menghirup malam romansa
dalam aroma bunga dan dupa
sembari menatap hangat tatap mata
pun senyum penuh pesona
darimu, lelaki magenta
dan, satu sudut hati bicara
duh, tatap matamu itu
serupa pemantik bagi lentera jiwa,
yang sempat padam pada badai lalu
sedang lengkung senyummu itu
serupa rintik hujan bagi ladang jiwa,
yang terserang kemarau pada musim lalu
sedang sudut hati yang lain bicara,
ah, ini sekadar nostalgia
sebab ia telah terikat janji suci
dengan seorang bidadari hati,
yang setia menunggu hadirmu
lelaki magenta, sang belahan jiwa
dan, aku memilih beranjak pergi
sembari berharap kau tak pernah tahu
bila ada sebentuk hati pernah memujamu
pada masa mudamu
sebab aku telah bahagia
dengan melihatmu bahagia
dalam surga kecilmu, lelaki magenta
(18 Februari 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar