Senin, 31 Agustus 2009

kalian

kalian adalah tawa
kalian adalah tangis
kalian adalah cinta
kalian adalah luka
kalian adalah sayang
kalian adalah bimbang
kalian adalah cita-cita

dan, tumbuh bersama kalian
ada bangga di dalam dada





(1 September 2009)

salahkah

ah, biarlah....
sebelah sayapku
kembali patah
resah membuncah
salahkah ?

Minggu, 30 Agustus 2009

telah berlalu

telah ku hentikan goresan penaku
di atas buku catatan itu.
telah ku akhiri catatan tentangmu
di dalam dinding hatiku

maaf,
bukan karena ku tak peduli padamu
karena duri mawar-mawar di kebunmu
telah menusuki sekujur jiwaku

telah ku tutup buku catatan itu
menguncinya dalam sebuah kotak berdebu
di sudut ruang jantungku
kotak kisah membiru penuh catatan kelabu

dan, aku segera berlalu
mencari mentariku

kau menghilang

: untuk Kika Syafii



kemarin,
kita masih berbincang
tentang bintang
tentang keberanian
tentang kehilangan
tentang kerinduan
tentang kekosongan

pagi ini,
kau menghilang
serupa kunang-kunang
ditelan zaman

ke mana Airku mengalir
ke mana Amginku menghembus

menghilang, tanpa selamat tinggal
dan, kau membuat nafasku kembali tersengal






(31 Agustus 2009)

sahabat surgaku

: untuk Faizun Qomar



ketika ku murung
kau datang menghiburku
dengan tawa berkarung-karung

perkenalan singkat
dan, di urat syarafku dirimu melekat
serupa lengket permen dan kopi pekat
yang membuatku terjaga di setiap malamku
menemaniku menekuni literatur demi literatur
demi sebuah disertasi

dan, ketika sebuah kisah tak berjalan mulus
kau tetap setia datang mengendus
menghapus airmata yang masih menggerus
pun hidungku yang masih beringus

siang itu,
kau membiarkanku marah di hadapanmu
membiarkanku menangis di hadapanmu
menjawab setiap tanyaku dengan sabarmu
dan, mendengar celotehku dengan setiamu

ah, kau membuatku serupa kanak-kanak di hadapanmu

kita adalah kita
berjalan di jalur berbeda, akhirnya
kau berlayar di atas samuderamu
dan, aku tetap di dalam telagaku

meski berbeda jalan, kau masih ada di sana
setia menemaniku
memahami makna dewasa
memahami makna resah
belajar berharap langit esok akan kembali cerah

tahukah kau ?
doa di setiap malamku
memintamu menjadi sahabat duniaku
dan, kelak menjadi sahabat surgaku
hanya pada-Mu








(Mas Faiz, terima kasih telah membiarkanku menjadi kanak-kanak di hadapanmu)

biarkanku tetap resah

Tuhan,
biarkanku tetap resah
agar aku tetap betah
mendesahkan nama-Mu
di bibirku yang basah
hingga ke dalam mimpiku

kau adalah pertama

: untuk Andrey



dan, kau adalah pertama
sahabat yang ku punya
ketika aku masih amat belia

dan, kau adalah pertama
mengajariku melangkah
mengajariku memahami resah

dan, kau adalah pertama
selalu ada di sana
ketika aku terluka
oleh amarah ayah

dan, kita adalah pertama
belajar memahami dunia
dari sudut mata kita
yang berbeda







(Andrey, sahabat masa kecilku)

agustus

: untuk Braminto Rabowo Seto




2005,
agustus
hidungku masih penuh ingus
ketika sebuah kisah tak berjalan mulus
dan, kau datang menyelinap
serupa asap dupa memenuhi atap
wangi kesturi
dan, kau sahabat ketika aku kehilangan

2006,
agustus
datang menjengukmu serupa angin berhembus
sejenak, melihatmu sedang serius
dan, aku pun kembali berhembus

2007,
agustus
hidungmu beringus
ketika kisahmu tak berjalan mulus
dan, aku menjelma angin berhembus
membelai wajahmu yang menirus
di setiap malammu

2008,
agustus
ketika kita benarbenar bersua
di sebuah kota tua
tak henti kau ukir tawa
menjelma kita
dan, kita menjelma makna

2009,
agustus
hidungku kembali beringus
sebuah kisah lain tak berjalan mulus
dan, kau tetap berhembus
serupa angin di setiap malamku
dan, kau selalu ada di setiap kehilanganku


dirimu,
sahabat terbaikku









(Bram, terima kasih untuk segala yang telah terbagi)

Sabtu, 29 Agustus 2009

catatan Ramadan untuk Sahabat

: untuk Tetuko Rawidyo Putro



Ramadan ini adalah ke sekian
kita menjadi sahabat
dan, kau adalah yang terhebat
selalu mengingatkanku tentang-Mu

Ramadan ini adalah ke sekian
kita menjadi sahabat
dan, kau selalu memberi serangkai doa tulus
ketika hidupku tak selalu berjalan mulus

Ramadan ini adalah ke sekian
kita menjadi sahabat
pun diriku selalu berdoa untukmu
serupa dirimu selalu berdoa untukku

Ramadan ini adalah ke sekian
kita menjadi sahabat
dan, bersama menghadapi ujian berat

Ramadan ini adalah ke sekian
kita menjadi sahabat
meniti kerikil-kerikil tajam
di bawah jalur kakimu
dan, di bawah jalur kakiku
bersama

Ramadan ini adalah ke sekian
kita menjadi sahabat
dan, semoga kita adalah sahabat terhebat
bersama mampu melewati ujian berat

Ramadan ini adalah ke sekian
kita menjadi sahabat
dan, kau memang sahabat terhebat






(Dio, terima kasih untuk setiap doamu untukku)

maaf, telah ku hapus

maaf,
telah ku hapus denyutmu
dari detak jantungku
telah ku hapus namamu
dari dinding hatiku
telah ku hapus desahmu
dari desah nafasku
telah ku hapus jejakmu
dari jejak langkahku
telah ku hapus sosokmu
dari setiap mimpiku

telah ku hapus semua tentangmu
agar kau berbahagia bersama peri mungilmu

senyummu telah membunuhku

hampa,
hatiku telah mati
jantungku telah sunyi
hambar,
serupa lidah tak lagi mampu mencecap rasa

maafkan aku,
karena kau telah membunuhku dengan senyummu
senyum serupa sembilu

tak henti ku percaya pada-Mu

tak henti ku percaya pada-Mu
suatu hari
suatu saat
di suatu tempat
dengan suatu cara

seseorang pasti datang
mengambil nyeri di ulu hati
membuat jantung berdenyut kembali

tak henti ku percaya pada-Mu

Jumat, 28 Agustus 2009

ku pinta alhamdulillah dari hatimu

tak pernah ku pinta sutera atau mutiara
sebagai tanda bahagia

tak pernah ku pinta segunung berlian
sebagai tanda pinangan

tak pernah ku pinta segunung emas
sebagai tanda ikhlas

tak pernah ku pinta resepsi mewah
di tengah lapangan golf
dengan kijang-kijang belang
lincah berkeliaran

tak pernah ku pinta bulan madu romantis
di sebuah pulau eksotis

tak pernah ku pinta mobil mewah
lengkap dengan sopir pribadi

tak pernah ku pinta rumah mewah
lengkap dengan perabotan indah

tak pernah ku pinta apapun darimu
tak pernah
tak pernah
tak pernah

kecuali satu
sekadar kata alhamdulillah
dari mulutmu
tulus dari hatimu
sebagai tanda pinanganmu

apa pintaku terlalu banyak untukmu ?

elegi cinta

langkahmu amat mudah tertebak. apakah kau ingin membuatku mati tersedak ?
dan, aku hanya memandang dengan terbahak. meski dalam hati saja.
maafkan aku, Cinta……

apakah kau lupa ?
aku yang menyentuh hatimu
ketika kau terluka cinta masa lalu itu
dan, kau telah telanjang di hadapanku
kau tak pandai berdusta padaku, Cinta

kau bilang padaku kau terluka
kau bilang kau lelah, ingin menyerah
dan, aku mendorongmu tanpa lelah

apakah kau lupa ?
kau tlah ceritakan semua cita-citamu padaku
termasuk nama anak-anakmu kelak

ya, nama anak-anakmu, Cinta…..
itu nama calon anakmu
dan, entah gambar siapa
aku tak hendak bertanya
atau menaruh curiga
biarlah kau sendiri yang cerita
karena kau pengamen berkamera
yang dikelilingi banyak wanita
dan, aku amat memahami gemerlap dunia kamera
termasuk konspirasi atas nama cinta

apakah kau lupa ?
aku yang membalut luka di jiwamu itu
akulah pemantik lintang kejoramu itu
seperti kau pernah tulis dalam pesan singkatmu

apakah kau lupa ?
bermalam-malam aku tlah mendengar curahanmu
bermalam-malam aku tlah menangis bersamamu
dan, bersenandung kidung Rumi untukmu

apakah kau lupa ?
kau bisa menipu dunia
bahwa kau telah menemukan cinta
meski dalam semalam

apakah kau lupa ?
kau tak pernah bisa menipuku
karena aku pernah masuk dalam hatimu
dan, kau paksa aku keluar dari dalamnya

entah apa tujuan langkahmu ini
menyakiti jiwamu sendiri

bukan hanya kau yang tersakiti, Cinta
juga Peri Nirmala yang tlah lama kau puja

sementara aku ?
aku lebih terluka, jika kau tak bahagia
karena aku mencintaimu tanpa karena
dan, masih menunggumu di jalan itu

sendiri

dan, aku hanya ingin sendiri
setelah ini
dengan secuil hati
sisa kunyahanmu

dan, biarkan hanya Angin
membelai tubuhku
membelai jiwaku

dan, biarkan hanya Air
membasuh tubuhku
membasuh jiwaku

dan, aku hanya ingin sendiri
tak ingin lagi bermain api

karena aku bukan Hawa, penggoda Adam
hingga mereka keluar dari Surga

kelak, ku bangun Surgaku
di atas puing-puing hati
sisa terjangan badai
kemarin

sendiri

kau bilang

kau bilang lelaki lebih suka perempuan berambut panjang
dan, ku potong pendek rambutku
agar kau tak menyukaiku

kau bilang lelaki lebih suka perempuan feminin
dan, ku tak suka pakai atribut feminin
agar kau tak menyukaiku

kau bilang lelaki lebih suka perempuan patuh
dan, aku akan membantahmu
agar kau tak menyukaiku

kau bilang lelaki lebih suka perempuan pendiam
dan, aku akan selalu berkicau di telingamu
agar kau tak menyukaiku

kau bilang lelaki lebih suka perempuan manis
dan, aku akan menjelma perempuan sinis
agar kau tak menyukaiku

kau bilang lelaki lebih suka perempuan penyayang
dan, aku akan menjelma perempuan jalang
agar kau tak menyukaiku

kau bilang lelaki lebih suka perempuan setia
dan, aku akan menjelma perempuan durjana
agar kau tak menyukaiku

ku lakukan apapun, agar kau tak menyukaiku lagi
tak memuja serupa perempuan hebat
aku akan menjelma perempuan bejat
agar kau tak menyukaiku lagi
agar kau tak menyayangiku lagi

ku lakukan apapun, meski tak ku sukai perbuatanku sendiri
agar kau membenci seorang perempuan yang kau anggap dewi

ku lakukan apapun, meski harus ku potong nadiku
dan, menghentikan denyut jantungku
demi melihatmu berbahagia bersama Ratu Perimu

Electra, Oedipus, dan Peri Mungilmu

akulah Electra, mencari sosok ayah
dalam dirimu, dirimu, dirimu, dirimu

tak juga ku temukan
di mana Lelakiku

akulah Shakuntala, tak pernah menyusu pada ayah
bersahabat jengah
marah
lelah
pasrah
hingga berakhir kalah

kaulah Oedipus, mencari sosok ibu
di antara perempuanmu, perempuanmu, perempuanmu, perempuanmu

telah kau temukan satu
hanya dirimu tak berani mengaku
karena kau tak mampu membunuh ayahmu
seperti ada dalam cerita itu

kaulah Sangkuriang, mencari seorang dayang
dengan hati bimbang
serupa kumbang, melayang di antara kembang-kembang

dan, aku bukanlah kembang di matamu
bukan pula layanglayang di tanganmu

pergilah bersama Peri Mungilmu
akan ku lantunkan doa untukmu dan Peri Mungilmu
selalu

perempuan dan luka

di negeriku, perempuan tak boleh terburu-buru. apalagi berburu. Nenekku dan Ibuku bilang itu saru. Ayahku bilang itu tabu. mereka bilang, perempuan hanya boleh menunggu.

ah, mereka tak tahu betapa nikmatnya berburu. bersembunyi di balik perdu. tersungkur, lebam meninggalkan luka membiru. tak jarang hingga ungu. koyak-moyak hingga luluh lantak. hingga meninggalkan kepingan-kepingan terserak.

luka itu nikmat. menjerat hingga menembus urat. sepuluh tahun lalu, aku serupa pecandu. penuh bilur-bilur biru. di sekujur jantungku. tinggal menunggunya berhenti berdenyut. dan, meninggalkan segaris sinar serta bunyi tut tut tut tut. di alat rekam itu.

pemburu itu mati suri. hingga suatu waktu, seseorang datang. mengejutkan jantungku kembali. membisikkan bait demi bait doa di telingaku. Syahdu.

seseorang yang mengajariku kembali berdoa. mengajariku kembali bersujud. mengajariku kembali percaya pada-Mu. dan, aku tak ingin lagi menjadi pemburu.

ku tundukkan hatiku di hadapanmu. ku tundukkan mataku pada setiap lelaki di hadapanku. dan, telah ku patahkan busur panahku.

dan, tak lelah dirimu mengajariku mencintai-Mu dengan caramu. mengajariku mencintai gunung. mengajariku mencintai laut. mengajariku mencintai hutan.

sayang, Engkau masih mengujiku. jurang terjal-Mu telah mengambil dirimu dari sisiku. membawamu ke Surga bersama-Mu. selamanya.

dan, Engkau telah membawa setengahku.
bersama-Mu

dan, sepuluh tahun itu telah berlalu.

*****


aku tak ingin lagi jadi pemanah, di Kurusetra
karena aku bukan Srikandi tanpa Arjuna

telah ku patahkan busur panahku sepuluh tahun lalu
di hadapanmu
semoga damai selalu dirimu di dalam surga-Mu

*****


di negeriku perempuan tak boleh sekolah lebih tinggi dari lelaki. apalagi jadi petinggi. lelaki akan ngeri. dan, tak akan pernah menjadikanmu isteri.

ah, kalian tak tahu mencari ilmu itu seru. lebih seru daripada berburu. dan, aku tak ingin lagi menjadi pemburu. ilmuku untuk mengabdi pada negeri, bukan untuk menjadi petinggi. ilmuku untuk mengabdi pada Ibu Pertiwi, bukan untuk membuat lelaki ngeri.

sayang, kalian masih tak peduli. memandang perempuan yang bersekolah tinggi sebagai perempuan tak punya hati, tak punya nurani.

ah, perempuan itu masih punya hati. masih punya nurani. dan, masih mudah tersakiti. kalianlah, lelaki yang tak punya hati, tak punya nurani, selalu bermain api di hati siapapun yang kau kehendaki.

tak hanya satu dirimu, lelaki lugu bermata sendu yang memandangku serupa perempuan berhati batu.

ah, kalian benar tak tahu betapa rapuh diriku. bersembunyi di balik senyumku. menyembunyikan airmata dalam hatiku.

tak henti ku pinta pada-Mu menguatkan hatiku serupa karang di tepi pantai.
tak henti ku pinta pada-Mu meluaskan hatiku serupa samudera tanpa tepi.

tak henti ku pinta pada-Mu, karena aku bukan Rabi’ah Al Adawiyah
hatiku tak pernah henti membuncah
meski kadang lelah, meski kadang jengah
hingga ku ingin istirah

dan, dengan lantang aku katakan:
aku telah kalah

*****


kemarin, ketika Engkau menuntunmu dalam hidupku. lelaki bermata sendu. aku amat bersyukur pada-Mu. benarkah lelaki bermata sendu itu Engkau kirim untukku ?

dan, aku tak harus menyerahkanmu kembali pada-Mu
bibirku tak henti mengucap syukur atas nama-Mu
memohon setengah nyawaku dalam dirimu

jikalau memang harus menyerahkanmu kembali pada-Mu
pada perempuan hatimu, Peri Nirmala-mu tercinta
aku ikhlas, berbahagialah bersamanya

ini ujianku, kenaikan kelasku
akan ku hadapi, meski tertinggal setengah nyawaku
seperti pernah kau bilang dalam pesan singkatmu padaku:
“akulah pemantik lintang kejoramu.”

telah usai tugasku, memantik api kembali dalam gelap hatimu
telah usai tugasku, menghangatkan beku dalam dinding jantungmu
telah usai tugasku, menghapus airmata dalam pelupuk matamu
telah usai tugasku, membalut luka di sekujur jiwamu

kini, bersinarlah kembali di dalam hati Peri Nirmala-mu
demi api yang telah kau titipkan dalam hatinya

dan, aku akan tetap tersenyum untuk kalian berdua
selamanya

*****


dan, kau lelaki di atas Surga-Mu
berhentilah menuntunku menemui lelaki penggantimu
berhentilah, jantungku telah membiru
karena hanya dirimu
mampu mencintaiku tanpa karena

Tuhan, jikalau Engkau tak memberiku Cinta di dunia
berikanku Cinta di dalam surga-Mu

berikanku sepasang sayap indah agar aku bisa terbang ke sana
kembali bersamamu, lelakiku.
Pematah busur panahku, sepuluh tahun lalu.
pertemukan kami, di dalam surga-Mu

Amin.

*****

Minggu, 23 Agustus 2009

catatan terakhir untuk ayah

entah kapan kau lepas kutukan itu
dan, aku masih menganggapmu bagianku
darahmu mengalir dalam darahku

lelahku berjalan mengikutimu
mengikuti segala titahmu

ah, entah kapan kau lepas kutukan itu

esok, akan ku jalani perjalanan itu
meminta-Mu
memberi yang terbaik dalam hidupku
termasuk juga kutukanmu
yang kau ucap ketika aku masih di rahim ibuku

esok, akan ku jalani perjalanan itu
meminta-Mu
mencabut kutukanmu
atau ambil saja nyawaku untuk-Mu

ku tahu ini adalah takdir-Mu
terlahir sebagai bagianmu
putri kecilmu
sayang, kau tak pernah menganggapku ada
dan, kau hanya bisa membuatku menangis
ketika segala yang ku lakukan selalu salah di matamu

esok, akan ku jalani perjalanan itu
meminta-Mu
mencabut kutukanmu
demi ibuku
demi langkah-langkahku

kau tahu ?
aku mencintaimu
tak lelahku berjalan demi membanggakanmu
berharap senyum terukir di wajah dinginmu
dan, tak pernah ku dapatkan itu
sepanjang umurku
aku benarbenar lelah menghadapimu
meski aku tak pernah bisa membencimu

esok, akan ku jalani perjalanan itu
meminta-Mu
mencabut kutukanmu
atau ambil saja nafasku yang memang milik-Mu
hentikan saja detakku yang memang milik-Mu

esok, akan ku jalani perjalanan itu
meminta-Mu
mencabut kutukanmu















- 23 Agustus 2009 -

kisah tentang entah

tak akan lagi ku tulis kisah tentang kita
di tembok-tembok itu
seperti janjiku padamu

tak akan lagi ku tulis kisah tentang kita
karena aku amat menghormatimu

tak akan lagi ku tulis kisah tentang kita
di tembok-tembok itu
dan, jangan melarangku menulis tentang kita
di dalam jiwa dan rasaku

tak akan lagi ku tulis kisah tentang kita
di tembok-tembok itu
karena itu tak akan abadi

tak akan lagi ku tulis kisah tentang kita
di tembok-tembok itu
kelak, akan ku tulis kisah tentang kita
hanya di hadapan-Mu
di tembok-Mu

karena aku adalah milik-Mu
dan, aku hanya akan meminta pada-Mu
tentang harapanku pada-Mu
tentang cintaku pada-Mu
tentang jalanku pada-Mu












- 22 Agustus 2009 -

Sabtu, 22 Agustus 2009

nama-Mu dalam lelahku

tak pernah lelah ku menyebut nama-Mu
meski dalam lelahku
meski dalam jenuhku
meski dalam resahku

Ya Rahman
karena Engkau, Sang Maha Pemurah
tak pernah henti memberiku segala anugerah dalam genggaman-Mu

Ya Rahim
karena Engkau, Sang Maha Penyayang
tak pernah henti memberiku kasih sayang dalam pelukan-Mu

Ya Karim
karena Engkau, Sang Maha Mulia
tak pernah henti memberiku kemuliaan dalam mata-Mu

Ya Hakim
karena Engkau, Sang Maha Adil
tak pernah henti menuntunku memahami adil dalam jalan-Mu

biarkanku memberi hanya atas nama-Mu
biarkanku menyayangi hanya atas nama-Mu
biarkanku memuja hanya atas nama-Mu
biarkanku memahami hanya atas nama-Mu

Amin.











- 22 Agustus 2009 -

ulat bulu

ketika kau menganggapku ulat bulu
yang melata di sekujur hatimu
dan, tlah memberi gatal di sekujurmu

ketika kau menganggapku ulat bulu
tlah ku bilang padamu
nafikan saja diriku
tak perlu kau garuk gatal itu
makin kau garuk
makin kau terpuruk

ketika kau menganggapku ulat bulu
duh, ingin hatiku menimpukmu
dengan sekarung pupuk
tepat di jantungmu

ketika kau menganggapku ulat bulu
dan, kau tlah tersedu
di sudut gelap kamarmu

baiklah, aku mengalah
aku ini serupa ulat bulu bagimu
tlah kurayapi sekujur hatimu
dan, telah membuat gatal di sekujurmu
telah membuatmu terpuruk

"Sayang, aku ini ulat bulumu
ulat bulu yang sedang melubangi daundaun hatimu
dan, menjelma kepompong setelahnya
tak akan kurayapi lagi sekujur hatimu
aku akan diam dalam ruangku
hingga kelak ku menjelma kupukupu
yang akan kembali terbang mengunjungi hatimu"














- 22 Agustus 2009 -

Jumat, 21 Agustus 2009

sehelai daun di ranting kecilku

kemarin, aku adalah ranting kecil di pohon besar itu
dan, dahan tempatku tumbuh telah lama merawatku

kini, tiba waktuku untuk tumbuh dalam diriku
telah ku jatuhkan diriku dari dahan tinggi itu
dalam sebuah lubang di atas tanah

dan, aku mulai belajar tumbuh di atasnya
mengandalkan akarku sendiri
mengais tanah padas
menyisir air mengalir
demi bertahan hidup

sehelai daunku mulai tumbuh satu di ujung ranting kecilku
dan, sehelai calon daun mulai muncul di ujung lainnya
akarku mulai merambat menjauh
semakin kukuh serupa sauh

kelak, daundaun di rantingku makin rimbun
dan rantingku akan kian tambun
menjelma pohon besar serupa asalku
berdahan, beranting, dan rimbun

kelak, aku menjelma pohon rimbun
setiap orang akan berduyunduyun
menuju ke sana sekadar berteduh
atau sekadar melepas keluh
mengeringkan peluh
menghapus jenuh
menghela rapuh

kelak, aku menjelma pohon rimbun
penghapus dahaga jiwa

semoga












- 22 Agustus 2009 -

sajak sayang

jika memang kau benar sayang
tak perlu memainkan aku serupa layang-layang
terbang tanpa benang

jika memang kau benar sayang
tak perlu memikir tentang sepasang kaki timpang
sepasang kaki itu tak timpang

jika memang kau benar sayang
tak perlu banyak menimbang
karena segalanya tlah seimbang

jika memang kau benar sayang
katakan saja terus terang

jika memang kau benar sayang
tak perlu hatimu bimbang

jika memang kau benar sayang
segeralah datang meminang











- 21 Agustus 2009 -

nyawaku bungabunga

ku amat mencintai bungabunga
dan, tak tahu mengapa

ketika malam menjelang
dan, mata tak kian lelap
kadang kaki ini melangkah di antara bungabunga
menghirup sari-sari wangi
ah, bungabunga telah memberiku hidup
ketika yang lain terlelap

bungabunga memberiku cinta
hingga ku mampu terbang di angkasa
melihat bumi yang tak lagi cantik dari atas sana
melihat kalian sibuk membangun mimpi

ah, bungabunga itu sempurna
dan, serupa nyawa untukku
melalui sarisari wangi
serupa darah mengaliri di setiap nadi
dan, setiap malam ku kunjungi bungabunga

tak peduli perih di kaki
ku kunjungi bungabunga di sepanjang jalan
demi setiap hela nafas
dan, setiap detak jantung

karena ku hanya mampu hidup
lewat sarisari wangi yang ku hirup
ketika yang lain terlelap
membangun mimpi











- 21 Agustus 2009 -

Lelaki Kecil Bunda

: untuk Lintang Kejora



ketika usia ragamu kian beranjak susut
tidak dengan usia jiwamu
ia kan tetap muda, sama seperti ketika kau lahir ke dunia
untuk pertama kali dari rahim Bunda

dan, ketika hari ini usia ragamu makin susut
usia jiwamu akan tetap sama
seperti ketika Bunda masih menimangmu dulu

lelaki kecil Bunda, kini telah beranjak dewasa
amat sangat dewasa
tetapi ia akan tetap jadi lelaki kecil di mata Sang Bunda
lelaki kecil yang amat dirindu untuk selalu pulang kembali ke pangkuannya

"Bunda, lelaki kecilmu sedang berjuang hidup di seberang laut sana,
mencari butir demi butir nasi untuk menyambung hidupnya,
mencari tetes demi tetes air untuk menghapus dahaganya."

lelaki kecil Bunda, kini telah beranjak dewasa
amat sangat dewasa
meski luka telah merajam sekujur tubuh dan jiwa
ia tak pernah lelah menapaki usia

lelaki kecil Bunda, kini telah beranjak dewasa
amat sangat dewasa
meski setiap malam selalu terjaga, di sudut kamar gelap
entah untuk apa, entah mengapa

lelaki kecil Bunda, kini telah beranjak dewasa
amat sangat dewasa
meski kadang masih suka menangis seperti bayi
entah untuk apa, entah mengapa

"Bunda, lelaki kecilmu sedang amat sangat terluka oleh cinta,
bukan cinta perempuan, terluka cinta wanita
yang meninggalkannya demi harta
begitulah yang diceritakan lelaki kecilmu padaku beberapa malam ini, Bunda."

lelaki kecil Bunda, kini telah beranjak dewasa
amat sangat dewasa
ia sedang kembali jatuh cinta
dan, ia enggan mengakuinya entah pada siapa

lelaki kecil Bunda, kini telah beranjak dewasa
amat sangat dewasa
ia sedang berjuang menaklukan dunia di bawah kakinya
demi perempuan pujaannya
dan, kelak membawanya sebagai menantu Bunda

"Bunda, ku tahu doa untuk lelaki kecilmu tak pernah terputus
seperti hela nafasmu, seperti detak jantungmu
seperti sakit ketika ia ingin keluar dari rahimmu dulu
dan, kini beri restumu agar lapang setiap jalan langkah
demi menaklukan dunia di bawah kakinya
kelak, ia akan kembali ke pangkuanmu dengan memberimu bangga, Bunda."

lelaki kecil Bunda, kini telah beranjak dewasa
amat sangat dewasa
dan, ia telah membuatmu bangga, Bunda.















- 21 Agustus 2009 -

Rabu, 19 Agustus 2009

ada apa denganku ?

otakku beku
jemariku kaku
bibirku membiru
lidahku kelu
mataku sayu
wajahku kuyu
hatiku ngilu
jantungku bisu


ah, ada apa denganku ?
aku pun tak tahu













- 19 Agustus 2009 -

detak jantungku, untukmu

kemarin, kita berbincang tentang kita
tentang sua yang tak terduga
tentang cerita yang sama
tentang luka yang sama
tentang duka yang sama

kemarin, kita masih berbagi
tentang tawa yang sama
tentang jiwa yang sama
tentang detak jantung kian berirama
tentang hidup yang semula

kemarin, kita adalah kita
tak pernah peduli kata dunia
dan, aku suka dirimu apa adanya
tak pernah pura-pura seperti lainnya

kemarin, kita adalah kita
entah mengapa
dirimu mulai peduli kata dunia
mereka bukanlah kita
mereka tak pernah paham lukamu
mereka tak pernah paham lukaku

kemarin, kita adalah kita
duduk bersimpuh di hadapan-Nya
tak henti bersujud menyebut nama-Nya
dan, kita berdoa hal yang sama
kelak, kita adalah kita
berdua, selamanya

kemarin, ketika kau mulai merapuh
ketika kau mulai mengeluh
tak ingin ku henti menggenggam hatimu
tak akan ku henti menjaga detak jantungmu

kemarin, ketika ku mulai merapuh
ketika ku mulai mengaduh
ku tahu kau pun ingin merengkuh
sayang, hatimu masih terlalu angkuh
mungkin egomu masih terlalu kukuh

kemarin, ku tak henti menyebut nama-Nya
kekuatanku hanya milik-Nya
dan, aku tak henti meminta kita
tak henti meminta setengah nyawaku pada-Nya

seperti Savitri pada Setiawan
yang setia menjaga nyawa suaminya

seperti Sinta pada Rama
yang rela membakar diri demi setianya

seperti Mendut pada Pronocitro
yang rela sengsara demi cintanya


dan, mulai pagi ini aku hanya akan memberi
tanpa memintanya kembali
termasuk detak jantungku sekali pun
menjaganya demi detak jantungmu

selalu







- 19 Januari 2009 -

*untuk Lintang Kejora*

Lintang Kejora

kemarin, akulah mentari redup
tertutup awan kelabu di langit membiru

kemarin, akulah mentari redup
tak mampu melukis pelangi setalah hujan usai

kemarin, akulah mentari redup
hingga kau menjelma lintang kejora
memantik api pada mentari kembali
dengan ujung nyala senyummu
dan, aku kembali bersinar di atas langit sana.

lintang kejora, mentari itu tak akan selamanya bersinar
kelak, jika senja tiba ia akan kembali ke peraduan
meredup kembali
dan, lintang kejora berganti menerangi angkasa
sebelum mentari kembali esok pagi

lintang kejora, dirimu itu amat berarti bagi mentari
tanpamu, mentari akan kelelahan
dan, mungkin akan redup selamanya

lintang kejora, ketika malam tiba
bersinarlah untuk dunia

lintang kejora, kelak pagi tiba
aku akan bersinar bagi dunia
setelah ujung nyala senyummu memantik jiwaku

lintang kejora, biarkan ku jadi mentari bagimu
dan, kau jadi lintang kejoraku

selalu







- 18 Agustus 2009 -

kadang ku patah

kadang ku patah
jika ada yang bertanya tentang ijazah

kadang ku patah
jika ada yang berbicara tentang bangku sekolah

kadang ku patah
jika ada yang membuatnya menjadi masalah

hidup itu bukan sekadar untuk selembar ijazah
hidup itu bukan sekadar untuk duduk di bangku sekolah
hidup itu bukan sekadar untuk mencari masalah

jika itu semua kau anggap masalah
baiklah, aku menyerah

jika itu semua kau anggap masalah
aku akan menjadi peternak sapi perah
atau petani yang setia memanen gabah
di ujung desa sana








- 18 Agustus 2009 -

Selasa, 18 Agustus 2009

apakah itu merdeka ?

apakah benar kita telah merdeka ?
ketika kata hanya menjadi kata
tak mampu memberi makna

apakah benar kita telah merdeka ?
ketika makna hanya menjadi makna
tak mampu menjadi nyata

apakah benar kita telah merdeka ?
ketika nyata tak menjelma nyata

apakah itu merdeka ?
di manakah itu merdeka ?
bagaimanakah itu merdeka ?
siapakah itu merdeka ?

ah, entahlah....
dan, tertinggal resah







- 18 Agustus 2009 -

akulah bunga mungilmu

aku bukan mawar
karena ku tak akan menusuki hatimu dengan duriduriku

aku bukan lily
karena aku tak akan hanya memberimu satu bunga
untuk kau pandangi dengan indah matamu
dan, lantas lenyap dari pandangmu
ketika seseorang memotong batangnya dari halaman rumahmu

akulah melati
tumbuh merambat perlahan dalam relungmu
dan, memberimu berjuta bunga mungil mengharum dalam kalbumu

akulah kenanga
tumbuh di sudut beranda hatimu
dan, memberimu berjuta bunga mungil mengharum dalam jiwamu

akulah kemuning
tumbuh menyemak di atas gundukan cintamu
dan, kuluruhkan sekuntum demi sekuntum bunga di setiap malammu
hingga berjuta malam seperti kau mau

akulah bungabunga mungilmu
meski tak secantik mawar atau lily yang pernah tumbuh di halaman rumahmu
kelak, akan kujatuhkan kuntum demi kuntumku
untuk mengharumkan berjuta malammu







- 18 Agustus 2009 -

balada pengamen berkamera

pengamen berkamera, kemarin ia masih di sana
sayap-sayapnya terluka, dan aku berniat mengobati luka-lukanya semata
ah, mata sendunya menusuk tepat di jantungku
membuatnya berhenti berdetak beberapa waktu

ah, salahkah aku jika jatuh cinta padamu ?
lelaki bermata sendu

pengamen berkamera, kini ia tak lagi di sana
sayap-sayapnya telah kembali seperti semula
dan, tak ada hakku untuk mengurungmu dalam jerujiku seperti ketakutanmu

ah, tahukah kau ?
cintaku tak akan membelenggumu seperti ketakutanmu

terbanglah sebebas kau mau menuju angkasa biru
terbanglah sejauh kau mampu
dan, hinggaplah sesuka hatimu

tugasku pun telah usai mengobati luka-lukamu
dan, kini giliranku mengobati sendiri luka-lukaku di sudut sarangku
mengumpulkan kembali serpihan-serpihan jantungku
yang tertusuk mata sendumu itu



- 18 Agustus 2009 -

Senin, 17 Agustus 2009

jangan beri aku cinta

jangan beri aku cinta semanis coklat
kelak akan memberiku banyak jerawat

jangan beri aku cinta semanis permen
kelak akan membuatku tak lagi keren

jangan beri aku cinta semanis madu
kelak akan membuatku menangis tersedu

jangan beri aku cinta
kelak kau akan memberiku duka

jangan beri aku cinta
karena sesungguhnya kau memberiku luka

jangan beri aku cinta
bagiku, itu hanya angin surga belaka

jangan beri aku cinta

jangan beri aku cinta

jangan beri aku cinta

karena cinta yang kau punya
semata ular berbisa










- 17 Agustus 2009 -

tak perlu memujaku serupa dewa

tak perlu memujaku serupa dewa
aku hanya manusia biasa
tak perlu memintaku tinggal
aku tak ingin membuatmu menyesal

tak perlu memujaku serupa dewa
jika pujamu serupa ular berbisa
tak perlu memintaku tinggal
aku pun tak ingin menyesal

tak perlu memujaku serupa dewa
aku bukanlah siapa-siapa
tak perlu memintaku tinggal
karena aku bukan perempuan binal

tak perlu memujaku serupa dewa
aku tak lagi punya apa-apa
tak perlu memintaku tinggal
karena aku baru saja kau kenal

tak perlu memujaku serupa dewa
jika pujamu hanya memberi luka
tak perlu memintaku tinggal
karena aku tak pandai membual

tak perlu memujaku serupa dewa
ku tak ingin tenggelam kembali dalam duka
tak perlu memintaku tinggal
karena aku sedang amat sebal

pada ular-ular berbisa
pada lintah-lintah penghisap darah
pada kalajengking-kalajengking beracun

tak perlu memujaku serupa dewa
tak perlu memintaku tinggal

bagiku, kau serupa ular berbisa
dan, aku bukan perempuan binal








- 17 Agustus 2009 -

terjebak di dalam rimba kata

terjebak di dalam rimba kata
benarbenar membuatku terpana
ah, benarbenar tak kusangka
akan begini jadinya

terjebak di dalam rimba kata
duriduri menusuki, tinggalkan luka
getahgetah menetes, lengket dalam benak
akarakar menjerat, menyeret duka

terjebak di dalam rimba kata
entah untuk apa
jawab kian jauh dari tanya
selembar ijazah, pembangkit resah
bukan. bukan selembar ijazah

terjebak di dalam rimba kata
entah untuk apa
jawab kian jauh dari tanya
bermangkuk ilmu, tak pernah cukup buatku
kelu. ingin kuusir kelu

terjebak di dalam rimba kata
entah untuk apa
jawab kian jauh dari tanya
dan, aku tak hendak ke mana
tersesat. tersesat dalam pekat jerat
urat-urat akar

terjebak di dalam rimba kata
parangku tak lagi tajam
pedangku telah patah
busurku tak bertemu panah
ah, jiwa yang lelah
kapan sampai pada istirah

terjebak di dalam rimba kata
bersama para raksasa
suaranya bergema dalam gelap guagua
menciutkan nyali
tak ada lagi belati
mungkinkah masih bisa unjuk gigi
di depan para raksasa bertaring runcing
atau gigigigi berdenting
yang siap meremukkan daging

terjebak di dalam rimba kata
entah kapan jebakan ini lenyap
meski terdiam dalam senyap
masih sering pulan tergagap
jika para raksasa sedang menguap

huaaaaaaah







- 17 Agustus 2009 -

aku bukan jalang

aku bukan jalang
meski rambutku merah pirang

aku bukan jalang
meski ku gemar main layanglayang
dengan hati melayang

aku bukan jalang
bukan hal mudah bagiku untuk berterus terang
ketika ku jatuh cinta pada seseorang

aku bukan jalang
bukan hal mudah bagiku untuk berbohong
tentang dia yang tersayang

aku bukang jalang
tak pernah mengumbar cinta
apalagi membual dusta

aku bukan jalang
tak pandai bermain perangperangan
apalagi bermain peran di hadapan kalian

aku bukan jalang
aku bukan jalang
aku bukan jalang

biarkan aku pergi melayang
seperti layanglayang
di atas langit menjulang








- 16 Agustus 2009 -

ketika penat merambat

ketika penat merambat
kau berikan aku sebuah maklumat
sebuah pilihan yang terlalu sulit amat
untuk dicerna, meski lamatlamat kalimat itu tetap memberat
di antara pelupuk mata yang kian berat
di antara ruang jantung yang berdetak kian melambat

aku hanya ingin istirahat
dengan amat sangat
tubuhku kian penat
otakku kian sarat
mataku kian berat
jemariku kian lambat
ketika pilihan itu membuatku sekarat

aku hanya ingin istirahat
tak ingin kembali bermain-main dengan urat
atau mendengar damprat
yang sempat terlewat

aku hanya ingin istirahat

penat

penat

penat

kian merambat ke setiap jaringan urat

aku hanya ingin istirahat



pergilah
terbanglah
dan, biarkanku menghapus lelah

sendiri











- 16 Agustus 2009 -

Selamat Jalan, Donny Asmoro

dini hari ketika mata masih mengernyit
tubuh masih begitu penat
dan, ku terima kabar tentangmu
seorang teman
seorang sahabat
telah berpulang kembali pada-Nya

sungguh, aku tak percaya
kemarin kita masih bercengkerama
kemarin kita masih bercanda
tentang apa saja
tentang dunia
di mata kita

sungguh, aku tak percaya
tetapi aku harus percaya

ketika kesadaran telah pulih
ku lihat begitu banyak catatan sedih
di dindingmu

tak hanya aku, teman-temanmu, juga keluargamu
begitu kehilanganmu
sosok sahabat yang selalu menyenangkan
sosok ayah yang selalu penyayang
sosok suami yang penuh tanggung jawab

ketika berita kepergianmu benarbenar nyata di hadapan
hanya doa yang bisa kuberikan:
pergilah dengan tenang menuju peristirahatan abadi
yang telah dipersiapkan Sang Kekasih untukmu
dan, kau adalah kekasih terbaik di dalam surga-Nya

tertinggal aku, teman-temanmu, juga keluargamu
yang akan selalu mengenang dirimu dan semua kebaikanmu
menjaga dan meneruskan langkah-langkahmu

Selamat Jalan, Donny Asmoro
doa-doa akan terus menemanimu
selalu





- 16 Agustus 2009 -

pelukis pelangi

pelangi itu tak terlukis lagi dalam bening matamu. kau selalu menghapusnya kembali, meski tak lelah ku melukisnya dengan bias airmataku.

terbanglah sebebas kau mau ke ujung-ujung gunung pencakar langit membiru. menjelajahi rimbun-rimbun hutan perawan seperti telah lama kau angan. menyusuri sungai-sungai mengalir seperti jiwamu tak henti berdesir. menapaki gua-gua penuh gema seperti gema cinta dalam jiwamu. lukislah pelangi abadi dalam jiwa sepimu seperti kau mau.

dan, aku tetap di sini, tak lelah ku lukis pelangi dalam jiwa-jiwa sepi yang merindui.

dan, aku tetap di sini, tak lelah ku lukis pelangi dalam mata-mata jeli yang mengingini.

dan, aku tetap di sini, tak lelah ku lukis pelangi hingga Sang Pelukis melukis pelangi abadi dalam diri suatu hari nanti.




- 14 Agustus 2009 -

pagi ini

mentari hangat
menghapus penat
semilir angin
menghembus flamboyan
burungburung pipit
riuh menjerit
sembari menyapa
selamat pagi, Cinta



- 10 Agustus 2009 -

Minggu, 09 Agustus 2009

tahukah kau ?

tahukah kau ?
lukisan terindah yang pernah dilukis Tuhan adalah lukisan dirimu
pahatan terindah yang pernah dipahat Tuhan adalah pahatan dirimu
musik terindah yang pernah digubah Tuhan adalah suaramu

dan, aku hanya bisa menikmati karya seni terindah Tuhan itu
dari tempat dudukku
tak inginku beranjak, meski sesaat
seperti janji itu
tetaplah di tempatmu
tetaplah di tempatku
hingga waktu memberi isyarat-Mu



- 9 Agustus 2009 -

catatan semalam, untukmu

mataku telah terbiasa terjaga ketika malam menjelang
bibirku telah terbiasa tersenyum ketika belati menusuki punggung
hatiku telah terbiasa terluka ketika madu menjelma racun
jiwaku telah terbiasa terbang di antara gelap awang
mengunjungimu
mengunjungimu
mengunjungimu
membelai tubuhmu
mengobati luka hatimu
mendengar segala resahmu
memandang segala senyummu

dan, aku berikan segala padamu
segala pintamu
agar kelak kau mampu terbang kembali mewarnai langit kelabu di atas sana
dan, aku hanya minta padamu
lukislah pelangi kembali dalam senyummu
lukislah pelangi kembali dalam hatimu
lukislah pelangi kembali dalam hidupmu

hingga kelak, aku kan menutup mataku dengan tersenyum menatap pelangi itu dalam hatimu



- 9 Agustus 2009 -

musim tlah berganti

musim tlah berganti
ketika mentari kian membakar diri di siang terik
mengeringkan kulit hingga serupa ikan bersisik

musim tlah berganti
ketika udara malam kian menusuki tulang hingga ke dalam sumsum
membuat tubuh kian melengkung di atas ranjang malam

musim tlah berganti
serupa kembangkembang di taman berganti warna
serupa kembangkembang mangga beranjak harum meranum
serupa kembangkembang jambu menjatuhkan benangbenang sari di atas tanah
serupa kembangkembang cinta beranjak mengering dalam duka

musim tlah berganti
semalam, topeng tegar itu tlah melekat kembali di wajahku
tlah ku keringkan airmata di kedua sudut mataku
tlah ku lukiskan senyum di sudut bibirku

musim tlah berganti
serupa dirimu tlah beranjak pergi bersama perempuanmu
serupa diriku tlah beranjak kembali mengaliri sunyiku

musim tlah berganti
dan, kembali aku berdiri menikmati segala sunyi dengan senyum terindah
serupa mentari pagi memberi hangat jiwajiwa sepi



- 9 Agustus 2009 -

hari ini, tiga tahun lalu

hari ini, tepat tiga tahun lalu
ku langkahkan kaki memasuki sangkar itu
kotak dengan jeruji besi mengelilingi tertutup bungabunga sewarna, ungu
ku masuki dengan segala sadarku tanpa ragu

hari ini, tepat tiga tahun lalu
ku tinggalkan segala kebebasanku, segala pemikiranku
memulai hidup baru, dengan segala peraturan itu
belajar memahami sebuah kepalsuan berbalut senyum lugu

hari ini, tepat tiga tahun lalu
ku belajar menjadi badut lucu, bahan tertawaanmu, bahan gunjinganmu
sempat ku ingin keluar dari sangkar besi itu, dengan segala sadarku
terbebas dari segala belenggu aturanmu

hari ini, tepat tiga tahun lalu
ku belajar melihat dunia dari sudut matamu, liar, tak bersahabat, dan penuh nafsu
tenyata hitam tak selalu hitam
ternyata putih tak selalu putih
tak ada hitam atau putih dalam duniamu
semua kelabu, tak menentu
dan, aku belajar meraba dalam keluguanku

hari ini, setelah tiga tahun berlalu
ku telah memahami dunia dari sudut matamu itu
tak semata hitam, tak semata putih, tak semata kelabu
segala warna ada di sana, berbaur menjadi satu
meski di hadapanmu semua berubah kelabu

hari ini, setelah tiga tahun berlalu
ku tetap diriku sebelum memasuki sangkar itu
mampu menjadi kelabu dalam sudut matamu
dan, ketika ku berada di luar sangkar itu
aku tetaplah aku
terbang bebas membentangkan kedua sayapku
mencari ujung pelangi di ujung duniaku

hari ini, setelah tiga tahun berlalu
ku telah mampu hidup dalam duniamu
meski ku tak kehilangan duniaku




- 8 Agustus 2009 -

malam

malam
adalah sahabat terbaikku


malam
adalah kekasih terbaikku
tak henti ku cumbui dirimu


malam
mulai malam ini, aku akan selalu terjaga bersamamu
berdoa bersamamu


selalu





- 7 Agustus 2009 -

selama ini

selama ini telah ku simpan rapi airmataku
bolehkah ia ku keluarkan malam ini ?

selama ini telah ku simpan rapi keluhku
bolehkah ia ku keluarkan malam ini ?

selama ini telah ku simpan rapi rapuhku
bolehkah ia ku keluarkan malam ini ?

selama ini telah ku simpan rapi perihku
bolehkah ia ku keluarkan malam ini ?

selama ini telah ku simpan rapi jengahku
bolehkah ia ku keluarkan malam ini ?

selama ini telah ku simpan rapi marahku
bolehkah ia ku keluarkan malam ini ?

selama ini telah ku pakai topeng bernama tegar itu
bolehkah ia ku lepas malam ini ?

hanya di hadapan-Mu
hanya di dada-Mu
hanya di pangkuan-Mu
hanya di kaki-Mu

karena hanya pada-Mu
diriku mampu bercerita semua tentangku
karena hanya di hadapan-Mu
diriku mampu telanjang tanpa topeng ketegaran itu



- 6 Agustus 2009 -

kau masih merindukanku, ku tahu itu

kau masih merindukanku, ku tahu itu
meski kau kukuh menutup mulutmu
meski kau kukuh mengingkari hatimu

kau masih merindukanku, ku tahu itu
kau mengamatiku dari kejauhan pun, ku tahu itu

kau bilang aku telah tahu semua kartumu
dan, aku pun bilang kau telah tahu semua kartuku

dulu, ku pernah bertanya mengapa kita tak bersatu
kau bilang dirimu tak pantas untukku
ah, itu hanya alibimu untuk menjauhiku

hidup ini bukan sekadar main kartu
itu yang ingin ku bilang padamu, sejak dulu

kau masih merindukanku, ku tahu itu
karena hanya aku yang mampu membuat jantungmu berdebar lebih kencang
karena hanya aku yang mampu membuat hatimu kembali tersenyum senang
karena hanya aku yang mampu membuat bibirmu bercerita tentangmu dan impianmu
karena hanya aku yang mampu membuat dirimu merindu

kau masih merindukanku, ku tahu itu
dan, aku pun masih merindukanmu, kau tahu itu
doaku tetap satu di setiap malamku:
aku, kau, kita
selamanya
entah di dunia
atau kelak di surga

kau masih merindukanku, ku tahu itu
semoga Tuhan mengabulkan doaku
juga mengabulkan doamu




- 6 Agustus 2009 -

salahkah ku

ku hanya ingin bertanya satu hal padamu

salahkah ku bila cemburu pada perempuan itu?

perempuan yang telah begitu merebut hatimu

perempuan yang telah membawa pergi senyummu

salahkah ku bila cemburu pada perempuan itu?

aku tak ingin bermain-main dengan hatimu

dan, membuatku kembali terbenam dalam kelu
terbenam dalam rindu
tanpa ku tahu
kapan segala berlalu


- 6 Agustus 2009 -

selalu bersamamu

berbincang kembali denganmu
menelusuri kembali bising benakmu
menelusuri kembali sunyi hatimu
menghitung kembali detak jantungmu

kaulah itu, tempat bersemayamku, asal kejadianku
kaulah itu, karena aku adalah tulang rusukmu

dan, aku menjelma pelita penuntunmu dalam gelap
keluarlah dari gua gelapmu, Cinta
tataplah kembali dunia penuh warna serupa pelangi seusai rinai

dan, aku air mengalir dalam beku hatimu serupa salju
cairlah beku saljumu, Cinta
bersemilah kembali serupa musim semi seusai salju mencair

dan, aku menjelma lumut menumbuhi bebatuan hitam keras
lunaklah kembali hatimu, Cinta
sungguh, hatimu serupa taman bunga yang indah
di mana lumut tumbuh sebagai pembuka

kelak, aku akan padam jika telah habis waktuku
aku tak peduli, asal kau telah kembali mewarnai duniamu yang indah

kelak, aku akan menguap ke angkasa jika telah tiba saatnya
aku tak peduli, asal salju di hatimu telah mencair menjelma musim semi yang indah

kelak, aku akan tergantikan bunga-bunga indah membuat hatimu menyerah
aku tak peduli, asal hatimu telah menjelma taman bunga aneka warna

dan, aku akan tetap ada untukmu
menjelma apa pun kau mau
mewujud apa pun kau perlu
untuk menemanimu
untuk mengasihimu
untuk menyayangimu
selamanya
seperti udara dalam setiap hembus nafasmu
seperti air dalam setiap tetes darahmu
seperti detak dalam jantungmu




- 5 Agustus 2009 -

Elegi Air

: untuk Kika Syafii


semalam, perjalanan itu kulalui kembali
menyusuri setiap tikungan dan perempatan
ku lalui setiap lekukan dan liukan
gelap malam telah membawaku mengunjungimu

seperti pernah kau bilang, aku ini air
yang melewati setiap relung
bahkan celah tersempit pun, ku lalui setiap ruang

ya, itulah aku
merembes di setiap relung kalbu, juga dalam kalbumu
tak ada yang mampu membendungku, tidak juga dirimu

jika api mampu mendidihkanku, membuatku menguap ke angkasa
kelak aku akan turun kembali ke bumi dalam hujan
dan, akulah hujan
yang akan membasahi lelah tubuhmu
mendinginkan resah hatimu
menyembunyikan airmata dukamu bersamaku

ya, itulah aku
airmata yang mengalir dari matamu
airmata yang telah mengantar Cintamu ke surga keabadian

ya, itulah aku
air yang mengalir dalam tubuhmu
air yang mengalir dari lukamu

ya, itulah aku
Air-mu



- 5 Agustus 2009 -

tanda tanya

kemarin ku jumpa sebuah tanda tanya
di sebuah sua
tanda tanya yang amat menggoda
dengan berjuta pesona

ternyata, tanda tanya itu memberiku luka
di atas luka lama
yang masih menganga

tanda tanya itu menggoda

tanda tanya itu dusta

tanda tanya itu luka

tolong, jangan beriku tanda tanya

aku tak ingin kembali terluka

oleh pesona

oleh dusta





- 4 Agustus 2009 -

sajak lalu

menghitung tanda seru

dalam setiap laku

menunggu waktu berlalu

menikmati setiap kelu

termangu, hingga segala berlalu

dalam angin lalu


- 3 Agustus 2009 -

Sabtu, 01 Agustus 2009

tetaplah di tempatmu, mantan kekasihku

masih ada desir hangat yang mengalir dalam tubuhku
ketika ku dengar suaramu di ujung sana, meski tidak di telingaku.
masih ada debar riuh yang berdentum di dalam jantungku
ketika ku dengar kabar tentangmu, meski tidak dari mulutmu.

maaf, aku tak ingin desir hangat itu membakarku kembali
seperti pernah kau lakukan padaku dulu.
maaf, aku tak ingin debar riuh itu memukulku terlalu keras
seperti pernah kau lakukan padaku dulu.

pintaku hanya satu,
tetaplah di tempatmu, tak perlu lagi mendekat padaku
aku telah membersihkan puing-puing hatiku yang telah kau tinggal berserakan dulu
dan, aku tak ingin kau membuatnya berserakan kembali dengan semua bualanmu.

tetaplah di tempatmu,
dan, aku akan tetap di tempatku

tetaplah di tempatmu,
dan, kita berjalan di jalur masing-masing.

tetaplah di tempatmu,
karena aku tak ingin menyakitimu dengan belatiku.



- 2 Januari 2009 -

jika aku ini serangga

jika aku ini serangga, maka aku bukanlah lebah
yang semenjak kecil selalu dimanja oleh inangnya,
selalu rebah dalam madu yang mewah.

jika aku ini serangga, maka aku bukanlah lalat
yang dengan semaunya hinggap di mana saja,
tempat sampah, gundukan kotoran, dan makanan.

jika aku ini serangga, maka aku bukanlah kecoa
yang suka menggerogoti tumpukan buku dan koran bekas di gudang
atau berkubang dalam lubang kloset di toilet.

jika aku ini serangga, maka aku bukanlah semut merah
yang gemar memakan bangkai apa saja di dalam tanah
membuat pedih kulit ketika ia menggigit, meninggalkan bekas merah di kulit.

jika aku ini serangga, maka aku bukanlah nyamuk
yang gemar menghisap darah manusia atau ternak
dan juga penyebab malaria atau demam dengue.

jika aku ini serangga, maka aku ini adalah kupu-kupu
semenjak kecil, ia harus melata sendiri
bertahan hidup dalam kesendirian
mengunyah hanya dedaunan
ia pun berselimut dalam kepompong sendiri
hingga kelak ia menjelma kupu-kupu
yang siap terbang tinggi sendiri
meski kedua sayapnya amat rapuh.


- 1 Agustus 2009 -