Sabtu, 06 Agustus 2011

menjelang magrib

Memandangmu mengenakan baju koko lengkap dengan kain sarung terlilit di pinggang dan peci putih di kepalamu. Bersiap menuju masjid. Mengingatkanku pada sosok Ajo Sidi dalam Robohnya Surau Kami karya AA. Navis.

Ya, sosok itu yang muncul dalam memori otakku. Setiap melihatmu mengenakan baju koko lengkap dengan kain sarung terlilit di pinggang dan peci putih di kepalamu. Bersiap menuju masjid. Lima kali sehari. Bahkan lebih dari lima kali sehari bila Ramadan tiba. Sebab kau akan lebih memilih bermalam di masjid hingga waktu sahur tiba. Tidak jarang pula kau akan tiba di rumah ketika matahari sudah tersenyum di ufuk timur.

Ya, sosok itu yang muncul dalam memori otakku. Setiap melihatmu pergi meninggalkan rumah dan menuju masjid. Bagaimana tidak? Sebab bagimu, berkencan dengan Sang Pencipta di rumah-Nya jauh lebih penting daripada berkencan dengan istri dan anak-anakmu di rumah sendiri.

Ya, sosok itu yang muncul dalam memori otakku. Setiap melihat dahimu yang keras menghitam bekas sujud pada sajadahmu. Bekas yang bisa terbentuk sebab ketekunan ibadahmu. Bekas yang konon bisa menjauhkanmu dari dosa dan siksa neraka.

Ya, sosok itu yang muncul dalam memori otakku. Setiap melihat anak-anakmu menangis kelaparan di rumahmu. Setiap melihat istrimu harus bekerja keras untuk menghidupi anak-anak yang terlahir dari benihmu.

Ya, sosok itu yang muncul dalam memori otakku. Tentangmu, yang begitu tekun dalam ibadahmu, tetapi melupakan manusia-manusia yang bernafas dalam rumahmu.

Ya, sosok itu yang muncul dalam memori otakku. Pun sejumlah tanya di kepala yang mungkin harus aku cari sendiri jawabnya kelak bila aku bertemu Tuhan.




(7 Agustus 2011)



Tidak ada komentar: