Kamis, 04 Februari 2010

kita berbeda. dan, itu tak mengapa.

kita berbeda. dan, itu tak mengapa. bukan sebuah dosa, bila kita berbeda. tak perlu kita dengar mereka, yang mulutnya berbusa bicara tentang dosa manusia. sedang mereka sendiri adalah pendosa dalam kubangan yang paling hina. menjual dogma serupa anjing gila membabi buta. bagaimana tidak? mulut-mulut mereka tak henti mencecar dogma. sedang tangan-tangan mereka tetap saja mengambil yang bukan milik mereka. dan, kaki-kaki mereka tetap saja tak berpindah dari kompleks lokalisasi.

kita berbeda. dan, itu tak mengapa. saling melengkapi, itulah seni. serupa kaki, selalu ada kanan dan kiri. pun serupa tangan, selalu ada kanan dan kiri. serupa ruang jantung, selalu ada bilik dan serambi. pun serupa paru-paru, selalu ada kanan dan kiri. serupa ginjal, selalu ada kanan dan kiri.

kita berbeda. dan, itu tak mengapa. dan, itu yang membuat kita ada. mungkin saja jadi sebuah fenomena, yang tak terbantahkan dunia. karena kita adalah manusia yang punya rasa. bukan mesin buatan pabrik yang kembar identik. jadi, biarkan saja mulut-mulut mereka saling membisik. pun tangan-tangan mereka saling menggelitik. atau mata-mata mereka saling melirik. dan, kita tetap tak terusik. menisik mimpi jadi sebuah sulaman unik, yang kelak kita simpan dalam bilik hati. hingga hitungan usia tak jadi milik kita lagi.

Tidak ada komentar: