mungkin saja kau telah jadi hujan
pada kemarau, yang pernah menghampiriku
atau mungkin kau sekadar menjelma embun,
yang telah mampir pada pagiku
mungkin...
sayang, kau tak pernah sadar
bila hujan yang mampir itu
telah menawanku begitu rupa
dan, kau pun tak pernah sadar
bila embun yang menetes pada keningku
telah jadi luka pada ruang jiwaku
ah, mengapa kau memilihku ?
untuk kau simpan pada ladang hatimu
sebab aku selembar daun,
yang ngungun di antara ribuan daun
pada belantara hutanmu
biarkan saja aku menua
dan, terjatuh pada tanahku
sebab itulah takdirku
(27 Februari 2010)
Hidup itu pilihan, bergantung pada isi kepala dan hati Anda dalam menjalaninya (Ririe Rengganis).
Jumat, 26 Februari 2010
maaf, bila aku tak setia
bila kau pikir aku setia,
maka kau salah sangka
sebab aku sedang menerbangkan luka
bersama asap-asap dupa,
yang memedihkan mata
pun menoreh luka pada jiwa mereka,
yang gemar memuja cinta
sedang tangan-kaki mereka merajam jiwa
itu sebabnya pernah kukatakan padamu,
yang begitu mencintaiku
hingga buta segalamu
maafkan aku...
(26 Februari 2010)
maka kau salah sangka
sebab aku sedang menerbangkan luka
bersama asap-asap dupa,
yang memedihkan mata
pun menoreh luka pada jiwa mereka,
yang gemar memuja cinta
sedang tangan-kaki mereka merajam jiwa
itu sebabnya pernah kukatakan padamu,
yang begitu mencintaiku
hingga buta segalamu
maafkan aku...
(26 Februari 2010)
Kamis, 25 Februari 2010
melukat hasrat
menerbangkan asa
pada gugusan mega
menghembuskan cinta
dalam helaian kabut
membekukan rindu
dalam butiran hujan
dan, biarlah segalanya
mengalir menuju muara
pada lautan lepas,
tempat segala hasrat
berenang bebas
menuju samudra tanpa batas
(25 Februari 2010)
pada gugusan mega
menghembuskan cinta
dalam helaian kabut
membekukan rindu
dalam butiran hujan
dan, biarlah segalanya
mengalir menuju muara
pada lautan lepas,
tempat segala hasrat
berenang bebas
menuju samudra tanpa batas
(25 Februari 2010)
puja pada pagi buta
terbangun pada pagi buta
terbersit ingatan tentang magenta,
yang terlarang untuk dicinta
sebab ia telah bahagia dalam surga kecilnya
dan, pada pagi buta
kuterbangkan puja bagi magenta,
selalu damai dan bahagia dalam surga kecilnya
pun kuterbangkan puja bagi jiwa pengembara
menujumu, sang mahacinta
(25 Februari 2010)
terbersit ingatan tentang magenta,
yang terlarang untuk dicinta
sebab ia telah bahagia dalam surga kecilnya
dan, pada pagi buta
kuterbangkan puja bagi magenta,
selalu damai dan bahagia dalam surga kecilnya
pun kuterbangkan puja bagi jiwa pengembara
menujumu, sang mahacinta
(25 Februari 2010)
Selasa, 23 Februari 2010
- no title -
you said,
i'm so stupid
waiting for a cupid
passing through into my eyelid
and i said,
you're so dull
playing games with a stupid doll
that you call Beauty Caroll
(23 Februari 2010)
i'm so stupid
waiting for a cupid
passing through into my eyelid
and i said,
you're so dull
playing games with a stupid doll
that you call Beauty Caroll
(23 Februari 2010)
Senin, 22 Februari 2010
perempuan yang berlayar tanpa sauh dan bidadari bersayap hitam
pada butir-butir peluh itu,
tak pernah kau simpan keluh
meski telah sering lelakimu selingkuh
di ranjang-ranjang penuh lenguh
dan, tetap kau melangkah angkuh
tak pernah sedikit pun jiwamu mengaduh
sedang tubuhmu terus berlayar tanpa sauh
mengarungi gelombang yang teguh
menggoyang perahumu dengan begitu riuh
duh, mengapa kau tetap begitu teguh
menyimpan lelaki yang gemar selingkuh
pada sudut hatimu, tanpa sedikit pun keluh
aaarrrggghhh !!!
lebih baik aku pergi menjauh atau lelaki itu kubunuh
dengan ujung-ujung jemariku yang kian melepuh
sebab mereka sedang haus ludira lelaki peselingkuh
(22 Februari 2010)
tak pernah kau simpan keluh
meski telah sering lelakimu selingkuh
di ranjang-ranjang penuh lenguh
dan, tetap kau melangkah angkuh
tak pernah sedikit pun jiwamu mengaduh
sedang tubuhmu terus berlayar tanpa sauh
mengarungi gelombang yang teguh
menggoyang perahumu dengan begitu riuh
duh, mengapa kau tetap begitu teguh
menyimpan lelaki yang gemar selingkuh
pada sudut hatimu, tanpa sedikit pun keluh
aaarrrggghhh !!!
lebih baik aku pergi menjauh atau lelaki itu kubunuh
dengan ujung-ujung jemariku yang kian melepuh
sebab mereka sedang haus ludira lelaki peselingkuh
(22 Februari 2010)
Minggu, 21 Februari 2010
biarkan aku terbang, sebab aku terlahir sebagai kunang-kunang
jalinan benang,
yang mengikat ruang sayang
di antara kita telah kupotong tadi siang
dan, kupakai menerbangkan layang-layang
di tanah lapang, tempat kita bertemu pandang
sebab telah kubuang segala kenang
tentang gelap jalan panjang,
yang membayang di belakang
sebab langkah-langkah kaki ini
milik masa depan, yang teramat sayang
bila dibuang tanpa berjuang
dan, kau tak perlu lagi membuang
segala rayu tentang sayang
sebab aku bukan lagi remaja belia,
yang masih percaya dusta bersemir cinta
maafkan aku, Sayang...
biarkan aku kembali bebas terbang
sebab aku terlahir sebagai kunang-kunang
dan, takdirku adalah memberi terang
bagi mereka yang merindu pulang
(22 Februari 2010)
yang mengikat ruang sayang
di antara kita telah kupotong tadi siang
dan, kupakai menerbangkan layang-layang
di tanah lapang, tempat kita bertemu pandang
sebab telah kubuang segala kenang
tentang gelap jalan panjang,
yang membayang di belakang
sebab langkah-langkah kaki ini
milik masa depan, yang teramat sayang
bila dibuang tanpa berjuang
dan, kau tak perlu lagi membuang
segala rayu tentang sayang
sebab aku bukan lagi remaja belia,
yang masih percaya dusta bersemir cinta
maafkan aku, Sayang...
biarkan aku kembali bebas terbang
sebab aku terlahir sebagai kunang-kunang
dan, takdirku adalah memberi terang
bagi mereka yang merindu pulang
(22 Februari 2010)
doaku pada janji sucimu
janji suci telah terucap pagi ini
di antara kau dan sang bidadari
sedang aku hanya mampu merapal doa pada sunyi
sebab langkah-langkah kaki
telah memilih pergi
darimu, lelaki yang sempat menghuni hati
sebagai alunan melodi
pun elegi
semoga bahagia untuk kalian berdua,
pasangan bahagia penghuni surga
(21 Februari 2010)
di antara kau dan sang bidadari
sedang aku hanya mampu merapal doa pada sunyi
sebab langkah-langkah kaki
telah memilih pergi
darimu, lelaki yang sempat menghuni hati
sebagai alunan melodi
pun elegi
semoga bahagia untuk kalian berdua,
pasangan bahagia penghuni surga
(21 Februari 2010)
tiga lelaki di luar jendela
1
tentang satu dari si kembar,
yang gemar mengumbar
kesenangan masa remaja
meski usiamu tak lagi belia
masih tentang satu dari si kembar,
yang masih gemar hura-hura
tercoret dari catatan jiwa
sebab kau belum pantas jadi tambatan jiwa
2
tentang si biru,
yang selalu kurindu
dari balik jendela kelasku
di balik kacamatamu
masih tentang si biru,
yang masih kurindu
meski waktu telah lama berlalu
sayang, hatimu tak merindu padaku
3
tentang si magenta,
pun terlihat dari balik jendela
yang gemar hura-hura
dan jadi pujaan banyak wanita
masih tentang si magenta,
yang masih menyimpan pesona
pada senyum dan tatap mata
sayang, jiwamu telah tertambat padanya
dan, tiga lelaki di luar jendela,
yang punya cerita istimewa
dalam sebuah bingkai jiwa
kini, tertinggal cerita semata
sebab aku telah menjelma pupa,
yang tergantung di ujung dahan pohon puja
(21 Februari 2010)
tentang satu dari si kembar,
yang gemar mengumbar
kesenangan masa remaja
meski usiamu tak lagi belia
masih tentang satu dari si kembar,
yang masih gemar hura-hura
tercoret dari catatan jiwa
sebab kau belum pantas jadi tambatan jiwa
2
tentang si biru,
yang selalu kurindu
dari balik jendela kelasku
di balik kacamatamu
masih tentang si biru,
yang masih kurindu
meski waktu telah lama berlalu
sayang, hatimu tak merindu padaku
3
tentang si magenta,
pun terlihat dari balik jendela
yang gemar hura-hura
dan jadi pujaan banyak wanita
masih tentang si magenta,
yang masih menyimpan pesona
pada senyum dan tatap mata
sayang, jiwamu telah tertambat padanya
dan, tiga lelaki di luar jendela,
yang punya cerita istimewa
dalam sebuah bingkai jiwa
kini, tertinggal cerita semata
sebab aku telah menjelma pupa,
yang tergantung di ujung dahan pohon puja
(21 Februari 2010)
sisa mimpi buruk semalam
mentari pagi menjenguk malu-malu
pada jendela kamarku
sedang aku masih saja termangu
mencoba menghalau segala galau
tentang mimpi buruk itu,
yang mampir pada akhir lelapku
ah, mimpi buruk sialan !!!
tentang sisa pertengkaran semalam
padamu yang meragu
atas rindu yang menjelma belenggu
pada sekujur jiwaku
hingga langkah-langkah kaki
berkeras melangkah pergi
menyusuri jalan sunyi
untuk bertemu denganmu, belahan hati
dan, bila kau tetap tak peduli
pun masih saja memaki
padaku yang merindumu, belahan hati
lebih baik aku menjauh pergi
darimu, yang gemar ingkar janji
atas sebuah temu
sebab aku tak hendak mengiba padamu
selamat tinggal, belahan hati
semoga kita tak bertemu kembali
pada kehidupan ini atau nanti
sebab aku tak ingin lagi peduli
pada segala rasa ini
(21 Februari 2010)
pada jendela kamarku
sedang aku masih saja termangu
mencoba menghalau segala galau
tentang mimpi buruk itu,
yang mampir pada akhir lelapku
ah, mimpi buruk sialan !!!
tentang sisa pertengkaran semalam
padamu yang meragu
atas rindu yang menjelma belenggu
pada sekujur jiwaku
hingga langkah-langkah kaki
berkeras melangkah pergi
menyusuri jalan sunyi
untuk bertemu denganmu, belahan hati
dan, bila kau tetap tak peduli
pun masih saja memaki
padaku yang merindumu, belahan hati
lebih baik aku menjauh pergi
darimu, yang gemar ingkar janji
atas sebuah temu
sebab aku tak hendak mengiba padamu
selamat tinggal, belahan hati
semoga kita tak bertemu kembali
pada kehidupan ini atau nanti
sebab aku tak ingin lagi peduli
pada segala rasa ini
(21 Februari 2010)
Sabtu, 20 Februari 2010
kukirim madu sebagai balasan sembilumu
memulai pagi dengan doa segenap hati
tentangmu yang melontar caci
padaku, yang serupa tukang cetak roti
terucap dari bibirmu yang berduri
sebab aku tak ingin kembali
melontar caci padamu, yang aku kasihi
sebab kau adalah saudara bagiku
dalam menanam harapan
pun menuai impian
pada tahun-tahun mendatang
di tanah penuh belukar itu
sebab aku lebih suka mengirim doa
dengan segenap jiwa bagimu atau kalian,
yang telah mengirim duri atau caci
pada selubung hati
semoga jalanmu indah, saudaraku
(20 Februari 2010)
tentangmu yang melontar caci
padaku, yang serupa tukang cetak roti
terucap dari bibirmu yang berduri
sebab aku tak ingin kembali
melontar caci padamu, yang aku kasihi
sebab kau adalah saudara bagiku
dalam menanam harapan
pun menuai impian
pada tahun-tahun mendatang
di tanah penuh belukar itu
sebab aku lebih suka mengirim doa
dengan segenap jiwa bagimu atau kalian,
yang telah mengirim duri atau caci
pada selubung hati
semoga jalanmu indah, saudaraku
(20 Februari 2010)
Jumat, 19 Februari 2010
ukiran janji pada batu-batu candi
batu-batu candi
tidak pernah lelah bersaksi
akan sebuah janji suci
antara dua hati
pun tentang sebuah ingkar janji
atas sebuah ikatan suci
dan, batu-batu candi
tetap setia memagari janji
akan sebuah pilihan hati
: sendiri dalam sunyi
(19 Februari 2010)
tidak pernah lelah bersaksi
akan sebuah janji suci
antara dua hati
pun tentang sebuah ingkar janji
atas sebuah ikatan suci
dan, batu-batu candi
tetap setia memagari janji
akan sebuah pilihan hati
: sendiri dalam sunyi
(19 Februari 2010)
pesan dari berlin
sebelum langkah kaki
kau ayun pagi ini,
izinkan bibirku
mengecup keningmu
serupa tetes embun
mampir pada kening daun
di halaman rumahmu
pun izinkan lenganku
memeluk tubuhmu
serupa mentari
menghangatkan pagi
lewat jendela kamarmu
sebab akulah lelakimu,
yang tak pernah membiarkanmu
pergi dari singgasana hatiku
(19 Februari 2010)
kau ayun pagi ini,
izinkan bibirku
mengecup keningmu
serupa tetes embun
mampir pada kening daun
di halaman rumahmu
pun izinkan lenganku
memeluk tubuhmu
serupa mentari
menghangatkan pagi
lewat jendela kamarmu
sebab akulah lelakimu,
yang tak pernah membiarkanmu
pergi dari singgasana hatiku
(19 Februari 2010)
Kamis, 18 Februari 2010
nostalgia lelaki magenta
menghirup malam romansa
dalam aroma bunga dan dupa
sembari menatap hangat tatap mata
pun senyum penuh pesona
darimu, lelaki magenta
dan, satu sudut hati bicara
duh, tatap matamu itu
serupa pemantik bagi lentera jiwa,
yang sempat padam pada badai lalu
sedang lengkung senyummu itu
serupa rintik hujan bagi ladang jiwa,
yang terserang kemarau pada musim lalu
sedang sudut hati yang lain bicara,
ah, ini sekadar nostalgia
sebab ia telah terikat janji suci
dengan seorang bidadari hati,
yang setia menunggu hadirmu
lelaki magenta, sang belahan jiwa
dan, aku memilih beranjak pergi
sembari berharap kau tak pernah tahu
bila ada sebentuk hati pernah memujamu
pada masa mudamu
sebab aku telah bahagia
dengan melihatmu bahagia
dalam surga kecilmu, lelaki magenta
(18 Februari 2010)
dalam aroma bunga dan dupa
sembari menatap hangat tatap mata
pun senyum penuh pesona
darimu, lelaki magenta
dan, satu sudut hati bicara
duh, tatap matamu itu
serupa pemantik bagi lentera jiwa,
yang sempat padam pada badai lalu
sedang lengkung senyummu itu
serupa rintik hujan bagi ladang jiwa,
yang terserang kemarau pada musim lalu
sedang sudut hati yang lain bicara,
ah, ini sekadar nostalgia
sebab ia telah terikat janji suci
dengan seorang bidadari hati,
yang setia menunggu hadirmu
lelaki magenta, sang belahan jiwa
dan, aku memilih beranjak pergi
sembari berharap kau tak pernah tahu
bila ada sebentuk hati pernah memujamu
pada masa mudamu
sebab aku telah bahagia
dengan melihatmu bahagia
dalam surga kecilmu, lelaki magenta
(18 Februari 2010)
hujan rindu di kotamu
telah kuterbangkan rinduku
pada awan-awan kelabu itu,
biarlah angin membawanya berlalu
dan, menurunkannya sebagai hujan di kotamu
(18 Februari 2010)
pada awan-awan kelabu itu,
biarlah angin membawanya berlalu
dan, menurunkannya sebagai hujan di kotamu
(18 Februari 2010)
rindu bertaut kabut
berteman dingin
menerbangkan ingin
dalam hembusan angin
menanam kalut
di antara akar-akar rumput
dan lindap kabut
ah, mengapa kau masih saja takut ?
mengungkap rindu yang tak henti bertaut
padaku, yang membuat hatimu tersundut
(17 Februari 2010)
menerbangkan ingin
dalam hembusan angin
menanam kalut
di antara akar-akar rumput
dan lindap kabut
ah, mengapa kau masih saja takut ?
mengungkap rindu yang tak henti bertaut
padaku, yang membuat hatimu tersundut
(17 Februari 2010)
penjara cinta (2)
telah begitu banyak pintu tanda,
yang tidak lagi mampu aku buka
dengan segala kunci semiotika
dan, aku pun tersesat dalam rimba,
yang kau sebut sebagai cinta
sedang aku menyebutnya sebagai penjara
sebab kau telah mendera begitu rupa
sebuah jiwa yang terluka
dengan luka-luka yang lainnya
bebaskan aku segera
dari penjara, yang kau sebut cinta
sebab aku masih penuh luka
sedang kau tak mampu menyembuhkannya
(16 Februari 2010)
yang tidak lagi mampu aku buka
dengan segala kunci semiotika
dan, aku pun tersesat dalam rimba,
yang kau sebut sebagai cinta
sedang aku menyebutnya sebagai penjara
sebab kau telah mendera begitu rupa
sebuah jiwa yang terluka
dengan luka-luka yang lainnya
bebaskan aku segera
dari penjara, yang kau sebut cinta
sebab aku masih penuh luka
sedang kau tak mampu menyembuhkannya
(16 Februari 2010)
sebab aku terlahir bebas
sangkar emas,
yang kau hias begitu rupa
tak akan pernah membuatku lemas
pun tersungkur di bawah telapak kakimu
hingga dunia lelah berlari
pada akhir waktu nanti
sebab aku terlahir bebas,
terbang ke mana saja kusuka
hingga waktu itu tiba
sebuah sarang nyaman,
yang terpintal dari benang-benang sayang
menungguku di Surga
(16 Februari 2010)
yang kau hias begitu rupa
tak akan pernah membuatku lemas
pun tersungkur di bawah telapak kakimu
hingga dunia lelah berlari
pada akhir waktu nanti
sebab aku terlahir bebas,
terbang ke mana saja kusuka
hingga waktu itu tiba
sebuah sarang nyaman,
yang terpintal dari benang-benang sayang
menungguku di Surga
(16 Februari 2010)
cinta idealis atau realis ?
sebab aku sedang terjebak
dalam sebuah kotak,
yang bertulis dilema pada sisinya
ketika kau tanya padaku
tentang sauh pada kapalku
aku atau dia ? begitu tanyamu
ah, ternyata simpang itu
benar-benar mengurungku
dalam lingkaran semu
dan, aku harus menentukan langkahku
menuju padamu, cinta idealis itu
atau menuju padanya, cinta realis itu
seperti pernah kita bincang-bincang
pada siang terakhir itu, Sayang
memang tak akan pernah sama
cinta idealis atau cinta realis
hingga aku memilih jalan lain, simpang ketiga
menjelma pupa dan pertapa
hingga tiba waktuku
menjelma kupu-kupu
dan terbang pada langitmu, kekasih-kekasihku
(15 Februari 2010)
dalam sebuah kotak,
yang bertulis dilema pada sisinya
ketika kau tanya padaku
tentang sauh pada kapalku
aku atau dia ? begitu tanyamu
ah, ternyata simpang itu
benar-benar mengurungku
dalam lingkaran semu
dan, aku harus menentukan langkahku
menuju padamu, cinta idealis itu
atau menuju padanya, cinta realis itu
seperti pernah kita bincang-bincang
pada siang terakhir itu, Sayang
memang tak akan pernah sama
cinta idealis atau cinta realis
hingga aku memilih jalan lain, simpang ketiga
menjelma pupa dan pertapa
hingga tiba waktuku
menjelma kupu-kupu
dan terbang pada langitmu, kekasih-kekasihku
(15 Februari 2010)
suara itu, pengantar tidurku...
suara itu,
yang selalu mengantarku
rebah pada ranjangku
pun mengantarku
melupakan segala penatku
suara itu,
yang telah memanjaku
pun mengubah segalaku
serupa tetes-tetes embun
menyapa pada setiap pagiku
suara itu,
semoga tak sekadar nyanyi palsu
yang meninabobokan lantas berlalu
meninggalkan mimpi buruk serupa kisah-kisah lalu
ah, suara itu...
menjelma candu di telingaku
(15 Februari 2010)
yang selalu mengantarku
rebah pada ranjangku
pun mengantarku
melupakan segala penatku
suara itu,
yang telah memanjaku
pun mengubah segalaku
serupa tetes-tetes embun
menyapa pada setiap pagiku
suara itu,
semoga tak sekadar nyanyi palsu
yang meninabobokan lantas berlalu
meninggalkan mimpi buruk serupa kisah-kisah lalu
ah, suara itu...
menjelma candu di telingaku
(15 Februari 2010)
Minggu, 14 Februari 2010
sebab aku adalah perawan suci
sebab aku adalah perawan suci
dengan wangi kasturi,
yang menarik hidung lelaki-lelaki
pun mengikuti langkah-langkah kaki
pada malam-malam sunyi
sebab aku adalah perawan suci
dengan segala caci maki,
yang keluar dari mulut istri-istri
pun menyumpahi diri tiada henti
di bawah terik mentari
sebab aku adalah perawan suci
dengan segala sanjung puji,
yang keluar dari mulut bayi-bayi
tak berdosa pun telah dibuang
pada pinggir-pinggir kali
sebab aku adalah perawan suci,
yang tak pernah peduli
pada segala caci maki pun sanjung puji
sebab jalan ini adalah bekal menuju abadi
pun bertemu dengan kekasih sejati
di altar Sang Mahasuci
(14 Februari 2010)
dengan wangi kasturi,
yang menarik hidung lelaki-lelaki
pun mengikuti langkah-langkah kaki
pada malam-malam sunyi
sebab aku adalah perawan suci
dengan segala caci maki,
yang keluar dari mulut istri-istri
pun menyumpahi diri tiada henti
di bawah terik mentari
sebab aku adalah perawan suci
dengan segala sanjung puji,
yang keluar dari mulut bayi-bayi
tak berdosa pun telah dibuang
pada pinggir-pinggir kali
sebab aku adalah perawan suci,
yang tak pernah peduli
pada segala caci maki pun sanjung puji
sebab jalan ini adalah bekal menuju abadi
pun bertemu dengan kekasih sejati
di altar Sang Mahasuci
(14 Februari 2010)
pada malam merah saga
ketika malam menjelma merah saga,
maka tiba waktu untuk terjaga
dan menyalakan beberapa batang dupa
dari merah lilin yang telah menyala sejak senja
sembari menerbangkan doa-doa
lewat asap-asap dupa
hingga mentari kembali terjaga
pada pagi buta
semoga kau bahagia di nirwana, nenek tercinta
(14 Februari 2010)
maka tiba waktu untuk terjaga
dan menyalakan beberapa batang dupa
dari merah lilin yang telah menyala sejak senja
sembari menerbangkan doa-doa
lewat asap-asap dupa
hingga mentari kembali terjaga
pada pagi buta
semoga kau bahagia di nirwana, nenek tercinta
(14 Februari 2010)
Sabtu, 13 Februari 2010
sebab cinta adalah cinta
sebab cinta adalah cinta,
yang seharusnya lahir tanpa karena
bagi segala makhluk di dunia
sebab cinta adalah cinta,
yang tak lekang masa pun usia
serupa ombak setia membasuh karang
sebab cinta adalah cinta,
yang tak perlu menunggu waktu
untuk melukisnya indah pada langitmu
sebab cinta adalah cinta,
yang tak perlu menunggu februari
untuk mengukirnya pada relung hati
sebab cinta adalah cinta,
yang selalu setia berdua bersanding luka
serupa sekeping uang logam dengan dua sisinya
sebab cinta adalah cinta,
yang mampu menorehkan segala luka
pun mampu menyembuhkan segala luka
sebab cinta adalah cinta,
yang selalu hadir dalam berbagai wujud dan rupa
serupa energi yang tak pernah musnah di setiap jiwa
sebab cinta adalah cinta,
ketika aku mencintaimu tanpa karena
dan kau pun mencintaiku tanpa karena
...selamanya
(14 Februari 2010)
yang seharusnya lahir tanpa karena
bagi segala makhluk di dunia
sebab cinta adalah cinta,
yang tak lekang masa pun usia
serupa ombak setia membasuh karang
sebab cinta adalah cinta,
yang tak perlu menunggu waktu
untuk melukisnya indah pada langitmu
sebab cinta adalah cinta,
yang tak perlu menunggu februari
untuk mengukirnya pada relung hati
sebab cinta adalah cinta,
yang selalu setia berdua bersanding luka
serupa sekeping uang logam dengan dua sisinya
sebab cinta adalah cinta,
yang mampu menorehkan segala luka
pun mampu menyembuhkan segala luka
sebab cinta adalah cinta,
yang selalu hadir dalam berbagai wujud dan rupa
serupa energi yang tak pernah musnah di setiap jiwa
sebab cinta adalah cinta,
ketika aku mencintaimu tanpa karena
dan kau pun mencintaiku tanpa karena
...selamanya
(14 Februari 2010)
cinta sejati lelaki penghuni puri
di balik pagar sebuah puri,
kau tak henti berlari
mencari cinta sejati
bersama empat peri,
yang setia mengiringi
ke mana langkahmu pergi
ah, mengapa kau masih mencari ?
pilih saja salah satu peri
sebagai belahan hati
sebab salah satu peri itu
sedang jatuh hati padamu
dan, kau masih saja berlari
mencari sang belahan hati,
yang pernah kau tinggal pergi
di antara rumpun mawar penuh duri
hingga pada sebuah pagi,
kau bertemu dengannya belahan hati
-sang putri- yang telah lama kau cari
dalam lari dan doa tanpa henti
sebab hanya pada -sang putri-
kau labuhkan segala cinta sejati,
yang kau miliki dalam relung hati
ah, benarkah itu cinta sejati ?
bila kau masih saja berdiam diri,
membiarkan -sang putri- sendiri
terkurung dalam sebuah kastil tinggi,
yang dikelilingi kawat berduri
bila -sang putri- memang cinta sejati,
yang telah lama kau cari selama ini
maka lekas bawa -sang putri- pergi
dari kurungan penuh ranjau berduri
sebelum -sang putri- menghilang kembali
serupa mimpi pergi ketika pagi menghampiri
(13 Februari 2010)
kau tak henti berlari
mencari cinta sejati
bersama empat peri,
yang setia mengiringi
ke mana langkahmu pergi
ah, mengapa kau masih mencari ?
pilih saja salah satu peri
sebagai belahan hati
sebab salah satu peri itu
sedang jatuh hati padamu
dan, kau masih saja berlari
mencari sang belahan hati,
yang pernah kau tinggal pergi
di antara rumpun mawar penuh duri
hingga pada sebuah pagi,
kau bertemu dengannya belahan hati
-sang putri- yang telah lama kau cari
dalam lari dan doa tanpa henti
sebab hanya pada -sang putri-
kau labuhkan segala cinta sejati,
yang kau miliki dalam relung hati
ah, benarkah itu cinta sejati ?
bila kau masih saja berdiam diri,
membiarkan -sang putri- sendiri
terkurung dalam sebuah kastil tinggi,
yang dikelilingi kawat berduri
bila -sang putri- memang cinta sejati,
yang telah lama kau cari selama ini
maka lekas bawa -sang putri- pergi
dari kurungan penuh ranjau berduri
sebelum -sang putri- menghilang kembali
serupa mimpi pergi ketika pagi menghampiri
(13 Februari 2010)
lampion merah di langit-langit rumah
senja ini, segala penjuru mulai berbenah. jemari menari cekatan membersihkan setiap sudut rumah. pun membuang segala tumpukan sampah. dan, mulai memerahkan rumah, tempat meredakan segala resah. pun tempat mengumpulkan segala remah. ah, ritual yang indah. semoga keberuntungan dan keselamatan tetap bersama kita, begitulah desah perempuan berpipi merah.
sepasang nenas merah telah tergantung di depan pintu rumah. sepasang lilin merah dan dupa telah menyala di atas altar ditemani beberapa sajian, menunggu sepasang naga menghampiri dan memberkati seluruh penghuni rumah, esok pagi. ketika mentari menyapa diri, membangunkan diri dari segala mimpi. dan, mulai melangkahkan kaki dan menarikan jemari demi mewujudkan sebuah mimpi.
hingga pada senja berikutnya, saat yang tepat melihat tarian naga pada langit senja yang memerah. dan, dua belas bintang mengikuti di belakangnya. pertanda musim itu akan segera tiba, di mana segala kebenaran dan kejujuran segera berhadapan dengan segala kelicikan dan kebohongan. dan, kita menunggu sang pemenang sejati di bawah pohon plum yang amat tua.
(13 Februari 2010)
sepasang nenas merah telah tergantung di depan pintu rumah. sepasang lilin merah dan dupa telah menyala di atas altar ditemani beberapa sajian, menunggu sepasang naga menghampiri dan memberkati seluruh penghuni rumah, esok pagi. ketika mentari menyapa diri, membangunkan diri dari segala mimpi. dan, mulai melangkahkan kaki dan menarikan jemari demi mewujudkan sebuah mimpi.
hingga pada senja berikutnya, saat yang tepat melihat tarian naga pada langit senja yang memerah. dan, dua belas bintang mengikuti di belakangnya. pertanda musim itu akan segera tiba, di mana segala kebenaran dan kejujuran segera berhadapan dengan segala kelicikan dan kebohongan. dan, kita menunggu sang pemenang sejati di bawah pohon plum yang amat tua.
(13 Februari 2010)
patri janji
ketika janjimu telah kau patri
pada dinding-dinding hati
serupa relief pada batu-batu candi
maka lumut-lumut pun tak mampu menutupi
sebab aku terlahir sebagai Savitri,
yang setia menguntit Yamadipati
hingga nyawa Setiawan, suamiku kembali
dan mengiringi langkah-langkah kaki
untuk kembali menanam darma di muka bumi
(13 Februari 2010)
pada dinding-dinding hati
serupa relief pada batu-batu candi
maka lumut-lumut pun tak mampu menutupi
sebab aku terlahir sebagai Savitri,
yang setia menguntit Yamadipati
hingga nyawa Setiawan, suamiku kembali
dan mengiringi langkah-langkah kaki
untuk kembali menanam darma di muka bumi
(13 Februari 2010)
Selasa, 09 Februari 2010
senyum purnama
semalam, ketika aku terjaga
di luar jendela, bulan sedang purnama
dan, senyum purnama itu membawaku
teringat pada senyum terindahmu
ah, adakah kau sadar itu ?
senyum itu telah mencuri hatiku
(9 Februari 2010)
di luar jendela, bulan sedang purnama
dan, senyum purnama itu membawaku
teringat pada senyum terindahmu
ah, adakah kau sadar itu ?
senyum itu telah mencuri hatiku
(9 Februari 2010)
perpisahan di taman kota
senja tadi, di taman kota
kita berbincang berdua saja
berteman rinai, yang tak jua reda
kau bertanya tentang kisah kita,
yang tak jua bertemu sempurna
hingga waktu merantau tiba di depan mata
ah, kita ini memang sepasang
orang biasa di antara orang-orang tidak biasa
ya, kita memang terlalu biasa
menghadapi mereka yang tidak biasa
memperlakukan norma serupa dewa
ah, kita ini memang sepasang
orang tidak biasa di antara orang-orang biasa
ya, kita memang terlalu tidak biasa
menghadapi mereka yang biasa
menuhankan dunia sebagai segala
lantas bagaimana dengan kisah kita ?
sedang di luar sana, mereka menunggu akhir bahagia
di akhir senja, di taman kota
kita telah sepakat berkata pada mereka
bila akhir bahagia yang kalian pinta
maaf, akhir itu tak mampu jadi nyata
sebab akhir bahagia itu terlalu biasa, pasaran
serupa akhir dongeng-dongeng pengantar tidur,
yang sering dijejalkan pada masa kanak-kanak dulu
dan, kita berpisah setelahnya, di gerbang taman kota
kau pergi ke arah barat, sedang aku ke arah timur
sembari melihat langit, melihat Tuhan yang tak pernah tidur
tersenyum pada kita dari singgasana-Nya
(9 Februari 2010)
kita berbincang berdua saja
berteman rinai, yang tak jua reda
kau bertanya tentang kisah kita,
yang tak jua bertemu sempurna
hingga waktu merantau tiba di depan mata
ah, kita ini memang sepasang
orang biasa di antara orang-orang tidak biasa
ya, kita memang terlalu biasa
menghadapi mereka yang tidak biasa
memperlakukan norma serupa dewa
ah, kita ini memang sepasang
orang tidak biasa di antara orang-orang biasa
ya, kita memang terlalu tidak biasa
menghadapi mereka yang biasa
menuhankan dunia sebagai segala
lantas bagaimana dengan kisah kita ?
sedang di luar sana, mereka menunggu akhir bahagia
di akhir senja, di taman kota
kita telah sepakat berkata pada mereka
bila akhir bahagia yang kalian pinta
maaf, akhir itu tak mampu jadi nyata
sebab akhir bahagia itu terlalu biasa, pasaran
serupa akhir dongeng-dongeng pengantar tidur,
yang sering dijejalkan pada masa kanak-kanak dulu
dan, kita berpisah setelahnya, di gerbang taman kota
kau pergi ke arah barat, sedang aku ke arah timur
sembari melihat langit, melihat Tuhan yang tak pernah tidur
tersenyum pada kita dari singgasana-Nya
(9 Februari 2010)
perempuan lugu, si pencuri hati
perempuan lugu,
yang tak pernah memoles gincu
pada bibir tipisnya yang merah dadu
perempuan lugu,
yang selalu menunduk di hadapanmu
pun tak punya nyali memandang matamu
perempuan lugu,
yang lebih gemar membaca buku
di antara riuh mulut teman-temanmu
perempuan lugu,
yang diam-diam telah mencuri hatimu
pun membuatmu menunggu dalam ribuan malam sunyimu
perempuan lugu,
yang hadir kembali di hadapanmu
melukis senyum pelangi pada lengkung bibirmu
perempuan lugu,
siapa gerangan dirimu ?
begitulah tanyamu, waktu itu
(8 Februari 2010)
yang tak pernah memoles gincu
pada bibir tipisnya yang merah dadu
perempuan lugu,
yang selalu menunduk di hadapanmu
pun tak punya nyali memandang matamu
perempuan lugu,
yang lebih gemar membaca buku
di antara riuh mulut teman-temanmu
perempuan lugu,
yang diam-diam telah mencuri hatimu
pun membuatmu menunggu dalam ribuan malam sunyimu
perempuan lugu,
yang hadir kembali di hadapanmu
melukis senyum pelangi pada lengkung bibirmu
perempuan lugu,
siapa gerangan dirimu ?
begitulah tanyamu, waktu itu
(8 Februari 2010)
melodi senja
masihkah tanya itu menjelma dalam ruang hatimu. tentang ke mana hati ini tertuju. bila segala rahasia telah kau kunyah seluruhnya. hingga pahit dan getir terasa pada pangkal lidahmu. sebab rahasia itu bukanlah madu, melainkan empedu, yang telah tersimpan sejak dua belas tahun lalu.
masihkah tanya itu perlu. bila segala airmata telah tertumpah di dadamu. tentang jejak-jejak kelabu, yang setia mengikuti langkah-langkah kakiku.
masihkah tanya itu ingin mencari jawab. tentang senyum sedingin salju, yang pernah kau pandang pada masa lalu. sebab segala kisah telah terkurung dalam hatimu, yang begitu pengasih. menunggu segala murung melarung pada tubuhmu, yang serupa bendung.
masihkah janji itu tetap saja kau tunggu terucap dari bibirku, yang telah membiru. sedang hatiku telah ada padamu. masihkah kau tak tahu tentang segalaku, kekasihku ?
sebab semalam, telah banyak kukisahkan padamu. tentang aku, yang telah menghuni kerajaan hatimu. meski tanpa kau sadari. pun segala kebiasaan burukku, agar kau menjauh dariku. sayang, kau tetap membayangku. serupa bayang-bayang yang setia menguntit langkahku.
dan, telah kau katakan padaku tentang segala rasamu. hingga kau bilang padaku bahwa bukan kebiasaan burukku, yang membuatmu terpuruk. melainkan bila aku melarangmu mencintaiku. begitulah eja bibirmu semalam padaku.
ah, betapa agung cintamu padaku. sedang aku tak mampu beri cinta yang sama padamu. sebab aku masih harus berdamai dengan ruang hatiku, yang masih saja menggemakan bara luka. sebab selama ini, aku selalu berkata pada hatiku untuk tak pernah berharap lebih pada kisah-kisah merah jambu itu. kisah-kisah yang telah melemahkan langkah-langkah kakiku. pun menghancurkan dinding-dinding hatiku.
dan, percakapan kita pada senja tadi telah menumbuhkan biji bunga matahari di ladang hatiku.
(7 Februari 2010)
masihkah tanya itu perlu. bila segala airmata telah tertumpah di dadamu. tentang jejak-jejak kelabu, yang setia mengikuti langkah-langkah kakiku.
masihkah tanya itu ingin mencari jawab. tentang senyum sedingin salju, yang pernah kau pandang pada masa lalu. sebab segala kisah telah terkurung dalam hatimu, yang begitu pengasih. menunggu segala murung melarung pada tubuhmu, yang serupa bendung.
masihkah janji itu tetap saja kau tunggu terucap dari bibirku, yang telah membiru. sedang hatiku telah ada padamu. masihkah kau tak tahu tentang segalaku, kekasihku ?
sebab semalam, telah banyak kukisahkan padamu. tentang aku, yang telah menghuni kerajaan hatimu. meski tanpa kau sadari. pun segala kebiasaan burukku, agar kau menjauh dariku. sayang, kau tetap membayangku. serupa bayang-bayang yang setia menguntit langkahku.
dan, telah kau katakan padaku tentang segala rasamu. hingga kau bilang padaku bahwa bukan kebiasaan burukku, yang membuatmu terpuruk. melainkan bila aku melarangmu mencintaiku. begitulah eja bibirmu semalam padaku.
ah, betapa agung cintamu padaku. sedang aku tak mampu beri cinta yang sama padamu. sebab aku masih harus berdamai dengan ruang hatiku, yang masih saja menggemakan bara luka. sebab selama ini, aku selalu berkata pada hatiku untuk tak pernah berharap lebih pada kisah-kisah merah jambu itu. kisah-kisah yang telah melemahkan langkah-langkah kakiku. pun menghancurkan dinding-dinding hatiku.
dan, percakapan kita pada senja tadi telah menumbuhkan biji bunga matahari di ladang hatiku.
(7 Februari 2010)
perpisahan dalam selembar sasirangan
kau ulurkan jabat persahabatan. dan, aku tulus menerima dengan kedua tangan. kau tanyakan segala tentangku. dan, aku jawab tanpa ragu. hingga kau menusuk punggungku dengan selembar catatan penuh makian, yang kau bungkus dengan senyuman. ah, persahabatan macam apa yang kau tawarkan padaku. sebab jawabmu pun tak pernah kutelan. hanya selembar sasirangan tiba di beranda pada siangku, yang mungkin kau kirim sebagai tanda perpisahan.
(7 Februari 2010)
(7 Februari 2010)
Sabtu, 06 Februari 2010
puja cinta
setangkai bunga puja
melekat pada daun telinga
serupa lingkaran cinta
setia menghuni jiwa
(6 Februari 2010)
melekat pada daun telinga
serupa lingkaran cinta
setia menghuni jiwa
(6 Februari 2010)
Kamis, 04 Februari 2010
sebab kita adalah sahabat, selamanya
sebab kau adalah anjing yang setia,
menguntitku pergi ke mana saja
menjagaku dari segala bahaya
pun mencintaku tanpa karena
sebab aku adalah kuda yang gagah,
melangkah ke mana saja tanpa istirah
menunggu datangmu tanpa lelah
pun menyayangmu tanpa jengah
dan, kita adalah pasangan sempurna
untuk menaklukkan dua belas macan emas
dengan segala tipu daya yang tak terduga
di dalam rimba raya yang penuh jerat
pun muslihat, yang kadang tak terlihat
sebab kita adalah sahabat, selamanya
meski dalam wujud yang berbeda,
tetapi itulah yang membuat kita sempurna
sebab kita adalah sahabat, selamanya
tak hanya di dunia, pun di dalam surga
(5 Februari 2010)
menguntitku pergi ke mana saja
menjagaku dari segala bahaya
pun mencintaku tanpa karena
sebab aku adalah kuda yang gagah,
melangkah ke mana saja tanpa istirah
menunggu datangmu tanpa lelah
pun menyayangmu tanpa jengah
dan, kita adalah pasangan sempurna
untuk menaklukkan dua belas macan emas
dengan segala tipu daya yang tak terduga
di dalam rimba raya yang penuh jerat
pun muslihat, yang kadang tak terlihat
sebab kita adalah sahabat, selamanya
meski dalam wujud yang berbeda,
tetapi itulah yang membuat kita sempurna
sebab kita adalah sahabat, selamanya
tak hanya di dunia, pun di dalam surga
(5 Februari 2010)
tidur tanpa mimpi, semoga…
malam ini,
tak ingin kutidur berteman mimpi
hingga esok pagi
tak perlu lagi kukejar mimpi,
yang jadi bunga tidur malam ini
sebab langkah-langkah kaki ini
masih harus terus berlari
tanpa henti mengejar mimpi,
yang telah berbunga pada musim semi
di tahun lalu, tentang sebuah janji hati
(3 Februari 2010)
tak ingin kutidur berteman mimpi
hingga esok pagi
tak perlu lagi kukejar mimpi,
yang jadi bunga tidur malam ini
sebab langkah-langkah kaki ini
masih harus terus berlari
tanpa henti mengejar mimpi,
yang telah berbunga pada musim semi
di tahun lalu, tentang sebuah janji hati
(3 Februari 2010)
sebuah kisah tragis di februari yang manis
perawan gunung yang malu-malu
menunjukkan senyum pilu padamu,
sebab ia lebih suka mengguyurmu
dengan gerimis yang ritmis
di antara relung-relung hati yang mengais
pada ranting-ranting pakis
ah, perawan yang manis...
sayang, ia harus bertemu jejaka bengis,
yang gemar menenun tangis
pada mata perawan-perawan manis
dan, sebuah kisah cinta
telah berujung pada tragis
di februari yang manis
(3 Februari 2010)
menunjukkan senyum pilu padamu,
sebab ia lebih suka mengguyurmu
dengan gerimis yang ritmis
di antara relung-relung hati yang mengais
pada ranting-ranting pakis
ah, perawan yang manis...
sayang, ia harus bertemu jejaka bengis,
yang gemar menenun tangis
pada mata perawan-perawan manis
dan, sebuah kisah cinta
telah berujung pada tragis
di februari yang manis
(3 Februari 2010)
sebab kau banci bermulut belati
/i/
bila kau anggap aku sebagai temanmu,
lantas mengapa aku selalu jadi sasaran kemarahanmu ?
bila kau anggap aku sebagai sahabatmu,
lantas mengapa aku selalu jadi sasaran hujatanmu ?
begitu pandai kau memutar lidah
dengan melempar segala salah
pun membuang segala amarah
seolah aku ini keranjang sampah
dan, aku masih diam terpaku
mendengar segala serapahmu
/ii/
kau hanya berpikir
tentang hatimu sendiri,
yang takut tersakiti kembali
dan, kau tak pernah berpikir
tentang hati yang lain,
yang telah kau sakiti berulang kali
sayang kali ini,
aku tak berdiam diri lagi
sebab aku bukan batu,
yang terus diam atas segala ludahmu
sebab aku bukan pengecut sepertimu,
yang segera membuatmu terlecut sekaligus terkejut
tunggu saja,
segala karma akan segera kau terima
/iii/
kau boleh saja berpongah diri
dengan harga dirimu yang terlalu tinggi,
seolah kau satu-satunya lelaki
yang hidup dan tertinggal di muka bumi
maaf, bagiku kau tak lebih dari
seorang banci bermulut belati
pun seorang pecundang
yang tak paham kasih sayang
bagiku, kau lebih pantas lompat ke jurang
atau terjun ke laut dari bibir karang
di pantai berpasir kulit-kulit kerang
(3 Februari 2010)
bila kau anggap aku sebagai temanmu,
lantas mengapa aku selalu jadi sasaran kemarahanmu ?
bila kau anggap aku sebagai sahabatmu,
lantas mengapa aku selalu jadi sasaran hujatanmu ?
begitu pandai kau memutar lidah
dengan melempar segala salah
pun membuang segala amarah
seolah aku ini keranjang sampah
dan, aku masih diam terpaku
mendengar segala serapahmu
/ii/
kau hanya berpikir
tentang hatimu sendiri,
yang takut tersakiti kembali
dan, kau tak pernah berpikir
tentang hati yang lain,
yang telah kau sakiti berulang kali
sayang kali ini,
aku tak berdiam diri lagi
sebab aku bukan batu,
yang terus diam atas segala ludahmu
sebab aku bukan pengecut sepertimu,
yang segera membuatmu terlecut sekaligus terkejut
tunggu saja,
segala karma akan segera kau terima
/iii/
kau boleh saja berpongah diri
dengan harga dirimu yang terlalu tinggi,
seolah kau satu-satunya lelaki
yang hidup dan tertinggal di muka bumi
maaf, bagiku kau tak lebih dari
seorang banci bermulut belati
pun seorang pecundang
yang tak paham kasih sayang
bagiku, kau lebih pantas lompat ke jurang
atau terjun ke laut dari bibir karang
di pantai berpasir kulit-kulit kerang
(3 Februari 2010)
sebab aku telah bahagia
cinta yang kau eja
telah membuatku buta,
tak mampu menyulam kata
pun menenun makna
seperti biasa
pergi saja,
aku ingin kembali menatap dunia
dengan kedua mata
yang aku punya
sebab aku telah bahagia,
meski berjalan sendiri saja
(3 Februari 2010)
telah membuatku buta,
tak mampu menyulam kata
pun menenun makna
seperti biasa
pergi saja,
aku ingin kembali menatap dunia
dengan kedua mata
yang aku punya
sebab aku telah bahagia,
meski berjalan sendiri saja
(3 Februari 2010)
cinta dalam sepotong semangka
cinta itu datang memerah
pada bibir yang kian pucat
melewati kerongkongan yang tercekat
ah, nikmat !!!
begitu lidahmu mencecap
nikmat semangka memerah
sekejap saja,
menghapus dahaga
pada siang yang gerah
setelahnya, sirna
ketika senja menjelang
bibir itu kembali pucat
kerongkongan pun kembali tercekat
setelahnya, terkapar
kembali dalam sadar yang sepi
dengan suhu tubuh yang kian meninggi
pun nyeri menggigit di setiap sendi
dan relung hati
cinta dalam sepotong semangka
nikmat meski sesaat
telah membuatmu tersesat
pada ujung jalan bernama bencana
kau boleh beri sepotong semangka
pada siapa saja yang kau suka
kecuali aku, sebab aku
tak pernah tertarik pada semangkamu
(2 Februari 2010)
pada bibir yang kian pucat
melewati kerongkongan yang tercekat
ah, nikmat !!!
begitu lidahmu mencecap
nikmat semangka memerah
sekejap saja,
menghapus dahaga
pada siang yang gerah
setelahnya, sirna
ketika senja menjelang
bibir itu kembali pucat
kerongkongan pun kembali tercekat
setelahnya, terkapar
kembali dalam sadar yang sepi
dengan suhu tubuh yang kian meninggi
pun nyeri menggigit di setiap sendi
dan relung hati
cinta dalam sepotong semangka
nikmat meski sesaat
telah membuatmu tersesat
pada ujung jalan bernama bencana
kau boleh beri sepotong semangka
pada siapa saja yang kau suka
kecuali aku, sebab aku
tak pernah tertarik pada semangkamu
(2 Februari 2010)
akukah itu ?
aku masih ragu
bukan padamu, tetapi padaku
akukah itu,
yang kau tunggu
dalam pencarianmu ?
maafkan aku, bila ragu itu
masih menyesaki rongga dadaku
hingga membuatmu
tak henti menenun biru
pada jalamu
akukah itu ?
(31 Januari 2010)
bukan padamu, tetapi padaku
akukah itu,
yang kau tunggu
dalam pencarianmu ?
maafkan aku, bila ragu itu
masih menyesaki rongga dadaku
hingga membuatmu
tak henti menenun biru
pada jalamu
akukah itu ?
(31 Januari 2010)
sebab bahasa adalah jiwa
sebab bahasa adalah jiwa
sebab bahasa adalah jiwa,
dari mulutmu terpancar segala
pun dari ujung jemarimu terukir rasa
sebab bahasa adalah jiwa,
dan kita adalah manusia berbahasa,
masihkah kau akan menggigit
dengan taring kata
pun mengalirkan bisa makna
ke dalam aliran darah si mangsa ?
serupa ular di sudut jendela
ketika hujan tiba di luar sana
sebab bahasa adalah jiwa,
dan aku tahu jiwamu serupa apa
ketika kau tak henti memaki dan mencela
di seberang lautan sana
(29 Januari 2010)
sebab bahasa adalah jiwa,
dari mulutmu terpancar segala
pun dari ujung jemarimu terukir rasa
sebab bahasa adalah jiwa,
dan kita adalah manusia berbahasa,
masihkah kau akan menggigit
dengan taring kata
pun mengalirkan bisa makna
ke dalam aliran darah si mangsa ?
serupa ular di sudut jendela
ketika hujan tiba di luar sana
sebab bahasa adalah jiwa,
dan aku tahu jiwamu serupa apa
ketika kau tak henti memaki dan mencela
di seberang lautan sana
(29 Januari 2010)
dalam sunyi, aku pergi
kau bilang rindu
padaku yang berhati batu
entah temu berbuah laku
sungguh, aku pun tak tahu
kau bilang sayang
padaku yang serupa bayang-bayang
entah gelap bertemu terang
sungguh, aku tak ingin melayang
kau bilang cinta
padaku yang telah lupa
entah ingat kembali dari alpa
sungguh, aku tak ingin meluka
dan, aku memilih pergi diam-diam
dari angka enam, yang terbenam
pada langit yang kian menghitam
tanpa sebuah pesan tertinggal
termasuk ucapan selamat tinggal
(28 Januari 2010)
padaku yang berhati batu
entah temu berbuah laku
sungguh, aku pun tak tahu
kau bilang sayang
padaku yang serupa bayang-bayang
entah gelap bertemu terang
sungguh, aku tak ingin melayang
kau bilang cinta
padaku yang telah lupa
entah ingat kembali dari alpa
sungguh, aku tak ingin meluka
dan, aku memilih pergi diam-diam
dari angka enam, yang terbenam
pada langit yang kian menghitam
tanpa sebuah pesan tertinggal
termasuk ucapan selamat tinggal
(28 Januari 2010)
di negeri itu
menunggu musim salju
'tuk mengikat rindu
sekokoh rimbun batu
di tepian pantai biru
aku dan kau
: satu
(28 Januari 2010)
'tuk mengikat rindu
sekokoh rimbun batu
di tepian pantai biru
aku dan kau
: satu
(28 Januari 2010)
pesan singkatmu
dan, aku termangu
membaca pesan singkatmu
: biarkan aku
tetap pada jalanku
tetap pada pilihanku
tak hendak aku menggores
luka padanya, yang telah setia
dalam jalan panjang penantian
berujung pada sempurna
pun tak hendak aku menggores
luka padamu, yang telah menunggu
sebuah temu setelah waktu
memisahkan segala laku
: biarkan aku
dalam labirin itu
hingga waktu bukan lagi milikku
(28 Januari 2010)
membaca pesan singkatmu
: biarkan aku
tetap pada jalanku
tetap pada pilihanku
tak hendak aku menggores
luka padanya, yang telah setia
dalam jalan panjang penantian
berujung pada sempurna
pun tak hendak aku menggores
luka padamu, yang telah menunggu
sebuah temu setelah waktu
memisahkan segala laku
: biarkan aku
dalam labirin itu
hingga waktu bukan lagi milikku
(28 Januari 2010)
lumut dan rimbun batu
lumut tertimbun di atas kalpataru,
kalut yang mengharu biru
di antara rimbun batu
(26 Januari 2010)
kalut yang mengharu biru
di antara rimbun batu
(26 Januari 2010)
sebab kau adalah lumut
sebab kau adalah lumut,
tumbuh di atas batu kalut
dan meremahkan segala takut
sebab kau bukanlah pengecut,
yang menggelinjang serupa belut
di sela-sela hamparan rumput
sebab kau adalah lumut,
yang lebih liar dari rumput
mampu menghancurkan segala takut
(25 Januari 2010)
tumbuh di atas batu kalut
dan meremahkan segala takut
sebab kau bukanlah pengecut,
yang menggelinjang serupa belut
di sela-sela hamparan rumput
sebab kau adalah lumut,
yang lebih liar dari rumput
mampu menghancurkan segala takut
(25 Januari 2010)
sebab aku adalah aku, bukan kau
tak hendak kutulis puisi
dari sebuah luka hati
seorang lelaki,
yang mencintai sunyi
sebab aku menulis puisi
dari nyanyian-nyanyian hati,
yang menyenandungkan melodi
tak hendak kutulis kisah
dari sebuah dera jengah
seorang pemanah,
yang sedang istirah
sebab aku menulis kisah
dari derap langkah-langkah,
yang tak mengenal lelah
pun tak hendak kutulis cinta
dari sebuah dusta kata
seorang lelaki hina,
yang gemar main-main hati wanita
sebab aku menulis cinta
dari suara-suara jiwa,
yang jujur menyanyikan kidung-kidung cinta
dan, aku tak pernah peduli
pada segala cela dan cibir
dari bibir yang penuh satire
pun pada segala serapah
yang tak henti menyumpah
pada setiap ayunan langkah
sebab aku menulis,
menghindari hatimu yang bengis
pun matamu yang memandang sinis
meski mulutmu terlihat manis
sebab aku adalah aku
sedang kau adalah kau
tetap saja pada jalurmu,
dan aku pada jalurku
sebab pandang kita berbeda
memandang dunia yang sama
dan itu bukan dosa
karena memang seperti itulah dunia
penuh segala warna, yang mengenyangkan jiwa
(25 Januari 2010)
dari sebuah luka hati
seorang lelaki,
yang mencintai sunyi
sebab aku menulis puisi
dari nyanyian-nyanyian hati,
yang menyenandungkan melodi
tak hendak kutulis kisah
dari sebuah dera jengah
seorang pemanah,
yang sedang istirah
sebab aku menulis kisah
dari derap langkah-langkah,
yang tak mengenal lelah
pun tak hendak kutulis cinta
dari sebuah dusta kata
seorang lelaki hina,
yang gemar main-main hati wanita
sebab aku menulis cinta
dari suara-suara jiwa,
yang jujur menyanyikan kidung-kidung cinta
dan, aku tak pernah peduli
pada segala cela dan cibir
dari bibir yang penuh satire
pun pada segala serapah
yang tak henti menyumpah
pada setiap ayunan langkah
sebab aku menulis,
menghindari hatimu yang bengis
pun matamu yang memandang sinis
meski mulutmu terlihat manis
sebab aku adalah aku
sedang kau adalah kau
tetap saja pada jalurmu,
dan aku pada jalurku
sebab pandang kita berbeda
memandang dunia yang sama
dan itu bukan dosa
karena memang seperti itulah dunia
penuh segala warna, yang mengenyangkan jiwa
(25 Januari 2010)
sebab kau, yang tersayang
menghitung sayang
pada perjalanan panjang
tentang kasih yang begitu lapang
ah, ternyata tak terbilang
pun hingga tak berbilang
membuatku ingin segera pulang
pada hatimu yang amat lapang
pun penuh cahaya terang
bagiku, yang pernah hilang
sebab kau,
bukan sekadar bintang terang
di langit malam, yang menghilang
ketika hari berganti terang
sebab kau,
bukan sekadar kunang-kunang
yang gemar terbang melayang
di antara gelap membayang
sebab kau,
bukan sekadar burung layang-layang
yang kembali ke sarang
ketika senja telah datang
sebab kau,
satu-satunya jiwa yang terpasang
di sebelah jiwaku yang pernah hilang
sebab kau,
yang tersayang
selalu tersimpan dalam ruang
dan tak akan pernah hilang
(24 Januari 2010)
pada perjalanan panjang
tentang kasih yang begitu lapang
ah, ternyata tak terbilang
pun hingga tak berbilang
membuatku ingin segera pulang
pada hatimu yang amat lapang
pun penuh cahaya terang
bagiku, yang pernah hilang
sebab kau,
bukan sekadar bintang terang
di langit malam, yang menghilang
ketika hari berganti terang
sebab kau,
bukan sekadar kunang-kunang
yang gemar terbang melayang
di antara gelap membayang
sebab kau,
bukan sekadar burung layang-layang
yang kembali ke sarang
ketika senja telah datang
sebab kau,
satu-satunya jiwa yang terpasang
di sebelah jiwaku yang pernah hilang
sebab kau,
yang tersayang
selalu tersimpan dalam ruang
dan tak akan pernah hilang
(24 Januari 2010)
melarung mendung
mendung menggantung
di langit yang bingung
dan, sepasang burung
masih saja murung
menunggu angin bertarung
menyingkirkan mendung
percaya saja,
mendung akan menyingkir segera
dari langit kita
dan, sepasang burung
masih menunggu mendung
: melarung
dari langit yang murung
(23 Januari 2010)
di langit yang bingung
dan, sepasang burung
masih saja murung
menunggu angin bertarung
menyingkirkan mendung
percaya saja,
mendung akan menyingkir segera
dari langit kita
dan, sepasang burung
masih menunggu mendung
: melarung
dari langit yang murung
(23 Januari 2010)
tentang mawar yang kau antar
ternyata mawar yang kau antar
ke depan pintu kamar
adalah yang paling mawar
di antara rimbun belukar
hingga aku melempar senyum tawar
ternyata duri yang kau tusuki
pada relung hati
adalah yang paling duri
di antara nyeri tersunyi
hingga aku tak ingin lagi bermimpi
setelah mawar dan duri,
apalagi yang hendak kau beri
pada perempuan bermulut sunyi ?
(22 Januari 2010)
ke depan pintu kamar
adalah yang paling mawar
di antara rimbun belukar
hingga aku melempar senyum tawar
ternyata duri yang kau tusuki
pada relung hati
adalah yang paling duri
di antara nyeri tersunyi
hingga aku tak ingin lagi bermimpi
setelah mawar dan duri,
apalagi yang hendak kau beri
pada perempuan bermulut sunyi ?
(22 Januari 2010)
lelaki yang menolak takluk
aku bukan seorang penakluk. tak hendak aku membuatmu tunduk. karena aku hanya seorang sahabat, yang tak rela melihatmu terikat dalam luka-luka penuh karat. dan, karat-karat itu telah melekat erat pada hati dan benakmu, hingga kau alami kebutaan hebat pada matamu yang hitam pekat.
dan, bila aku telah membuatmu suntuk. pun tak henti mengutuk bahwa perempuan itu busuk. dan, perempuan busuk itu pelan-pelan telah membuat hatimu takluk. maka, maafkan aku, sahabatku. tak hendak aku menambah kisah kelabu dalam langkah-langkah kakimu. pun lelah pada bidang bahumu.
aku akan pergi, februari nanti. dan, tak perlu kau cari. karena aku pun ingin sendiri. di sini, sampai nanti. sampai bumi ini lelah berlari.
(22 Januari 2010)
dan, bila aku telah membuatmu suntuk. pun tak henti mengutuk bahwa perempuan itu busuk. dan, perempuan busuk itu pelan-pelan telah membuat hatimu takluk. maka, maafkan aku, sahabatku. tak hendak aku menambah kisah kelabu dalam langkah-langkah kakimu. pun lelah pada bidang bahumu.
aku akan pergi, februari nanti. dan, tak perlu kau cari. karena aku pun ingin sendiri. di sini, sampai nanti. sampai bumi ini lelah berlari.
(22 Januari 2010)
lelaki yang dibutakan luka
masih saja kau genggam uang logam itu,
ada cinta tergambar di sebelah sisi
sedang luka tergambar di sisi lain
pada simpang jalan,
kau lemparkan uang logam
sebagai penunjuk arah langkah
: luka atau cinta
ah, masihkah kau buta ?
karena luka-luka lama
yang telah membutakan jiwa
hingga kau tak mampu melihat beda
dari kilau yang kau kira sama
: emas atau tembaga
dan, luka-luka itu
telah membutakan mata hatimu
(22 Januari 2010)
ada cinta tergambar di sebelah sisi
sedang luka tergambar di sisi lain
pada simpang jalan,
kau lemparkan uang logam
sebagai penunjuk arah langkah
: luka atau cinta
ah, masihkah kau buta ?
karena luka-luka lama
yang telah membutakan jiwa
hingga kau tak mampu melihat beda
dari kilau yang kau kira sama
: emas atau tembaga
dan, luka-luka itu
telah membutakan mata hatimu
(22 Januari 2010)
getar itu masih ada
tak ada kata
tak ada tanda
tak ada makna
tak ada luka
tak ada dusta
tak ada gelak tawa
pun tak ada canda
seperti biasa
sayang, kita percaya
masih ada cinta dalam mata
yang tak pandai berdusta
pun dalam suara penuh getar
yang mengucap debar dalam dada
(22 Januari 2010)
tak ada tanda
tak ada makna
tak ada luka
tak ada dusta
tak ada gelak tawa
pun tak ada canda
seperti biasa
sayang, kita percaya
masih ada cinta dalam mata
yang tak pandai berdusta
pun dalam suara penuh getar
yang mengucap debar dalam dada
(22 Januari 2010)
penjuru itu dirimu
kau adalah barat,
tempat segala rasa melekat
dalam lindap yang memeluk erat
kau adalah timur,
tempat segala rasa meluncur
pun terucap segala jujur
kau adalah utara,
tempat segala rasa mendera
dalam rindu yang membara
kau adalah selatan,
tempat segala rasa tertawan
pun tujuan peristirahatan
kau adalah timur laut,
tempat segala tentang kalut
terucap jujur tanpa ribut
kau adalah barat daya,
tempat labuhan segala bahaya
pun segala cita tercipta
kau adalah barat laut,
tempat segala tentang takut
menghilang dari benak melumut
kau adalah tenggara,
sebuah tujuan akhir kembara
tentang sebuah cinta bermula
kau adalah penjuru,
tempat tertanam segala rindu
(22 Januari 2010)
tempat segala rasa melekat
dalam lindap yang memeluk erat
kau adalah timur,
tempat segala rasa meluncur
pun terucap segala jujur
kau adalah utara,
tempat segala rasa mendera
dalam rindu yang membara
kau adalah selatan,
tempat segala rasa tertawan
pun tujuan peristirahatan
kau adalah timur laut,
tempat segala tentang kalut
terucap jujur tanpa ribut
kau adalah barat daya,
tempat labuhan segala bahaya
pun segala cita tercipta
kau adalah barat laut,
tempat segala tentang takut
menghilang dari benak melumut
kau adalah tenggara,
sebuah tujuan akhir kembara
tentang sebuah cinta bermula
kau adalah penjuru,
tempat tertanam segala rindu
(22 Januari 2010)
lelaki yang membakar ikrar
api itu telah membakar
segala yang pernah terikrar
dan, janji setia hanya jadi sebuah makar
yang ternyata berujung pada ingkar
sedang kau masih saja terkapar
penuh luka bakar dari bahan bakar,
yang kau nyalakan dari hatimu yang penuh luka memar
entah, sampai kapan kau tahan pada ingkar
tentang segala luka memar
yang kau simpan dalam nyala damar
di sudut gelap kamar
(22 Januari 2010)
segala yang pernah terikrar
dan, janji setia hanya jadi sebuah makar
yang ternyata berujung pada ingkar
sedang kau masih saja terkapar
penuh luka bakar dari bahan bakar,
yang kau nyalakan dari hatimu yang penuh luka memar
entah, sampai kapan kau tahan pada ingkar
tentang segala luka memar
yang kau simpan dalam nyala damar
di sudut gelap kamar
(22 Januari 2010)
: sang pemanah
malam ini,
aku menjelma kabut
yang menemanimu menyingkap kalut
dan, esok pagi
aku menjelma embun
yang membasuhmu dari segala ngungun
hingga kau mampu
membalut segala luka
pun mengusir segala jengah
dalam langkah-langkah gagah
seorang satria pemanah,
meski tanpa busur dan anak panah
karena bagiku,
mata tak kasat mata milikmu
adalah senjata paling mematikan
dan menghujam ke dalam ulu hati
setiap musuh yang tak punya nurani
(21 Januari 2010)
aku menjelma kabut
yang menemanimu menyingkap kalut
dan, esok pagi
aku menjelma embun
yang membasuhmu dari segala ngungun
hingga kau mampu
membalut segala luka
pun mengusir segala jengah
dalam langkah-langkah gagah
seorang satria pemanah,
meski tanpa busur dan anak panah
karena bagiku,
mata tak kasat mata milikmu
adalah senjata paling mematikan
dan menghujam ke dalam ulu hati
setiap musuh yang tak punya nurani
(21 Januari 2010)
sejati itu dirimu, sauhku
kau bilang,
tak pandai menulis puisi
pun tak pandai basa-basi
tetapi hanya padamu
kisah sejati itu berlabuh
karena kau adalah sauh
bagi sampan kecilku,
yang menghentikan pencarianku
akan sebuah dermaga
bagi sebuah bahtera cinta
: kita
hanya ada kau dan aku,
serta surga-Mu
(21 Januari 2010)
tak pandai menulis puisi
pun tak pandai basa-basi
tetapi hanya padamu
kisah sejati itu berlabuh
karena kau adalah sauh
bagi sampan kecilku,
yang menghentikan pencarianku
akan sebuah dermaga
bagi sebuah bahtera cinta
: kita
hanya ada kau dan aku,
serta surga-Mu
(21 Januari 2010)
nyanyian hati di februari
dan, sebentar lagi
tiba Februari
pun tiba musim semi
tiba waktu mengikat janji
bagi kita, di kebun bunga matahari
dan, setelahnya kita berlari
meninggalkan segala nyeri
dari negeri yang begitu tuli
mendengar nyanyian hati
dan, setelahnya kita pergi
mencabuti segala duri
yang menusuki telapak kaki
demi mereka, anak-anak matahari
yang lahir dari rahim sunyi
perempuan yang tak lagi suci
(21 Januari 2010)
tiba Februari
pun tiba musim semi
tiba waktu mengikat janji
bagi kita, di kebun bunga matahari
dan, setelahnya kita berlari
meninggalkan segala nyeri
dari negeri yang begitu tuli
mendengar nyanyian hati
dan, setelahnya kita pergi
mencabuti segala duri
yang menusuki telapak kaki
demi mereka, anak-anak matahari
yang lahir dari rahim sunyi
perempuan yang tak lagi suci
(21 Januari 2010)
aku paham, aku pergi
tak pernah kutanam
bibit benci di palung terdalam
meski hitam matamu tak henti menghujam
penuh benci yang sembunyi di balik senyuman
sayangnya, aku sungguh paham
segala benci yang kau tanam
adalah racun terhitam yang harus kutelan
demi anak yang akan kau lahirkan
sayangnya, aku sungguh paham
pada segala rasa bencimu itu
karena aku punya hati yang mampu merasa bencimu itu
di ujung lidahku yang kian kelu
sayangnya, aku sungguh paham
pada segala tanda yang kau kirim padaku
lewat jari tengahmu yang kau acungkan di depan wajahku
karena aku tidak buta
untuk bisa mencerna segala tanda
sayangnya, aku sungguh paham
bila uluran persahabatan
yang aku ulurkan tulus padamu
telah kau balas dengan segala caci maki dan benci
pada sudut hati terdalamku
aku punya hati, aku paham telah kau benci
aku tidak buta, aku paham semua tanda
maafkan aku, tak hendak kupinta maaf padamu
aku hanya ingin ucapkan terima kasih atas segalanya
pun pada racun terhitam
yang harus kutelan malam itu
(21 Januari 2010)
bibit benci di palung terdalam
meski hitam matamu tak henti menghujam
penuh benci yang sembunyi di balik senyuman
sayangnya, aku sungguh paham
segala benci yang kau tanam
adalah racun terhitam yang harus kutelan
demi anak yang akan kau lahirkan
sayangnya, aku sungguh paham
pada segala rasa bencimu itu
karena aku punya hati yang mampu merasa bencimu itu
di ujung lidahku yang kian kelu
sayangnya, aku sungguh paham
pada segala tanda yang kau kirim padaku
lewat jari tengahmu yang kau acungkan di depan wajahku
karena aku tidak buta
untuk bisa mencerna segala tanda
sayangnya, aku sungguh paham
bila uluran persahabatan
yang aku ulurkan tulus padamu
telah kau balas dengan segala caci maki dan benci
pada sudut hati terdalamku
aku punya hati, aku paham telah kau benci
aku tidak buta, aku paham semua tanda
maafkan aku, tak hendak kupinta maaf padamu
aku hanya ingin ucapkan terima kasih atas segalanya
pun pada racun terhitam
yang harus kutelan malam itu
(21 Januari 2010)
lelaki yang setia pada luka (3)
pada malam itu,
setelah pergimu
kau masih menyimpan biru
yang terlukis pada senyummu
bagiku, senyummu palsu
membalut bilur-bilur rindu
pada ruang hatimu
yang terbungkus angkuh dirimu
dan, aku masih menunggu
rindu itu jujur tereja dari bibirmu
hanya untukku
(20 Januari 2010)
setelah pergimu
kau masih menyimpan biru
yang terlukis pada senyummu
bagiku, senyummu palsu
membalut bilur-bilur rindu
pada ruang hatimu
yang terbungkus angkuh dirimu
dan, aku masih menunggu
rindu itu jujur tereja dari bibirmu
hanya untukku
(20 Januari 2010)
lelaki yang setia pada luka (2)
aku hanya punya bahu
untuk menampung tiap sedu
pun sepasang lengan
untuk menenangkan tiap ketakutan
aku hanya punya jemari
untuk menghapus tiap airmata
pun hati yang lapang
untuk memberi segenap sayang
dengan semua milikku itu,
mengapa kau masih saja ragu
untuk melangkah bersamaku ?
dengan semua milikku itu,
aku pernah balut segala lukamu
sayang, kau terlalu setia
pada luka yang ditorehnya
dalam jiwamu yang mencintanya
(20 Januari 2010)
untuk menampung tiap sedu
pun sepasang lengan
untuk menenangkan tiap ketakutan
aku hanya punya jemari
untuk menghapus tiap airmata
pun hati yang lapang
untuk memberi segenap sayang
dengan semua milikku itu,
mengapa kau masih saja ragu
untuk melangkah bersamaku ?
dengan semua milikku itu,
aku pernah balut segala lukamu
sayang, kau terlalu setia
pada luka yang ditorehnya
dalam jiwamu yang mencintanya
(20 Januari 2010)
lelaki yang setia pada luka (1)
setia pada dusta
pun luka menganga
tentang cinta
yang menggores jiwa
silakan nikmati saja
hingga jengahmu pada luka tiba
dan, aku menunggumu di surga
(20 Januari 2010)
pun luka menganga
tentang cinta
yang menggores jiwa
silakan nikmati saja
hingga jengahmu pada luka tiba
dan, aku menunggumu di surga
(20 Januari 2010)
ingkarmu
lembaran itu
mencatat luka baru
dalam dinding hatimu
sebuah kisah sendu
terulang pada langkahmu
dan, kau masih sama
tetap keras kepala
serupa karang terjal
yang patah dan terluka
di tepi pantai jiwa
sedang aku memandangmu
berusaha mengingkari kata hatimu
entah sampai kapan ?
mungkin sampai kau benar-benar kehilanganku,
gelombang laut yang setia
membasuh segala luka yang kau punya
dan, kita tetap sama
tetap terjebak dalam labirin yang sama
berputar-putar mencari jawab atas cinta
yang tak jua sempurna
(20 Januari 2010)
mencatat luka baru
dalam dinding hatimu
sebuah kisah sendu
terulang pada langkahmu
dan, kau masih sama
tetap keras kepala
serupa karang terjal
yang patah dan terluka
di tepi pantai jiwa
sedang aku memandangmu
berusaha mengingkari kata hatimu
entah sampai kapan ?
mungkin sampai kau benar-benar kehilanganku,
gelombang laut yang setia
membasuh segala luka yang kau punya
dan, kita tetap sama
tetap terjebak dalam labirin yang sama
berputar-putar mencari jawab atas cinta
yang tak jua sempurna
(20 Januari 2010)
Liebe
segala tentangmu
mengalir dalam darahku
pun berdetak dalam jantungku
segala tentangmu
adalah hidup dan impianku
yang hanya satu
segala tentangmu
adalah aku tanpa ragu
hanya rindu dalam ruang kalbu
(19 Januari 2010)
mengalir dalam darahku
pun berdetak dalam jantungku
segala tentangmu
adalah hidup dan impianku
yang hanya satu
segala tentangmu
adalah aku tanpa ragu
hanya rindu dalam ruang kalbu
(19 Januari 2010)
belajar mencintaimu, belajar melupakannya
sempat kau bilang lupa namaku
meski kau bilang tak lupa wajahku
pun tak lupa pada wujud luguku
dan, aku bilang tak mengapa
aku telah terbiasa dilupakan siapa saja
setelahnya, kau mulai rajin mengenalku kembali
teman yang sempat kau lupakan itu
hingga kau bilang mulai rindu padaku
dan, kau bisikkan cinta padaku
aku hanya tersenyum
mendengar segala pengakuanmu
yang mungkin saja terburu rindu dan waktu
ketika kau tanya aku
tentang rindu yang sama padamu
pun tentang cinta yang sama padamu
maafkan aku bila tak mampu
beri rindu yang sama padamu
pun beri cinta yang sama padamu
karena aku bukan lagi temanmu yang lugu,
yang sempat kau lupakan itu
bila kau tanya padaku
tentang rindu
pun tentang cinta itu
maafkan aku,
karena aku masih belajar merindu
pun mencintaimu seperti milikmu
maafkan aku,
karena setengah hatiku
ada padanya, yang setia
dalam senandung novena
pun yang setia
dalam cinta tanpa karena
maafkan aku,
bila masih belajar merindu
pun mencintaimu seperti milikmu
sembari belajar melupa padanya
yang setia dalam cinta tanpa karena
maafkan aku,
bila jujur ini menyakitimu
dan menyakitinya
(19 Januari 2010)
meski kau bilang tak lupa wajahku
pun tak lupa pada wujud luguku
dan, aku bilang tak mengapa
aku telah terbiasa dilupakan siapa saja
setelahnya, kau mulai rajin mengenalku kembali
teman yang sempat kau lupakan itu
hingga kau bilang mulai rindu padaku
dan, kau bisikkan cinta padaku
aku hanya tersenyum
mendengar segala pengakuanmu
yang mungkin saja terburu rindu dan waktu
ketika kau tanya aku
tentang rindu yang sama padamu
pun tentang cinta yang sama padamu
maafkan aku bila tak mampu
beri rindu yang sama padamu
pun beri cinta yang sama padamu
karena aku bukan lagi temanmu yang lugu,
yang sempat kau lupakan itu
bila kau tanya padaku
tentang rindu
pun tentang cinta itu
maafkan aku,
karena aku masih belajar merindu
pun mencintaimu seperti milikmu
maafkan aku,
karena setengah hatiku
ada padanya, yang setia
dalam senandung novena
pun yang setia
dalam cinta tanpa karena
maafkan aku,
bila masih belajar merindu
pun mencintaimu seperti milikmu
sembari belajar melupa padanya
yang setia dalam cinta tanpa karena
maafkan aku,
bila jujur ini menyakitimu
dan menyakitinya
(19 Januari 2010)
sempurna, tetapi tak sempurna
sempurna,
tetapi tak sempurna
itulah kita
dan, tak ada sempurna
di dunia yang penuh norma
pun beragam dogma
sempurna hanya milik surga,
yang mampu tampung semua
bahkan segala warna
pun segala beda sesungguhnya
: Tuhan tak pernah buta
atas segala langkah makhluk-Nya
Tuhan tak pernah buta
tak henti aku percaya, itu saja
(19 Januari 2010)
tetapi tak sempurna
itulah kita
dan, tak ada sempurna
di dunia yang penuh norma
pun beragam dogma
sempurna hanya milik surga,
yang mampu tampung semua
bahkan segala warna
pun segala beda sesungguhnya
: Tuhan tak pernah buta
atas segala langkah makhluk-Nya
Tuhan tak pernah buta
tak henti aku percaya, itu saja
(19 Januari 2010)
biru itu, biruku
biru itu,
menghilang dariku
biru itu,
yang mengganti kelabu
pada langitku
biru itu,
yang melukis senyumku
setelah tangisku
biru itu,
yang memahat rindu
pada ruang jiwaku
biru itu,
aku kehilanganmu
pada malam sunyiku
sungguh,
aku kehilanganmu
: biruku
(19 Januari 2010)
menghilang dariku
biru itu,
yang mengganti kelabu
pada langitku
biru itu,
yang melukis senyumku
setelah tangisku
biru itu,
yang memahat rindu
pada ruang jiwaku
biru itu,
aku kehilanganmu
pada malam sunyiku
sungguh,
aku kehilanganmu
: biruku
(19 Januari 2010)
pada simpang itu
terpaku aku
pada simpang itu
menunggu suara hati
menuntun langkah kaki
terpaku aku
pada simpang itu
menunggu tanganmu
menuntun ke ruang hatimu
terpaku aku
pada simpang itu
dengan sisa-sisa setia
yang mungkin sirna ditelan udara
terpaku aku
pada simpang itu
menunggumu, impianku
(18 Januari 2010)
pada simpang itu
menunggu suara hati
menuntun langkah kaki
terpaku aku
pada simpang itu
menunggu tanganmu
menuntun ke ruang hatimu
terpaku aku
pada simpang itu
dengan sisa-sisa setia
yang mungkin sirna ditelan udara
terpaku aku
pada simpang itu
menunggumu, impianku
(18 Januari 2010)
mendung di hatimu
akankah mendung kelabu
pada langit-langit hatimu
mampu tersibak dengan sebelah sayapku ?
aku tak tahu,
karena kau tak mengizinkanku
menyibak kelabu
pada langit-langit hatimu
(18 Januari 2010)
pada langit-langit hatimu
mampu tersibak dengan sebelah sayapku ?
aku tak tahu,
karena kau tak mengizinkanku
menyibak kelabu
pada langit-langit hatimu
(18 Januari 2010)
tarian cinta sepasang naga
sepasang naga
dalam tarian cinta
menari di langit senja
ketika tahun baru tiba
membagi sekotak cinta
tanpa gula-gula
pada setiap beranda
: cinta tanpa karena
(17 Januari 2010)
dalam tarian cinta
menari di langit senja
ketika tahun baru tiba
membagi sekotak cinta
tanpa gula-gula
pada setiap beranda
: cinta tanpa karena
(17 Januari 2010)
segelas coklat panas
segelas coklat
penghilang penat
terhidang panas
pengantar pulas
: untukmu,
yang menunggu
kelabu berlalu
dari ruang hatimu
(17 Januari 2010)
penghilang penat
terhidang panas
pengantar pulas
: untukmu,
yang menunggu
kelabu berlalu
dari ruang hatimu
(17 Januari 2010)
sarapan pagiku
tetes embun pagi
jatuh di pelataran hati
seiring deras airmatamu
: menjelma sarapan pagiku
duh...
(17 Januari 2010)
jatuh di pelataran hati
seiring deras airmatamu
: menjelma sarapan pagiku
duh...
(17 Januari 2010)
kejora
menunggu kejora
melintas di angkasa
pada pagi buta
menunggu kejora
kembali pada ceria
serupa musim bunga
(16 Januari 2010)
melintas di angkasa
pada pagi buta
menunggu kejora
kembali pada ceria
serupa musim bunga
(16 Januari 2010)
mawar ungu di taman kalbu
bila kau patah
pun menyerah kalah
lantas ke mana kita melangkah ?
(16 Januari 2010)
pun menyerah kalah
lantas ke mana kita melangkah ?
(16 Januari 2010)
tanda yang tak terbaca
tak mampu kau baca tanda
sebab matamu dibutakan cinta
sedang tanda itu amat nyata
kelak, bila hatimu terluka
lantas salah siapa ?
entahlah...
terserah...
(16 Januari 2010)
sebab matamu dibutakan cinta
sedang tanda itu amat nyata
kelak, bila hatimu terluka
lantas salah siapa ?
entahlah...
terserah...
(16 Januari 2010)
lelaki yang ingin membiara
kristal bening
mengalir hening
pada ujung pagi
yang masih sunyi
membaca sebait kisah
tentang jengah dan lelah
seorang lelaki pemanah
yang ingin istirah
dalam tembok biara
menjelma seorang gembala
bagi domba-domba
yang lupa jalan pulang
(16 Januari 2010)
mengalir hening
pada ujung pagi
yang masih sunyi
membaca sebait kisah
tentang jengah dan lelah
seorang lelaki pemanah
yang ingin istirah
dalam tembok biara
menjelma seorang gembala
bagi domba-domba
yang lupa jalan pulang
(16 Januari 2010)
sebuah kesepakatan atas perbedaan
kita telah sepakat,
tak akan menggantung simbol-simbol dogma
yang berbeda pada dinding-dinding rumah kita
pun tak akan mengukirnya
pada tubuh dan langkah anak-anak kita
kita telah sepakat,
hidup berdampingan tanpa cela
meski di luar sana hujan cela
tak pernah reda, biarkan saja
selama kita percaya
pada Tuhan yang sama
yang telah mencipta kita ke dunia
kita telah sepakat,
melipat segala perbedaan
dan mengikat segala persamaan
pada selembar sulaman suci
menuju damai abadi
(16 Januari 2010)
tak akan menggantung simbol-simbol dogma
yang berbeda pada dinding-dinding rumah kita
pun tak akan mengukirnya
pada tubuh dan langkah anak-anak kita
kita telah sepakat,
hidup berdampingan tanpa cela
meski di luar sana hujan cela
tak pernah reda, biarkan saja
selama kita percaya
pada Tuhan yang sama
yang telah mencipta kita ke dunia
kita telah sepakat,
melipat segala perbedaan
dan mengikat segala persamaan
pada selembar sulaman suci
menuju damai abadi
(16 Januari 2010)
kita berbeda. dan, itu tak mengapa.
kita berbeda. dan, itu tak mengapa. bukan sebuah dosa, bila kita berbeda. tak perlu kita dengar mereka, yang mulutnya berbusa bicara tentang dosa manusia. sedang mereka sendiri adalah pendosa dalam kubangan yang paling hina. menjual dogma serupa anjing gila membabi buta. bagaimana tidak? mulut-mulut mereka tak henti mencecar dogma. sedang tangan-tangan mereka tetap saja mengambil yang bukan milik mereka. dan, kaki-kaki mereka tetap saja tak berpindah dari kompleks lokalisasi.
kita berbeda. dan, itu tak mengapa. saling melengkapi, itulah seni. serupa kaki, selalu ada kanan dan kiri. pun serupa tangan, selalu ada kanan dan kiri. serupa ruang jantung, selalu ada bilik dan serambi. pun serupa paru-paru, selalu ada kanan dan kiri. serupa ginjal, selalu ada kanan dan kiri.
kita berbeda. dan, itu tak mengapa. dan, itu yang membuat kita ada. mungkin saja jadi sebuah fenomena, yang tak terbantahkan dunia. karena kita adalah manusia yang punya rasa. bukan mesin buatan pabrik yang kembar identik. jadi, biarkan saja mulut-mulut mereka saling membisik. pun tangan-tangan mereka saling menggelitik. atau mata-mata mereka saling melirik. dan, kita tetap tak terusik. menisik mimpi jadi sebuah sulaman unik, yang kelak kita simpan dalam bilik hati. hingga hitungan usia tak jadi milik kita lagi.
kita berbeda. dan, itu tak mengapa. saling melengkapi, itulah seni. serupa kaki, selalu ada kanan dan kiri. pun serupa tangan, selalu ada kanan dan kiri. serupa ruang jantung, selalu ada bilik dan serambi. pun serupa paru-paru, selalu ada kanan dan kiri. serupa ginjal, selalu ada kanan dan kiri.
kita berbeda. dan, itu tak mengapa. dan, itu yang membuat kita ada. mungkin saja jadi sebuah fenomena, yang tak terbantahkan dunia. karena kita adalah manusia yang punya rasa. bukan mesin buatan pabrik yang kembar identik. jadi, biarkan saja mulut-mulut mereka saling membisik. pun tangan-tangan mereka saling menggelitik. atau mata-mata mereka saling melirik. dan, kita tetap tak terusik. menisik mimpi jadi sebuah sulaman unik, yang kelak kita simpan dalam bilik hati. hingga hitungan usia tak jadi milik kita lagi.
ketika kita tak lagi sama
semalam, ketika aku hampir memeluk kelam. kau datang menenun benang pada jarak terentang di antara kita. ah, benang-benang itu telah membuat kau kepayang sepertinya. sedang aku tetap diam sembari mendengar dentang jam di dinding kamar. menghitung detik-detik menggelitik di antara bibir-bibir mencibir.
ketika pagi tiba, aku terjaga sembari bertanya pada mentari yang masih buta. semalam, kau bisikkan apa ke telingaku? aku lupa, sungguh. dan, satu-satunya yang kuingat adalah aku terbangun pagi ini dengan hati yang begitu hampa.
dan, aku jalani pagi dengan hati sunyi. tanpa bicara dengan kanan kiri. benar-benar sepi. memaksa diri mengingat pesan yang mungkin saja terkubur bersama mimpi, yang tak lagi suci. mimpi yang pernah diludahi mulut-mulut banci di sudut kota yang sepi.
oya, aku baru saja ingat. ketika ingatan itu datang lamat-lamat seiring dengan mentari yang datang terlambat. semalam, kau bisikkan sebuah cerita tentang masa lalu kita. tentang cinta yang datang terlambat. ketika luka telah banyak terlihat pada sekujur ruang jiwa.
maafkan aku. bila tak mampu beri cinta yang sama padamu. bukan aku tak mau. aku ingin menata laku setelah cerita lalu datang serupa mimpi buruk pada setiap malamku. dan, aku tak ingin beri mimpi buruk itu dalam hidupmu. biarkan aku nikmati sendiri segala biru dalam darahku.
dan, bila kau tanya sampai kapan kau mesti menunggu. maafkan aku. bila tak mampu beri jawab atas tanyamu. sungguh, tak ada maksudku menggantungmu serupa layang-layang tanpa benang di angkasa yang begitu luas tanpa batas.
maafkan aku. karena aku pun tak tahu di mana batas itu. batas laku di mana aku mampu benar-benar lupa pada segala kisah kelabu, yang begitu setia mengiringi setiap tidurku. sebagai mimpi buruk, yang setia membuatku terjaga pada setiap malamku. sungguh, maafkan aku.
(15 Januari 2010)
ketika pagi tiba, aku terjaga sembari bertanya pada mentari yang masih buta. semalam, kau bisikkan apa ke telingaku? aku lupa, sungguh. dan, satu-satunya yang kuingat adalah aku terbangun pagi ini dengan hati yang begitu hampa.
dan, aku jalani pagi dengan hati sunyi. tanpa bicara dengan kanan kiri. benar-benar sepi. memaksa diri mengingat pesan yang mungkin saja terkubur bersama mimpi, yang tak lagi suci. mimpi yang pernah diludahi mulut-mulut banci di sudut kota yang sepi.
oya, aku baru saja ingat. ketika ingatan itu datang lamat-lamat seiring dengan mentari yang datang terlambat. semalam, kau bisikkan sebuah cerita tentang masa lalu kita. tentang cinta yang datang terlambat. ketika luka telah banyak terlihat pada sekujur ruang jiwa.
maafkan aku. bila tak mampu beri cinta yang sama padamu. bukan aku tak mau. aku ingin menata laku setelah cerita lalu datang serupa mimpi buruk pada setiap malamku. dan, aku tak ingin beri mimpi buruk itu dalam hidupmu. biarkan aku nikmati sendiri segala biru dalam darahku.
dan, bila kau tanya sampai kapan kau mesti menunggu. maafkan aku. bila tak mampu beri jawab atas tanyamu. sungguh, tak ada maksudku menggantungmu serupa layang-layang tanpa benang di angkasa yang begitu luas tanpa batas.
maafkan aku. karena aku pun tak tahu di mana batas itu. batas laku di mana aku mampu benar-benar lupa pada segala kisah kelabu, yang begitu setia mengiringi setiap tidurku. sebagai mimpi buruk, yang setia membuatku terjaga pada setiap malamku. sungguh, maafkan aku.
(15 Januari 2010)
tulang rusuk tak pernah tertukar
tak pernah tereja pasrah
pada bibir dan hati kita
apalagi terhenti langkah
pada sebuah kata kalah
itu janji kita, bukan ?
lantas mengapa kau menyerah kalah
pada sebuah kata pasrah
tak akan kuhenti langkah
memungut setiap remah
menujumu, lelaki terindah
aku percaya Tuhan tak pernah salah
dengan menukar tulang rusuk yang salah
aku percaya Tuhan tak pernah buta
atas cinta dua anak manusia
yang bertahan demi sebuah kata sempurna
tetap saja percaya,
dalam kidung novena
pun dalam senandung puja
menuju cinta sempurna
dalam singgasana surga
sayang, kau tak perlu gusar
karena tulang rusuk tak pernah tertukar
(15 Januari 2010)
pada bibir dan hati kita
apalagi terhenti langkah
pada sebuah kata kalah
itu janji kita, bukan ?
lantas mengapa kau menyerah kalah
pada sebuah kata pasrah
tak akan kuhenti langkah
memungut setiap remah
menujumu, lelaki terindah
aku percaya Tuhan tak pernah salah
dengan menukar tulang rusuk yang salah
aku percaya Tuhan tak pernah buta
atas cinta dua anak manusia
yang bertahan demi sebuah kata sempurna
tetap saja percaya,
dalam kidung novena
pun dalam senandung puja
menuju cinta sempurna
dalam singgasana surga
sayang, kau tak perlu gusar
karena tulang rusuk tak pernah tertukar
(15 Januari 2010)
menunggu sauh
memandang laut
mengusir kalut
tentang belut-belut
melata dalam perut
memandang gunung
membuang bingung
tentang burung-burung
bersarang dalam hidung
menggelikan, sungguh
hilang segala jenuh
menunggu terangkat sauh
dalam titik-titik peluh
(15 Januari 2010)
mengusir kalut
tentang belut-belut
melata dalam perut
memandang gunung
membuang bingung
tentang burung-burung
bersarang dalam hidung
menggelikan, sungguh
hilang segala jenuh
menunggu terangkat sauh
dalam titik-titik peluh
(15 Januari 2010)
nama pena yang tak kupunya
tak perlu kau tanya
tentang nama pena
yang tak pernah kupunya
aku tak perlu nama pena
karena aku bangga
menyandang nama
yang telah ayah
gurat pada tubuh dan langkah
meski kadang lelah,
tak akan kulepas doa
yang telah ayah
alirkan pada aliran darah
apalah arti sebuah nama,
kalian boleh saja berkata
bagiku, nama adalah doa
yang kelak membawaku ke surga
(14 Januari 2010)
tentang nama pena
yang tak pernah kupunya
aku tak perlu nama pena
karena aku bangga
menyandang nama
yang telah ayah
gurat pada tubuh dan langkah
meski kadang lelah,
tak akan kulepas doa
yang telah ayah
alirkan pada aliran darah
apalah arti sebuah nama,
kalian boleh saja berkata
bagiku, nama adalah doa
yang kelak membawaku ke surga
(14 Januari 2010)
pada simpang cinta
menerima cinta milik dia
atau menahan cinta kita
dua cinta yang sama
yang tak jua sempurna
dan, aku tersiksa
menahan segala rasa
pun mencoba berdusta
pada cinta kalian berdua
(13 Januari 2010)
atau menahan cinta kita
dua cinta yang sama
yang tak jua sempurna
dan, aku tersiksa
menahan segala rasa
pun mencoba berdusta
pada cinta kalian berdua
(13 Januari 2010)
kamboja cinta
rimbun kamboja mulai berbunga
di depan rumah mungil kita
begitu indah dipandang mata
rimbun hijau berhias merah muda
dua belas tahun lalu,
kita tanam kamboja penuh cinta
sebagai tanda cinta dua anak manusia
berjuang menuju sempurnanya cinta
dua belas tahun berlalu,
kita masih saja sama, tetap penuh cinta
sembari berkutat melepas segala jerat
kau tak henti mengucap novena
sedang aku tak henti mengucap puja
dan, rimbun kamboja di depan rumah
terus mengingatkan kita agar tak menyerah
lewat bunga-bunga yang mekar indah
serupa kita yang tak pernah lelah
menghadapi segala serapah
(13 Januari 2010)
di depan rumah mungil kita
begitu indah dipandang mata
rimbun hijau berhias merah muda
dua belas tahun lalu,
kita tanam kamboja penuh cinta
sebagai tanda cinta dua anak manusia
berjuang menuju sempurnanya cinta
dua belas tahun berlalu,
kita masih saja sama, tetap penuh cinta
sembari berkutat melepas segala jerat
kau tak henti mengucap novena
sedang aku tak henti mengucap puja
dan, rimbun kamboja di depan rumah
terus mengingatkan kita agar tak menyerah
lewat bunga-bunga yang mekar indah
serupa kita yang tak pernah lelah
menghadapi segala serapah
(13 Januari 2010)
maafkan aku, bila membuatmu jatuh cinta padaku
maafkan aku,
bila telah membuatmu
jatuh cinta padaku
sungguh,
tak ada maksudku
menyakitimu
dengan kisah masa lalu
yang kelabu itu
maafkan aku,
pintaku hanya satu
jangan mencintaiku,
aku tak pantas untukmu
tak pantas aku
menerima tulus cintamu
(12 Januari 2010)
bila telah membuatmu
jatuh cinta padaku
sungguh,
tak ada maksudku
menyakitimu
dengan kisah masa lalu
yang kelabu itu
maafkan aku,
pintaku hanya satu
jangan mencintaiku,
aku tak pantas untukmu
tak pantas aku
menerima tulus cintamu
(12 Januari 2010)
permisi, aku pergi
pada malam sunyi,
telah kuputuskan pergi
darimu yang menyulam mimpi
permisi,
aku pergi
dari diri dan hati
tak akan pernah kembali
tak perlu kau cari
tak perlu kau tangisi
yang telah terjadi
permisi,
aku ingin sendiri
semoga kau mengerti
terima kasih
bila kau mengerti
(12 Januari 2010)
telah kuputuskan pergi
darimu yang menyulam mimpi
permisi,
aku pergi
dari diri dan hati
tak akan pernah kembali
tak perlu kau cari
tak perlu kau tangisi
yang telah terjadi
permisi,
aku ingin sendiri
semoga kau mengerti
terima kasih
bila kau mengerti
(12 Januari 2010)
kisahmu, puan
masih saja sama,
mata-mata penuh hina
mulut-mulut penuh cerca
pada dia, yang pernah diperkosa
aku sungguh terluka
dan kau malah menghina
adilkah ini semua ?
aku hanya menelan ludah
mendengar kisahmu yang lelah
telingaku pun telah jengah
mendengar cerca tak sudah
ah, kalian memang keparat
mulut kalian pandai melaknat
tangan kalian dipenuhi jerat
hati kalian dijejali bangsat
aku tak minta diperkosa.
tak pernah. lantas mengapa
kalian tak henti meludah ?
airmataku mulai menitik
membasahi bulu mata lentik
ketika kudengar pengadilan
tak mampu berimu keadilan
aku perempuan sama sepertimu
aku mendengarmu, merasamu
tujuanku hanya satu,
membalaskan segala dendammu
melubangi kepala lelaki itu
yang telah menancapkan hasrat
pada liang vaginamu yang kesat
tujuanku hanya satu,
membalaskan segala dendammu
melubangi kepala lelaki itu
dengan enam butir peluru
dalam sebuah pistol
yang telah lama aku simpan
di bawah bantal tidurku
(12 Januari 2010)
mata-mata penuh hina
mulut-mulut penuh cerca
pada dia, yang pernah diperkosa
aku sungguh terluka
dan kau malah menghina
adilkah ini semua ?
aku hanya menelan ludah
mendengar kisahmu yang lelah
telingaku pun telah jengah
mendengar cerca tak sudah
ah, kalian memang keparat
mulut kalian pandai melaknat
tangan kalian dipenuhi jerat
hati kalian dijejali bangsat
aku tak minta diperkosa.
tak pernah. lantas mengapa
kalian tak henti meludah ?
airmataku mulai menitik
membasahi bulu mata lentik
ketika kudengar pengadilan
tak mampu berimu keadilan
aku perempuan sama sepertimu
aku mendengarmu, merasamu
tujuanku hanya satu,
membalaskan segala dendammu
melubangi kepala lelaki itu
yang telah menancapkan hasrat
pada liang vaginamu yang kesat
tujuanku hanya satu,
membalaskan segala dendammu
melubangi kepala lelaki itu
dengan enam butir peluru
dalam sebuah pistol
yang telah lama aku simpan
di bawah bantal tidurku
(12 Januari 2010)
penjara cinta (1)
mengikat hasrat
membelenggu rindu
memenjara cinta
dalam norma mencerca
pun dogma berbeda
yang tak sejalan jiwa
kau dan aku,
merajut kisah kelu
dalam belenggu
demi perempuan
yang kita sebut Ibu
pun demi lelaki
yang kita sebut Ayah
akankah kita menyerah ?
entahlah...
(12 Januari 2010)
membelenggu rindu
memenjara cinta
dalam norma mencerca
pun dogma berbeda
yang tak sejalan jiwa
kau dan aku,
merajut kisah kelu
dalam belenggu
demi perempuan
yang kita sebut Ibu
pun demi lelaki
yang kita sebut Ayah
akankah kita menyerah ?
entahlah...
(12 Januari 2010)
telinga yang lelah
tanya yang sama
terdengar pada telinga
kian jengah setiap harinya
berhentilah bertanya,
bila kau anggap aku teman
bukan pesakitan atau tawanan
berhentilah bertanya,
aku mulai tak suka
dengan segala tanya
pun segala cerca
berhentilah,
telingaku telah lelah
(12 Januari 2010)
terdengar pada telinga
kian jengah setiap harinya
berhentilah bertanya,
bila kau anggap aku teman
bukan pesakitan atau tawanan
berhentilah bertanya,
aku mulai tak suka
dengan segala tanya
pun segala cerca
berhentilah,
telingaku telah lelah
(12 Januari 2010)
lidah
tak lebih sejengkal panjangnya
tempat tercecap segala rasa
manis, asam, asin, pahit
pun bahagia, resah, jengah, pedih
hanya sejengkal,
dari ujung hingga pangkal
tempat terucap segala sangkal
hanya sejengkal,
pada ujungmu terucap cinta
pada pangkalmu terucap dusta
pun bercabang dua, entah mengapa
hanya sejengkal,
aku dengar beribu sangkal
tentang kisah-kisah binal
pun dusta-dusta terjal
hanya sejengkal,
tempat segala rasa terjagal
pun segala dusta terpenggal
menyisakan luka tertinggal
hanya sejengkal,
entah mana kau pilih
menjadi pencinta atau pendusta
terserah,
tak hendak aku mendedah
(12 Januari 2010)
tempat tercecap segala rasa
manis, asam, asin, pahit
pun bahagia, resah, jengah, pedih
hanya sejengkal,
dari ujung hingga pangkal
tempat terucap segala sangkal
hanya sejengkal,
pada ujungmu terucap cinta
pada pangkalmu terucap dusta
pun bercabang dua, entah mengapa
hanya sejengkal,
aku dengar beribu sangkal
tentang kisah-kisah binal
pun dusta-dusta terjal
hanya sejengkal,
tempat segala rasa terjagal
pun segala dusta terpenggal
menyisakan luka tertinggal
hanya sejengkal,
entah mana kau pilih
menjadi pencinta atau pendusta
terserah,
tak hendak aku mendedah
(12 Januari 2010)
ingin aku lupa
ingin aku lupa
pada luka
yang masih setia
menganga
serupa aku pernah lupa
pada doa dan puja
(11 Januari 2010)
pada luka
yang masih setia
menganga
serupa aku pernah lupa
pada doa dan puja
(11 Januari 2010)
pada mata pisau
menikmati malam risau
mendengar deru angin parau
sembari mencumbu mata pisau
(10 Januari 2010)
mendengar deru angin parau
sembari mencumbu mata pisau
(10 Januari 2010)
ziarah cinta
pada siang gerah
dengan mantap langkah
menuju syahdu ziarah
pada sebuah nama
yang setia dalam cinta
bersama harum kamboja
(10 Januari 2010)
dengan mantap langkah
menuju syahdu ziarah
pada sebuah nama
yang setia dalam cinta
bersama harum kamboja
(10 Januari 2010)
rindu pada paru-parumu
segala rindumu tentangku
bersarang pada paru-parumu
dan, telah menyesakkan nafasmu
tak ada maksudku
memberimu rinduku
bila itu kelak membunuhmu
maafkan aku
(10 Januari 2010)
bersarang pada paru-parumu
dan, telah menyesakkan nafasmu
tak ada maksudku
memberimu rinduku
bila itu kelak membunuhmu
maafkan aku
(10 Januari 2010)
bingung mendengung
bibirmu mengucap sayang
tiba-tiba terbayang
sesuatu terbang menghilang
dari ruang jantung
serupa asap terembus hidung
terlanda bingung
serupa lebah mendengung
(10 Januari 2010)
tiba-tiba terbayang
sesuatu terbang menghilang
dari ruang jantung
serupa asap terembus hidung
terlanda bingung
serupa lebah mendengung
(10 Januari 2010)
kupu-kupu: puja dan cerca
kupu-kupu,
ketika puja tertuju
indah sayapmu
rapuh tubuhmu
anggun kepakmu
kupu-kupu,
tak semua tahu
berat langkahmu
demi semua itu
kupu-kupu,
ketika semua mencibirmu
kau tetap anggun
dalam kepak sayapmu
menggapai mimpimu
(8 Januari 2010)
ketika puja tertuju
indah sayapmu
rapuh tubuhmu
anggun kepakmu
kupu-kupu,
tak semua tahu
berat langkahmu
demi semua itu
kupu-kupu,
ketika semua mencibirmu
kau tetap anggun
dalam kepak sayapmu
menggapai mimpimu
(8 Januari 2010)
mendadak rindu
padamu,
yang sempat lupa namaku
yang hafal tajam mataku
mendadak rindu,
pada senja yang ungu
pada rindu tereja dari bibirmu
(8 Januari 2010)
yang sempat lupa namaku
yang hafal tajam mataku
mendadak rindu,
pada senja yang ungu
pada rindu tereja dari bibirmu
(8 Januari 2010)
entah esok atau lusa
entah esok atau lusa
kata sanggup menjelma
nyata pada langkah
bukan sekadar janji
terpatri dalam hati
entah esok atau lusa
jengah atas luka ini
jengah atas dera ini
terbalut sempurna
hingga kering selamanya
entah esok atau lusa
tak perlu kau bertanya
tak perlu kau meragu
temani aku membalut luka
meski bukan kau
yang menoreh luka
atau mengayun dera
entah esok atau lusa
temani aku, itu saja
(8 Januari 2010)
kata sanggup menjelma
nyata pada langkah
bukan sekadar janji
terpatri dalam hati
entah esok atau lusa
jengah atas luka ini
jengah atas dera ini
terbalut sempurna
hingga kering selamanya
entah esok atau lusa
tak perlu kau bertanya
tak perlu kau meragu
temani aku membalut luka
meski bukan kau
yang menoreh luka
atau mengayun dera
entah esok atau lusa
temani aku, itu saja
(8 Januari 2010)
dosa bukan urusan manusia
aku percaya
reinkarnasi itu ada
dan nyata
kau bilang,
percaya reinkarnasi
sama dengan dosa
aku tak peduli
dosa bukan urusan manusia
bagiku, hanya Tuhan
punya kuasa atas dosa
manusia di dunia
(8 Januari 2010)
reinkarnasi itu ada
dan nyata
kau bilang,
percaya reinkarnasi
sama dengan dosa
aku tak peduli
dosa bukan urusan manusia
bagiku, hanya Tuhan
punya kuasa atas dosa
manusia di dunia
(8 Januari 2010)
ketika seorang mahasiswi memaki sang guru
pagi ini,
seorang mahasiswi memaki
ia tak suka caraku mengajari
agar kelak ia tak jadi pencuri
atau pelaku korupsi di negeri ini
pagi ini,
seorang mahasiswi memaki
ketika ia harus pergi dari kursi ujian
setelah tertangkap basah mencuri
jawaban ujian milik temannya
pagi ini,
seorang mahasiswi memaki
tak hanya sekali terjadi
dan, aku tetap teguh hati
tetap meminta ia pergi dari sunyi ruang ujian
sebab ayahku bilang biar saja ia memaki
ia tak tahu diri, ia tak sadar diri
tetap saja mendidik dan mengajar dengan nurani
karena negeri ini telah miskin nurani
pagi ini,
seorang mahasiswi memaki
ia tertangkap mencuri dari meja sebelah kiri
ah, makin miskin negeri ini
terserang dekadensi
krisis percaya diri
minus nurani
seperti mulut mahasiswi
yang telah memaki sang guru
pagi ini
(7 Januari 2010)
seorang mahasiswi memaki
ia tak suka caraku mengajari
agar kelak ia tak jadi pencuri
atau pelaku korupsi di negeri ini
pagi ini,
seorang mahasiswi memaki
ketika ia harus pergi dari kursi ujian
setelah tertangkap basah mencuri
jawaban ujian milik temannya
pagi ini,
seorang mahasiswi memaki
tak hanya sekali terjadi
dan, aku tetap teguh hati
tetap meminta ia pergi dari sunyi ruang ujian
sebab ayahku bilang biar saja ia memaki
ia tak tahu diri, ia tak sadar diri
tetap saja mendidik dan mengajar dengan nurani
karena negeri ini telah miskin nurani
pagi ini,
seorang mahasiswi memaki
ia tertangkap mencuri dari meja sebelah kiri
ah, makin miskin negeri ini
terserang dekadensi
krisis percaya diri
minus nurani
seperti mulut mahasiswi
yang telah memaki sang guru
pagi ini
(7 Januari 2010)
sebentuk daging merah muda
sebentuk daging merah muda
tergeletak di pinggir jalan
pada sebuah terminal tua
sebentuk daging merah muda
bernama cinta, terlahir dari cinta
dibuang begitu saja serupa dosa
sedang cinta tak mengenal dosa
sebentuk daging merah muda
dibuang di sebuah terminal tua
ah, siapa gerangan jadi raja tega ?
yang membutakan nurani
demi sebuah nama diri
(7 Januari 2010)
tergeletak di pinggir jalan
pada sebuah terminal tua
sebentuk daging merah muda
bernama cinta, terlahir dari cinta
dibuang begitu saja serupa dosa
sedang cinta tak mengenal dosa
sebentuk daging merah muda
dibuang di sebuah terminal tua
ah, siapa gerangan jadi raja tega ?
yang membutakan nurani
demi sebuah nama diri
(7 Januari 2010)
terserah
kau bilang,
aku orang tak biasa
di antara orang-orang biasa
kau yang lain bilang,
aku hanya orang biasa
di antara orang-orang tak biasa
aku bilang,
terserah kalian saja
tak hendak aku sangkal
pun tak hendak aku setuju
karena aku adalah aku
dengan segala kurang-lebihku
(7 Januari 2010)
aku orang tak biasa
di antara orang-orang biasa
kau yang lain bilang,
aku hanya orang biasa
di antara orang-orang tak biasa
aku bilang,
terserah kalian saja
tak hendak aku sangkal
pun tak hendak aku setuju
karena aku adalah aku
dengan segala kurang-lebihku
(7 Januari 2010)
entahlah...
kau bilang rindu,
aku masih diam membisu
kau bilang cinta,
aku masih diam seribu bahasa
kau tanya mengapa,
aku jawab entahlah
mungkin saja aku mati rasa
atau sekadar istirah dari jengah
entahlah,
sungguh aku merasa bersalah
padamu yang tak pernah lelah
(6 Januari 2010)
aku masih diam membisu
kau bilang cinta,
aku masih diam seribu bahasa
kau tanya mengapa,
aku jawab entahlah
mungkin saja aku mati rasa
atau sekadar istirah dari jengah
entahlah,
sungguh aku merasa bersalah
padamu yang tak pernah lelah
(6 Januari 2010)
cinta yang absurd
di sepanjang usia,
tak henti memandangi
tak henti mencermati
tak henti memahami
lukisan-lukisan absurd
yang memenuhi dinding
dalam ruang hati
lukisan-lukisan absurd
berjudul cinta,
yang kian hari kian absurd
(5 Januari 2010)
tak henti memandangi
tak henti mencermati
tak henti memahami
lukisan-lukisan absurd
yang memenuhi dinding
dalam ruang hati
lukisan-lukisan absurd
berjudul cinta,
yang kian hari kian absurd
(5 Januari 2010)
hujan januari
memandang hujan
dari balik jendela
memanggil kenangan
tentang tarian hujan kita
(5 Januari 2010)
dari balik jendela
memanggil kenangan
tentang tarian hujan kita
(5 Januari 2010)
“aku mencintaimu,” katamu
aku mencintaimu,
begitu pesan singkatmu
tertinggal pada kotak suratku
beberapa jam lalu
pesan yang tak sempat berbalas
semalam, tidurku terlalu pulas
atas lelah pada sesuatu yang kian tak jelas
aku mencintaimu,
begitu pesan singkatmu
dan, lidahku teramat kelu
mencari jawab atas pintamu
yang tak jua bertemu
ah, terselip di mana jawab itu ?
tunggu sebentar, bila kau tak buru-buru
(5 Januari 2010)
begitu pesan singkatmu
tertinggal pada kotak suratku
beberapa jam lalu
pesan yang tak sempat berbalas
semalam, tidurku terlalu pulas
atas lelah pada sesuatu yang kian tak jelas
aku mencintaimu,
begitu pesan singkatmu
dan, lidahku teramat kelu
mencari jawab atas pintamu
yang tak jua bertemu
ah, terselip di mana jawab itu ?
tunggu sebentar, bila kau tak buru-buru
(5 Januari 2010)
pada dini hari
dering teleponmu
membuat terjaga tidurku
ah, percakapan tak penting itu
ribuan kali telah kukatakan padamu,
tak hendak aku kembali pada masa lalu
di mana kau tikam sembilumu
pada jantungku
ribuan kali telah kukatakan padamu,
tak hendak aku berjalan mundur
pada kenangan-kenangan uzur
yang sempat membuatku kabur
dari kasih-Mu yang tak terukur
(5 Januari 2010)
membuat terjaga tidurku
ah, percakapan tak penting itu
ribuan kali telah kukatakan padamu,
tak hendak aku kembali pada masa lalu
di mana kau tikam sembilumu
pada jantungku
ribuan kali telah kukatakan padamu,
tak hendak aku berjalan mundur
pada kenangan-kenangan uzur
yang sempat membuatku kabur
dari kasih-Mu yang tak terukur
(5 Januari 2010)
sepasang merpati yang menggugat langit
hanya ada kau dan aku
sepasang merpati
sedang mematuki langit biru
menyemai mimpi
hanya ada kau dan aku
menepis kelu
tergantung pada ujung bibir
menggugat takdir
hanya ada kau dan aku
sedang belajar tuli
pada dunia yang kian tak peduli
sedang menggugat langit
pada takdir yang tak henti menggigit
(5 Januari 2010)
sepasang merpati
sedang mematuki langit biru
menyemai mimpi
hanya ada kau dan aku
menepis kelu
tergantung pada ujung bibir
menggugat takdir
hanya ada kau dan aku
sedang belajar tuli
pada dunia yang kian tak peduli
sedang menggugat langit
pada takdir yang tak henti menggigit
(5 Januari 2010)
biarkan saja mereka, katamu
kau bilang,
manusia tak layak menilai manusia
yang benar itu pergunjingan
bukan penilaian
kau bilang,
mereka boleh nilai kita apa saja
suka-suka mereka
seperti yang mereka bilang
tentang agama kita yang beda
kau bilang,
mereka boleh bilang agama kita beda
sedang kita mengimani Tuhan yang sama
Tuhan yang hanya satu,
yang telah mencipta kau
dan aku dari tulang rusukmu
kau bilang,
biarkan saja mereka
suka-suka mereka saja
(3 Januari 2010)
manusia tak layak menilai manusia
yang benar itu pergunjingan
bukan penilaian
kau bilang,
mereka boleh nilai kita apa saja
suka-suka mereka
seperti yang mereka bilang
tentang agama kita yang beda
kau bilang,
mereka boleh bilang agama kita beda
sedang kita mengimani Tuhan yang sama
Tuhan yang hanya satu,
yang telah mencipta kau
dan aku dari tulang rusukmu
kau bilang,
biarkan saja mereka
suka-suka mereka saja
(3 Januari 2010)
tentang kisah tak sempurna
lahir ke dunia,
pada tanggal yang sama
pada bulan yang sama
pada tahun yang beda
berjalan di dunia,
dengan jalan yang beda
dengan langkah yang beda
dengan tujuan yang sama
kau dan aku,
berencana menjadi kita
menjadi kisah sempurna
dari kisah tak sempurna
sembari menunggu
putusan paripurna dari-Nya
(3 Januari 2010)
pada tanggal yang sama
pada bulan yang sama
pada tahun yang beda
berjalan di dunia,
dengan jalan yang beda
dengan langkah yang beda
dengan tujuan yang sama
kau dan aku,
berencana menjadi kita
menjadi kisah sempurna
dari kisah tak sempurna
sembari menunggu
putusan paripurna dari-Nya
(3 Januari 2010)
sekadar bertanya
kalian bilang,
menikah beda agama
sama dengan zina
dan, aku tanya
bila ada pasangan seagama
hidup serumah minus surat nikah sah
meski mereka bilang telah nikah sah
di depan penghulu
karena pernikahan itu
harus disembunyikan
dari istrimu terdahulu
lantas, itu namanya apa ?
(3 Januari 2010)
menikah beda agama
sama dengan zina
dan, aku tanya
bila ada pasangan seagama
hidup serumah minus surat nikah sah
meski mereka bilang telah nikah sah
di depan penghulu
karena pernikahan itu
harus disembunyikan
dari istrimu terdahulu
lantas, itu namanya apa ?
(3 Januari 2010)
sepasang cincin di tembok berlin
pernah kita tinggalkan
sepasang cincin
pada runtuhan tembok berlin
sembari berharap,
kelak kita bertemu kembali
untuk menjalin harapan
pun impian di sisi barat
runtuhan tembok itu
dan, entah kapan kita
bisa kembali ke sana
sedang di sini, kita sibuk
melepas jerat-jerat
pada sekujur tubuh kita
(3 Januari 2010)
sepasang cincin
pada runtuhan tembok berlin
sembari berharap,
kelak kita bertemu kembali
untuk menjalin harapan
pun impian di sisi barat
runtuhan tembok itu
dan, entah kapan kita
bisa kembali ke sana
sedang di sini, kita sibuk
melepas jerat-jerat
pada sekujur tubuh kita
(3 Januari 2010)
tentang meja yang berantakan
mengumpulkan catatan asal-asalan
yang lebih mirip tulisan cakar ayam
di atas kertas-kertas buram
yang kembali memenuhi meja kerja
serupa ketika aku belia,
bosan mendengar ceramah
yang itu-itu saja
bosan aku mendengarmu
(3 Januari 2010)
yang lebih mirip tulisan cakar ayam
di atas kertas-kertas buram
yang kembali memenuhi meja kerja
serupa ketika aku belia,
bosan mendengar ceramah
yang itu-itu saja
bosan aku mendengarmu
(3 Januari 2010)
ada lagi pesanmu ?
kualifikasi
seleksi
transparansi
resepsi
sirkulasi
capek deh, kataku
sembari berlalu
(3 Januari 2010)
seleksi
transparansi
resepsi
sirkulasi
capek deh, kataku
sembari berlalu
(3 Januari 2010)
pada malam gelisahku
alam bawah sadarku
kembali sebut namamu
dalam tidur gelisahku
entah mengapa,
aku pun tak tahu jawabnya
mungkin saja,
aku masih rindu padamu
yang telah pergi dariku
setahun lalu
(3 Januari 2010)
kembali sebut namamu
dalam tidur gelisahku
entah mengapa,
aku pun tak tahu jawabnya
mungkin saja,
aku masih rindu padamu
yang telah pergi dariku
setahun lalu
(3 Januari 2010)
mantra di ujung jemari (2)
pagi ini,
tak ingin kutulis apapun
sembari berharap
tak akan terjadi apapun
hari ini
(3 Januari 2010)
tak ingin kutulis apapun
sembari berharap
tak akan terjadi apapun
hari ini
(3 Januari 2010)
mantra di ujung jemari (1)
pagi ini,
tertulis airmata
pada ujung jemari
malam ini,
mengalir airmata
pada lekuk pipi
esok pagi,
ingin kutulis pelangi
dan, kita berlari
melukis mimpi
tak kenal henti
(2 Januari 2010)
tertulis airmata
pada ujung jemari
malam ini,
mengalir airmata
pada lekuk pipi
esok pagi,
ingin kutulis pelangi
dan, kita berlari
melukis mimpi
tak kenal henti
(2 Januari 2010)
reinkarnasi
aku ingin lahir sebagai angin
yang bebas menghembus
ke mana saja aku mau,
menghembus pada wajahmu
adalah keinginan terbesarku
aku ingin lahir sebagai air
yang bebas mengalir
ke mana saja aku mau,
mengalir di antara jemari kakimu
adalah keinginan terbesarku
kau ingin lahir sebagai tanah
yang beri pijakan bagi kakiku,
tempat menanam segala cita
yang masih juga tertunda
kau ingin lahir sebagai api
yang beri terang pada gelapku,
tempat menyalakan semangat
yang sempat padam dalam badai lalu
dan, kita hanya bisa menunggu
hingga tiba waktuku dan waktumu
saling berpeluk dalam satu
(2 Januari 2010)
yang bebas menghembus
ke mana saja aku mau,
menghembus pada wajahmu
adalah keinginan terbesarku
aku ingin lahir sebagai air
yang bebas mengalir
ke mana saja aku mau,
mengalir di antara jemari kakimu
adalah keinginan terbesarku
kau ingin lahir sebagai tanah
yang beri pijakan bagi kakiku,
tempat menanam segala cita
yang masih juga tertunda
kau ingin lahir sebagai api
yang beri terang pada gelapku,
tempat menyalakan semangat
yang sempat padam dalam badai lalu
dan, kita hanya bisa menunggu
hingga tiba waktuku dan waktumu
saling berpeluk dalam satu
(2 Januari 2010)
satu kata, tak ingin kudengar
bibir-bibir tak henti
bertanya satu kata,
yang amat aku takuti
hari ini, sekali lagi
sungguh,
tak ingin telingaku
dengar lagi satu kata,
yang aku takuti sekali lagi
pintaku satu,
kalian berhenti tanya
yang satu itu padaku
sungguh, aku tak ingin dengar
satu yang buatku berdebar
(2 Januari 2010)
bertanya satu kata,
yang amat aku takuti
hari ini, sekali lagi
sungguh,
tak ingin telingaku
dengar lagi satu kata,
yang aku takuti sekali lagi
pintaku satu,
kalian berhenti tanya
yang satu itu padaku
sungguh, aku tak ingin dengar
satu yang buatku berdebar
(2 Januari 2010)
elegi hujan
senyum palsu, sapa palsu
canda palsu, tawa palsu
terbingkai topeng palsu
semua palsu, semua semu
kecuali satu, airmataku
turun bersama rintik hujan
pada senjamu
(2 Januari 2010)
canda palsu, tawa palsu
terbingkai topeng palsu
semua palsu, semua semu
kecuali satu, airmataku
turun bersama rintik hujan
pada senjamu
(2 Januari 2010)
'R'
huruf pertama
yang telah digurat ayah
sebagai tanda lahirku ke dunia
penuh getar
pada ujung lidah
mungkin ayah punya cita
kelak aku mampu beri getar
pada dunia yang kian menggelepar
dan, tiga getar
yang telah ayah gurat
pada tubuhku
pada langkahku
pun pada takdirku
lantas dengan apa aku
hendak menolak semua itu ?
dan, tiga getar
yang telah aku punya
mungkin telah beri getar
pada sumsummu
pada jantungmu
pun pada lidahmu
dan, tiga getar
yang telah aku punya
tak hendak buatmu menggelepar
sungguh tak ada niatku
inginku satu,
mengamini doa ayahku
(1 Januari 2010)
yang telah digurat ayah
sebagai tanda lahirku ke dunia
penuh getar
pada ujung lidah
mungkin ayah punya cita
kelak aku mampu beri getar
pada dunia yang kian menggelepar
dan, tiga getar
yang telah ayah gurat
pada tubuhku
pada langkahku
pun pada takdirku
lantas dengan apa aku
hendak menolak semua itu ?
dan, tiga getar
yang telah aku punya
mungkin telah beri getar
pada sumsummu
pada jantungmu
pun pada lidahmu
dan, tiga getar
yang telah aku punya
tak hendak buatmu menggelepar
sungguh tak ada niatku
inginku satu,
mengamini doa ayahku
(1 Januari 2010)
semiotika cinta
bila sebuah kata tereja
dari bibirku
terdengar beda makna
pada telingamu
lantas semua ini salahku atau salahmu ?
begitu kau tanya aku
tak ada yang salah, sayang...
ikuti saja hukum semiotika
begitu jawabku
dan, bila komunikasi cinta
telah berbeda makna
lebih baik, kita sudahi saja
daripada kita saling siksa jiwa
bukan begitu, sayang ?
(31 Desember 2009)
dari bibirku
terdengar beda makna
pada telingamu
lantas semua ini salahku atau salahmu ?
begitu kau tanya aku
tak ada yang salah, sayang...
ikuti saja hukum semiotika
begitu jawabku
dan, bila komunikasi cinta
telah berbeda makna
lebih baik, kita sudahi saja
daripada kita saling siksa jiwa
bukan begitu, sayang ?
(31 Desember 2009)
doa desember
setiap Natal tiba,
kau selalu percaya
Paman Santa bawa cinta
sebagai kado bagi kita berdua
setiap pergantian tahun tiba,
kau tak pernah lupa berdoa
dalam kapel gereja untuk setia
pada cerita cinta dua anak manusia
yang tak jua sempurna
pada setiap akhir doa,
kau selalu bertanya pada pendeta :
apa cinta ini sebuah dosa, Bapa ?
dan, kau selalu dapat jawaban sama
diam, tanpa sepatah kata
(31 Desember 2009)
kau selalu percaya
Paman Santa bawa cinta
sebagai kado bagi kita berdua
setiap pergantian tahun tiba,
kau tak pernah lupa berdoa
dalam kapel gereja untuk setia
pada cerita cinta dua anak manusia
yang tak jua sempurna
pada setiap akhir doa,
kau selalu bertanya pada pendeta :
apa cinta ini sebuah dosa, Bapa ?
dan, kau selalu dapat jawaban sama
diam, tanpa sepatah kata
(31 Desember 2009)
satu doa, selamanya
satu doa,
untukmu yang setia
Tuhan mengasihimu selalu,
meski tanpa aku di sisimu
(31 Desember 2009)
untukmu yang setia
Tuhan mengasihimu selalu,
meski tanpa aku di sisimu
(31 Desember 2009)
mengaduk gundah
setelah puas mengaduk,
kau hanya diam terduduk
sedang aku tertunduk
dalam gundah yang tak jua takluk
(30 Desember 2009)
kau hanya diam terduduk
sedang aku tertunduk
dalam gundah yang tak jua takluk
(30 Desember 2009)
hanya berbagi
1
kau pinta cinta
dan, aku beri kau cinta
2
kau pinta sayang
dan, aku beri kau sayang
3
kau pinta rindu
dan, aku beri kau rindu
4
kau pinta kasih
dan, aku beri kau kasih
5
kau bilang aku tak setia
dan, aku bilang kau pun tak setia
6
kau bilang tak setiamu wajar
dan, aku bilang tak setiaku pun bukan dosa
aku ingin berbagi saja
sama rata sama rasa
seperti kau bilang dulu
(30 Desember 2009)
kau pinta cinta
dan, aku beri kau cinta
2
kau pinta sayang
dan, aku beri kau sayang
3
kau pinta rindu
dan, aku beri kau rindu
4
kau pinta kasih
dan, aku beri kau kasih
5
kau bilang aku tak setia
dan, aku bilang kau pun tak setia
6
kau bilang tak setiamu wajar
dan, aku bilang tak setiaku pun bukan dosa
aku ingin berbagi saja
sama rata sama rasa
seperti kau bilang dulu
(30 Desember 2009)
aku ingin pulang, padamu
: rsi
ingin aku pulang
pada ruang hatimu yang lapang
ingin aku pulang
pada ruang jiwamu yang indah
ingin aku pulang
pada teduh matamu yang sejuk
ingin aku pulang
pada rengkuh pelukmu yang hangat
ingin aku pulang
pada lembut jemarimu yang lentik
ingin aku pulang
pada kokoh bahumu yang bidang
ingin aku pulang
hanya padamu, belahanku
(30 Desember 2009)
ingin aku pulang
pada ruang hatimu yang lapang
ingin aku pulang
pada ruang jiwamu yang indah
ingin aku pulang
pada teduh matamu yang sejuk
ingin aku pulang
pada rengkuh pelukmu yang hangat
ingin aku pulang
pada lembut jemarimu yang lentik
ingin aku pulang
pada kokoh bahumu yang bidang
ingin aku pulang
hanya padamu, belahanku
(30 Desember 2009)
tentang resah kita
menunggu nyata
sebuah doa
yang setia terucap
dari bibir yang basah
pun laku tanpa lelah
itu saja
(30 Desember 2009)
sebuah doa
yang setia terucap
dari bibir yang basah
pun laku tanpa lelah
itu saja
(30 Desember 2009)
missing me
aku rindu diriku yang dulu,
bebas terbang tanpa benang
mengikat kedua sayapku
aku rindu diriku yang dulu,
entah di mana aku kehilanganmu
di antara hati yang terserak
di antara tawa yang tergelak
sungguh,
aku rindu diriku yang dulu
entah kapan aku bertemu denganmu kembali
seperti waktu itu,
terbang dengan kedua sayapku
sesuka hatiku
(30 Desember 2009)
bebas terbang tanpa benang
mengikat kedua sayapku
aku rindu diriku yang dulu,
entah di mana aku kehilanganmu
di antara hati yang terserak
di antara tawa yang tergelak
sungguh,
aku rindu diriku yang dulu
entah kapan aku bertemu denganmu kembali
seperti waktu itu,
terbang dengan kedua sayapku
sesuka hatiku
(30 Desember 2009)
fuck you !!!
di negeriku,
perempuan tak boleh bertingkah macam-macam
perempuan tak boleh berkata macam-macam
agar citra diri tidak terancam jadi perempuan malam
di negeriku,
perempuan harus menata laku
perempuan tak boleh terlalu banyak tahu
agar perempuan tak jadi perawan yang tak laku-laku
di negeriku,
perempuan harus pandai membawa diri
perempuan tak perlu sekolah terlalu tinggi
agar perempuan tak mengancam wibawa suami
begitu pesanmu padaku
sebelum aku berlalu dari pandangmu
dan, aku bilang padamu
persetan dengan semua laranganmu
tak hendak aku hidup dalam sangkar emasmu
atau jadi ratu dalam kerajaanmu
dengan menukar kebebasanku
tidak akan pernah, sayang
(29 Desember 2009)
perempuan tak boleh bertingkah macam-macam
perempuan tak boleh berkata macam-macam
agar citra diri tidak terancam jadi perempuan malam
di negeriku,
perempuan harus menata laku
perempuan tak boleh terlalu banyak tahu
agar perempuan tak jadi perawan yang tak laku-laku
di negeriku,
perempuan harus pandai membawa diri
perempuan tak perlu sekolah terlalu tinggi
agar perempuan tak mengancam wibawa suami
begitu pesanmu padaku
sebelum aku berlalu dari pandangmu
dan, aku bilang padamu
persetan dengan semua laranganmu
tak hendak aku hidup dalam sangkar emasmu
atau jadi ratu dalam kerajaanmu
dengan menukar kebebasanku
tidak akan pernah, sayang
(29 Desember 2009)
bukan puisi cinta
esok pagi,
aku datang ke kotamu
bukan untuk menemuimu
dan tak perlu kau jemput aku
di stasiun kereta itu
sungguh,
tak perlu kataku
karena aku bukan lagi perempuanmu
sejak kau tikam punggungku
hari ini, tepat setahun lalu
esok pagi,
di stasiun kereta itu
hanya akan kau temui
seorang perempuan, yang enggan memandangimu lagi
esok pagi,
dan hari-hari setelahnya
kau hanyalah mantan calon menantu
yang diidamkan orangtuaku,
bukan aku
bagiku,
kau hanya seorang playboy cap tengu
yang tak punya malu,
dan tak perlu kau berharap kembali padaku
maaf, tak ada lagi tempatmu dalam ruang hatiku
(29 Desember 2009)
aku datang ke kotamu
bukan untuk menemuimu
dan tak perlu kau jemput aku
di stasiun kereta itu
sungguh,
tak perlu kataku
karena aku bukan lagi perempuanmu
sejak kau tikam punggungku
hari ini, tepat setahun lalu
esok pagi,
di stasiun kereta itu
hanya akan kau temui
seorang perempuan, yang enggan memandangimu lagi
esok pagi,
dan hari-hari setelahnya
kau hanyalah mantan calon menantu
yang diidamkan orangtuaku,
bukan aku
bagiku,
kau hanya seorang playboy cap tengu
yang tak punya malu,
dan tak perlu kau berharap kembali padaku
maaf, tak ada lagi tempatmu dalam ruang hatiku
(29 Desember 2009)
esok pagi, tak perlu kau jemput aku
esok pagi,
aku datang ke kotamu
bukan untuk menemuimu
dan tak perlu kau jemput aku
di stasiun kereta itu
sungguh,
tak perlu kataku
karena aku bukan lagi perempuanmu
sejak kau tikam punggungku
hari ini, tepat setahun lalu
esok pagi,
di stasiun kereta itu
hanya akan kau temui
seorang perempuan, yang enggan memandangimu lagi
esok pagi,
dan hari-hari setelahnya
kau hanyalah mantan calon menantu
yang diidamkan orangtuaku,
bukan aku
bagiku,
kau hanya seorang playboy cap tengu
yang tak punya malu,
dan tak perlu kau berharap kembali padaku
maaf, tak ada lagi tempatmu dalam ruang hatiku
(29 Desember 2009)
aku datang ke kotamu
bukan untuk menemuimu
dan tak perlu kau jemput aku
di stasiun kereta itu
sungguh,
tak perlu kataku
karena aku bukan lagi perempuanmu
sejak kau tikam punggungku
hari ini, tepat setahun lalu
esok pagi,
di stasiun kereta itu
hanya akan kau temui
seorang perempuan, yang enggan memandangimu lagi
esok pagi,
dan hari-hari setelahnya
kau hanyalah mantan calon menantu
yang diidamkan orangtuaku,
bukan aku
bagiku,
kau hanya seorang playboy cap tengu
yang tak punya malu,
dan tak perlu kau berharap kembali padaku
maaf, tak ada lagi tempatmu dalam ruang hatiku
(29 Desember 2009)
semalam...
semalam…
menghitung detik
pada jam dinding
yang bising
menghitung detak
pada ruang jantung
yang bingung
: menunggumu,
sang pemanah rindu
menemaniku, selalu
(29 Desember 2009)
menghitung detik
pada jam dinding
yang bising
menghitung detak
pada ruang jantung
yang bingung
: menunggumu,
sang pemanah rindu
menemaniku, selalu
(29 Desember 2009)
pelukis dan pencuri
kaulah itu,
yang pernah melukis senyum
pun mengukir tawa
pada sulaman bahagia
yang aku punya
kaulah itu,
yang telah mencuri senyum
pun merampok tawa
dari sulaman bahagia
yang aku punya
kaulah itu,
yang memberi senyumku
pun tawaku padanya
dan, doaku hanya satu :
kau bahagia bersamanya,
selamanya
sembari aku bilang :
sayonara,
semoga kita tak pernah jumpa,
selamanya
(29 Desember 2009)
yang pernah melukis senyum
pun mengukir tawa
pada sulaman bahagia
yang aku punya
kaulah itu,
yang telah mencuri senyum
pun merampok tawa
dari sulaman bahagia
yang aku punya
kaulah itu,
yang memberi senyumku
pun tawaku padanya
dan, doaku hanya satu :
kau bahagia bersamanya,
selamanya
sembari aku bilang :
sayonara,
semoga kita tak pernah jumpa,
selamanya
(29 Desember 2009)
malam itu, ketika kau tanya aku (5)
bagiku,
kau terhebat di antara yang terhebat
kau pun bertanya, bagaimana bisa ?
ya, karena hanya kau yang mampu
memasung hatiku dalam relung hatimu
(28 Desember 2009)
kau terhebat di antara yang terhebat
kau pun bertanya, bagaimana bisa ?
ya, karena hanya kau yang mampu
memasung hatiku dalam relung hatimu
(28 Desember 2009)
de javu
ketika aku bersamamu,
saling memeluk di antara rimbun kayu putih
di depan gereja itu, syahdu
sungguh,
aku alami dejavu yang paling
di antara yang paling
dan membuatku tak mampu lagi berpaling
dari aroma tubuhmu yang tak lagi asing
(28 Desember 2009)
saling memeluk di antara rimbun kayu putih
di depan gereja itu, syahdu
sungguh,
aku alami dejavu yang paling
di antara yang paling
dan membuatku tak mampu lagi berpaling
dari aroma tubuhmu yang tak lagi asing
(28 Desember 2009)
ode untuk kekasihku
mencarimu,
di antara aksara-aksara biru
tak jua aku temui kau di antaranya...
ah, lelahku...
izinkanku istirah di bahumu
dan menggantung busur panahku
dalam ruang hatimu
(28 Desember 2009)
di antara aksara-aksara biru
tak jua aku temui kau di antaranya...
ah, lelahku...
izinkanku istirah di bahumu
dan menggantung busur panahku
dalam ruang hatimu
(28 Desember 2009)
entah mengapa, aku pun tak tahu
entah mengapa,
hatiku bisa sekeras baja
yang membuatku tak mudah percaya
pada embusan cinta
yang kau tiup pada telinga
mungkin lebih baik bagimu,
bila hatiku sekeras batu
karena kau bisa menjelma tetes-tetes air
yang mampu melubangi keras batu
dengan tekunnya rindu
entah mengapa,
aku pun tak tahu
(27 Desember 2009)
hatiku bisa sekeras baja
yang membuatku tak mudah percaya
pada embusan cinta
yang kau tiup pada telinga
mungkin lebih baik bagimu,
bila hatiku sekeras batu
karena kau bisa menjelma tetes-tetes air
yang mampu melubangi keras batu
dengan tekunnya rindu
entah mengapa,
aku pun tak tahu
(27 Desember 2009)
tak perlu lagi kau tanya
hatiku telah terserak,
entah di mana
tubuhku telah tergeletak,
entah di mana
tak perlu lagi kau tanya,
mungkin hati dan tubuhku
telah jadi makanan
bagi anjing-anjing geladak
yang gila hormat dan kekuasaan
tak perlu lagi kau tanya,
karena tak akan aku jawab
segala tanyamu sia-sia
tak perlu lagi kau tanya,
karena aku lebih suka menutup mulut
demi kalian, para pengecut
yang gemar obral mulut
(27 Desember 2009)
entah di mana
tubuhku telah tergeletak,
entah di mana
tak perlu lagi kau tanya,
mungkin hati dan tubuhku
telah jadi makanan
bagi anjing-anjing geladak
yang gila hormat dan kekuasaan
tak perlu lagi kau tanya,
karena tak akan aku jawab
segala tanyamu sia-sia
tak perlu lagi kau tanya,
karena aku lebih suka menutup mulut
demi kalian, para pengecut
yang gemar obral mulut
(27 Desember 2009)
setelah ini apa lagi ?
setelah rindu,
apa lagi hendak kau
tulis dalam ruang hatiku ?
setelah cinta,
apa lagi hendak kau
tulis dalam hitam mataku ?
(27 Desember 2009)
apa lagi hendak kau
tulis dalam ruang hatiku ?
setelah cinta,
apa lagi hendak kau
tulis dalam hitam mataku ?
(27 Desember 2009)
Langganan:
Postingan (Atom)