Minggu, 22 Desember 2013

Catatan 22 Desember 2013



ketika aku menyapamu, itu karena kau teman lamaku. tidak lebih, tidak kurang. ketika aku bertanya tentang istrimu, itu karena aku tidak ingin dekat dengan suami orang meski itu teman lamaku. sebab aku tidak ingin melukai hati perempuan lain. lantas apa jawabmu waktu itu? kau bilang tak punya istri, karena tak ada perempuan yang sudi hidup denganmu dalam kesibukanmu yang tak berjeda itu. atas dasar jawaban itu, aku berani melanjutkan berbincang denganmu. tentang hidupmu. tentang hidupku. tentang apa saja.

hingga pada satu waktu, aku beranikan diri untuk menyampaikan perasaan yang pernah tertuju padamu enam belas tahun lalu. lewat sebuah catatan pendek. tanpa harap apapun, termasuk bertepuknya rasa yang pernah ada itu. sebab aku tahu jarak waktu yang membentang belasan tahun itu telah mengubah masing-masing dari kita. aku hanya ingin kamu tahu bahwa belasan tahun lalu, ada yang memperhatikanmu diam-diam. itu saja. bila lantas kau menafsirkan catatan pendek yang kutulis untukmu itu adalah perasaan cinta yang mesti kau balas. maaf, kau keliru besar. aku sudah tak punya minat pada cinta macam itu. tujuan hidupku sudah amat berbeda.

hingga pada satu waktu, kau mendiamkanku. aku tahu, aku salah. aku minta maaf padamu, tetapi kau tetap diam. dan kau menghapus pertemanan di antara kita. baiklah. kesalahanku tak termaafkan dan aku mesti berbesar hati untuk itu. aku mesti berbesar hati tak lagi berteman denganmu dalam bentuk apapun. aku mesti pergi dari hidupmu. dan, aku pergi.

hingga pada satu waktu, seorang perempuan datang padaku, menyebutku seorang paparazzi. oh! itu perempuanmu rupanya. maaf, lidah perempuanmu amat menusuk hatiku. paparazzi?! apa yang kukuntit? kau yang tak jujur padaku atas keberadaan perempuanmu. kau yang terlalu pengecut untuk menjelaskan padaku. lantas, ketika aku membalas ucapan perempuanmu dengan sekian kata yang memang pantas untuknya, juga untukmu, maka itu jadi kesalahanku?! maafkan aku untuk sekian kata yang memang pantas ditujukan untuk kalian. toh, aku sudah pergi dari hidupmu. jauh-jauh hari.

hingga pada satu waktu, kau mengancamku lewat pesan pendekmu. begini bunyinya: aku ingatkan padamu, aku tak suka kata-katamu di twitter. jauhi cewekku, aku merasa click dengannya. jauhi hidup kami. aku tak ingin membenci orang. halooo?! siapa pula yang mendekati cewekmu? siapa pula yang mendekati kalian? aku dibenci orang sepertimu? aku tak peduli. aku tak pernah masuk hidup siapapun, tidak juga hidupmu. jadi, aku tak perlu keluar dari hidup siapapun. lantas, pesan pendek lain sampai hampir tengah malam. begini bunyinya: aku jadi tahu kenapa teman-teman kuliahmu menjauhimu dulu. hei! memang siapa kamu? keberadaanku saja tak kau anggap dan kau berani menilaiku? kau tahu betapa brengsek dan pecundangnya teman-teman kita? meminjam tugas dan memanfaatkan teman demi kepentingan sendiri pada masa itu, para calon pecundang. ah! tak penting juga aku menjelaskan padamu. toh, kau pun sejenis dengan mereka.

aku, hingga di titik ini telah dididik dengan keras untuk tak jadi perempuan menye-menye yang suka mengadu pada lelakinya, karena perempuan lain telah membalas sekian kata yang telah dikeluarkannya lebih dulu untuk perempuan lain itu. aku perempuan yang telah dididik sejak kecil oleh ayah dan ibuku untuk menjadi ksatria di antara para ksatria itu, hitam adalah hitam, putih adalah putih. aku, hingga di titik ini telah dididik dengan keras oleh lingkungan, yang telah menguji harga perempuanku dan sekian peristiwa yang telah menyakiti kemanusiaanku. aku, hingga di titik ini bukanlah perempuan yang bisa kau ancam dengan sekian katamu, meski kau lelaki. eh, entah kau ini lelaki atau bukan. aku sangsi.

lantas, kau bertanya untuk apa aku menuliskan ini semua? aku menulis, karena aku ingin menulis. entah lelaki sepertimu atau perempuan seperti perempuanmu akan membacanya atau tidak, aku tak peduli. atau makin menggunjingkanku di luar sana, sila saja. aku tak peduli. tak akan. hidupku terlalu berharga untuk berurusan dengan sepasang makhluk macam kalian. aku menulis, karena aku ingin menulis. itu saja.


-- untuk tuan dan nona a --
terima kasih telah membuatku makin kuat sebagai perempuan hari ini.
terima kasih telah membuatku membuka mata atas diri kalian.

Sabtu, 13 Juli 2013

Ketika Perempuan Berkisah tentang Perjalanan dalam Kehidupan Mereka





Bila seorang lelaki berkata "i love you" padamu, jangan mudah percaya begitu saja. Sebab sangat bisa jadi maksudnya bukan "aku cinta padamu", melainkan "mana tubuhmu". (Pulang untuk Cinta, Ririe Rengganis).



Kolaborasi 13 penulis perempuan yang sebelumnya pernah menerbitkan buku bersama Stiletto Book.

Judul: Ladies' Journey
Penulis: Lala Purwono, Triani Retno, Icha Ayu, Nimas Aksan, Yuska Vonita, Eva Sri Rahayu, Theresia Anik, Lygia Pecanduhujan, Judith Hutapea, Tikah Kumala, Mpok Mercy Sitanggang, Widya Ross, Ririe Rengganis.

Genre: Fiksi - Kumpulan Cerita Pendek
Editor: Herlina P. Dewi.
Desain Cover: Teguh Santosa
Harga: 40.000
Tebal: 178 halaman.

Sinopsis:
Setiap perjalanan menyimpan cerita: kepedihan, kekecewaan, kehangatan ataupun kebahagiaan. Begitulah kisah-kisah yang terangkum dalam buku ini. Mereka meninggalkan rumah untuk mencari kepastian, mencari cinta, menemukan jati diri atau bahkan untuk kabur dari hiruk-pikuknya hidup.

Beberapa perempuan menempuh jarak dan waktu, demi cinta. Di sudut Jakarta, Lina harus menabung keberanian untuk kembali pulang dengan sekoper kesedihan. Sementara Clara menemukan dirinya kembali di negeri antah-berantah. Perempuan lainnya sibuk membuang masa lalu dan mulai mengoleksi kepingan-kepingan masa depan.

Kisah-kisah dalam buku ini akan mengantarkanmu menjelajah waktu dan menelusuri kenangan, karena setiap perjalanan menyimpan cerita.

--- Beredar mulai 10 Juni 2013.

Cerita di Balik Cerita - Sedikit Kisah tentang Perjalanan Menjadi Penulis




ketika semua isi kepala tak sanggup disampaikan, menulislah. ketika semua isi hati tak sanggup diucapkan, menulislah. sebab tulisan adalah rekam jejak terbaik bagi mereka yang kelak kita tinggalkan di dunia.
–Ririe Rengganis–



BEREDAR PERTENGAHAN SEPTEMBER 2012

Judul: A Cup Of Tea for Writer
Penyusun: Triani Retno A & Herlina P. Dewi
Desain Cover: Ike Rosana & Felix Rubenta
Harga: 40.000
Tebal: xii + 195 halaman

Kontributor
Adnan Buchori, Haeriah Syamsuddin, Ina Inong, Juliana Wina Rome, Lalu Abdul Fatah, Monica Anggen, Mpok Mercy Sitanggang, Nuri Novita, Ririe Rengganis, Setiawan Chogah, Skylashtar Maryam, Whianyu Sanko, Widya R, Yas Marina

Penulis Tamu:
Reda Gaudiamo, Ika Natassa, Ollie & Dian Kristiani

SINOPSIS:
Belakangan ini, menulis terdengar sangat seksi. Begitu banyak orang yang ingin menjadi penulis. Motivasi mereka pun beragam. Dari mengisi waktu senggang, ingin terkenal, hingga mencari nafkah. Impian untuk menjadi seterkenal J.K Rowling pun melambung. Terkenal, royalti melimpah, tulisan difilmkan, diterjemahkan ke berbagai bahasa, dan seterusnya.

Namun, jalan menuju dunia penuh pesona itu tak selalu mulus. Banyak kerikil tajam yang harus dilalui. Terkadang, ada air mata tertumpah. Ditolak berkali-kali oleh penerbit dan media massa, ditentang oleh orang-orang terdekat, dipandang sebelah mata, royalti minim, hingga ditipu penerbit. Ada yang menyalahkan keadaan, ada yang menyerah dan menggantung pena. Hanya mereka yang bertekad kuat yang mampu bertahan. Hanya mereka yang mampu menjaga pijar semangat yang dapat terus melangkah di jalan ini.

A Cup of Tea for Writer membagi semangat itu pada para pembaca. Semangat itu akan menyala di hati. Menerangi. Menghangatkan.

Tips menulis persembahan dari Mbak Reda Gaudiamo tentunya akan menjadi bonus yang mengasyikkan di halaman terakhir. Selamat membaca sambil menikmati secangkir teh Anda.