terpekur dalam setiap dengkur malam, tersungkur dalam setiap malamMU.

mimpi yang kian jelas terpatri dalam memori. sepasang sayap mengkilat yang tumbuh di antara belikat. jerit ibu-ayah yang lekat menyayat, telah kulihat dalam setiap malamMU.

ketika ku sadar, waktu itu kian dekat dan tak seorang pun bisa bersembunyi dari takdirMU.

mimpi itu kian jelas terpatri dalam memori. semalam mimpi itu datang kembali. sekali lagi. ku lihat sepasang sayap mengkilat di antara tulang belikat. jerit ibu-ayah kembali terdengar menyayat.

satu yang ku pinta padaMU, biarkanku selesaikan kurusetra ini untuk ibu-ayahku. sebelum KAU benarbenar mengabulkan mimpi dengan memberi sepasang sayap mengkilat di antara tulang belikat.

ibu

darimu aku belajar jadi perempuan tegar, meski begitu banyak cecar menggelepar dari lidahlidah ular. darimu aku belajar jadi perempuan sabar dalam dunia yang kian hingarbingar penuh cecar. darimu aku belajar jadi perempuan bijak menghayati setiap detak dan detik kehidupan yang kian runyam. darimu aku belajar jadi perempuan lembut yang tak mudah kalut dalam bergelut melawan maut. darimu aku belajar jadi perempuan santun dalam tutur dan perilaku agar tak menyakiti siapapun. darimu aku belajar jadi perempuan tegas yang bisa beringas jika ada yang menindas dengan melempar kotoran ke wajahku. darimu aku belajar jadi perempuan seutuhnya.

terimakasih untuk setiap kasihmu, ibu.

izinkanku menghapus lukamu....

untuk dewi wulansari


hidup teramat berat tanpa kasih bunda dan, ayah telah membawamu pergi menjauh dariku
ketika sebuah rahasia terungkap, hatimu penuh dengan luka. ku tahu itu, tapi apalah dayaku. segala yang nyata menjelma ambigu untukku, juga untukmu.

tahukah dirimu? luka itu juga pernah menyergapku, luka yang sama denganmu.

sayang, kau tak pernah biarkanku menghapus lukamu, dengan tetap mengunci rapat mulut, juga hatimu.

tahukah dirimu? aku akan tetap berdiri di tempatku, tetap menjaga hatiku untuk tidak melukaimu, meski seribu tanda seru tlah kau tuju untukku. tetapku ku berikan bahu untuk menampung airmata dan segala keluh kesahmu.

ketika pagi ini bertambah satu usiamu, harapku hanya satu:
tetaplah tersenyum untukku, saudariku.

Minggu, 24 Mei 2009

janji hati di kota mati

I.
kota ini pernah kutinggali, ketika sebuah cita-cita terpatri di hati. melanjutkan peperanganku, kurusetraku. seperti srikandi, ku hanya ingin jadi anak berbakti. membayar janji yang telah terpatri di hati, hingga empat tahun terlampaui. telah kulunasi janji jadi anak berbakti. memberi bangga ibu-ayah dengan gelar sarjana, yang bukan hanya mimpi.

dan, telah kulupakan hati berkembang mati. tanpa kekasih hati, biarlah mimpi terbang pergi dari hati. nyeri, sepi, sunyi.

dan, kutinggalkan kota ini dengan hati yang telah mati.bagiku, ini adalah kota mati.

II.
kemarin, ku sampai kembali di kota mati. dengan satu harap menghidupkan kembali hati yang telah mati. dengan satu harap menemui kekasih hati. ternyata mimpi tetaplah mimpi. ternyata hati tetaplah mati. ketika kekasih hati ingkar janji untuk saling mengenal diri.

dan, kutinggalkan kota mati dengan hati yang juga mati. sekali lagi.

III.
kini, kubulatkan hati untuk pergi dari segala memori tentang hati yang telah mati.

kini, kubulatkan hati untuk mengubur mimpi tentang kekasih hati bersama merajut mimpi.

kekasih hati telah pergi ke lain hati, merajut mimpi menyemai kembang sari di lain hati.

kini, hatiku telah mati. tak ingin kembali ke kota mati. kota yang telah membunuh hati, mengubur mimpi tentang seorang kekasih hati.

biarlah ku sendiri melupakan mimph untuk tidak kembali jatuh hati, melupakan mimpi tentang seorang kekasih hati. biarlah, ku sendiri berjanji dalam hati untuk tetap sendiri dalam unjuk diri demi teman-teman sejiwa-sehati.

murung dan lelaki kampung

ketika hari kian murung
jiwa telah linglung
tanpa lelaki kampung

ketika menjelma seekor capung
terbang dengan bingung
terperangkap dalam kurung

ketika hati telah tertutup mendung
ah, pesona lelaki kampung
hanya padanya hati telah terkurung
dan, jiwa telah melarung....

kata dalam dada

dalam dekap senja
terucap kata
yang terukir dalam dada

tak lagi tertulis cinta
tak lagi terasa asmara
tak lagi tertulis duka
tak lagi terasa nelangsa
tak lagi tertulis sesal
tak lagi terasa bebal

satu dirimu
dan sejuta sejenismu
tak akan mampu mematahkanku

ayah telah menempaku
dan, bunda tak henti mengasihiku

telah bulat niatku
masa lalu adalah masa lalu
biarlah berlalu
meski tanpa mentari menyinari langkahku
esok adalah milikku
hanya milikku
dan, akan kuraih mimpiku
meski tanpamu

di ladang tebu, pagi itu.....

pagi itu
langit kelabu di atas ladang tebu

mungkin Tuhan sedang cemburu padaku
dengan selalu memberi biru di hatiku

Tuhan, biru itu untuk langitku
bukan untuk hatiku

Tuhan, tahukah diriMU?
ku teramat mencintaiMU
hapuskan cemburu di hatiMU
dan, hapus pula biru di hatiku

elegi mimpi

: ws


menyusuri kembali
rerimbunan hutan jati
mengais mimpi
membayar janji

entah telah berapa hati
tersakiti
entah telah berapa hari
terlampaui

aku masih di sini
menanti janji
yang kian tak pasti

aku masih di sini
ingin menyemai
bunga-bunga yg tumbuh di hati

aku masih di sini
ingin melihat senyummu kembali

meski hati tertusuk duri
nyeri ini biarlah ku nikmati
sendiri

hingga ajal menjemput diri

Kamis, 14 Mei 2009

perginya mentari

buat wawan sarudi



mentari itu telah pergi
meninggalkan mendung di hati

kelak, hujan akan membasahi bumi
tanpa pelangi mengakhiri

dan, aku hanya ingin berlari
tanpa henti
meninggalkan sepi
yang tak terperi

pergilah cinta

lelah


jengah


ingin ku menyerah
tapi ku belum kalah

harus ku hadapi setiap masalah
dan, bukan hanya pasrah

tetap ku harus memanah
telah ku asah mata panah
dan ku sandang busur panah
menentukan sasaran panah

ini peperangan ku
ini kurusetra ku

pergilah
pergilah
pergilah

ku hanya ingin memanah

tanpamu

karena kau
hanya bawa resah
hanya bawa gundah
hanya bawa susah

karena kau
hanya buatku kalah
hanya buatku tetirah
dalam lelah
dalam jengah
dalam pasrah

pergilah
ku tak ingin kalah

karena ayah
telah menempa seorang putri kecil
menjelma ksatria
tak kenal lelah, kalah, atau menyerah

selamat tinggal

untuk masa lalu



ketika jarak antara langit dan bumi hanya tinggal sejengkal
mana ada yang kekal

ku tak ingin lagi hidup dalam sesal

aku tak pernah menyesal
kita pernah kenal

pergilah, jika kau menyesal
kita pernah kenal
ketika adaku ternyata kau sangkal
atau kau kira aku gadis binal ???

semoga bahagiamu kekal
bersama gadis baru yang kau kenal

selamat tinggal

catatan lugu gadis kecilmu

untuk soni farid maulana



gadis kecil nan lugu
kadang tersenyum lucu
mendengar cerita-cerita rindumu
kadang menangis kelu
melihatmu tertunduk lesu
karena hatimu membiru

apalah dayaku
hanya gadis kecil dalam pandangmu
tetapi paham setiap kelu dalam hatimu

"kadang lidah memang pandai menari,
apalah daya langkah kaki tak sesuai, begitu pesan Bunda suatu hari."

jikalau sudah demikian adanya,
biarlah kelak Tuhan yang berbicara..
nantikanlah itu, Kanda...

gadis kecil nan lugu
akan tetap ada di sampingmu
mendendangkan lagu-lagu rindu
untuk menyemangatimu
untuk menghibur hatimu yang membiru
dalam bisu
pada sebuah catatan lugu

ah, cinta.....

ah, cinta yang berat
entah ini cinta atau sekadar hasrat
ada berat dalam dada, menjerat
saat kau terlalu dekat
dengan perempuan yang lebih memikat

ada berat dalam dada
saat kau anggap ku hanya teman semata
pahit melekat
menjerat

ah, cinta yang berat
lelah....

seperti cinta, seperti luka

seperti cinta pada luka
seperti cinta pada nelangsa
seperti cinta pada airmata

ah, ternyata sama
setelah ku sangka beda

luka yang sama
nelangsa yang sama
airmata yang sama

ah, kota yang sama
aku makin kehilangan hasrat
untuk kembali ke sana

entah, masih ada luka lama
yang menganga
atau luka yang baru saja
kau toreh semalam
tepat di tempat yang sama

Kamis, 07 Mei 2009

lelaki belia itu bernama .....

lelaki belia
yang pernah menawarkan cinta

ternyata hanya sesaat
memberikan tawa
setelahnya duka

tertinggal sendiri
di antara rerimbunan kayu putih
dalam sunyi
di antara batang-batang jati
menikmati nyeri
di antara rerimbunan ceri
menghayati kelu
di antara batang-batang tebu

menggelinding di antara
roda-roda kisah

ah, entah kapan kisah
akan bersambut....

ternyata, lelaki belia
yang pernah menawarkan cinta
hanya hadir sebatas fatamorgana

ketika suatu malam berkata:
"janganlah berharap,
karena aku bukan orang yang tepat"

ah, klise itu
telah ribuan kali menderu
di telingaku

tanpa jawab,
semua kembali senyap

berharap
berharap
berharap

salahkah berharap???

semangat ???

semangat
semangat
semangat

semangat yang sempat kau bakar dgn bara dalam hatimu

kini lenyap

semangat menghilang....

bersama sengat lebahmu

yang terbang bebas kembali
mencari
bunga-bunga cantik
di taman sari