Kamis, 04 Februari 2010

aku paham, aku pergi

tak pernah kutanam
bibit benci di palung terdalam
meski hitam matamu tak henti menghujam
penuh benci yang sembunyi di balik senyuman

sayangnya, aku sungguh paham
segala benci yang kau tanam
adalah racun terhitam yang harus kutelan
demi anak yang akan kau lahirkan

sayangnya, aku sungguh paham
pada segala rasa bencimu itu
karena aku punya hati yang mampu merasa bencimu itu
di ujung lidahku yang kian kelu

sayangnya, aku sungguh paham
pada segala tanda yang kau kirim padaku
lewat jari tengahmu yang kau acungkan di depan wajahku
karena aku tidak buta
untuk bisa mencerna segala tanda

sayangnya, aku sungguh paham
bila uluran persahabatan
yang aku ulurkan tulus padamu
telah kau balas dengan segala caci maki dan benci
pada sudut hati terdalamku

aku punya hati, aku paham telah kau benci
aku tidak buta, aku paham semua tanda
maafkan aku, tak hendak kupinta maaf padamu
aku hanya ingin ucapkan terima kasih atas segalanya
pun pada racun terhitam
yang harus kutelan malam itu


(21 Januari 2010)

Tidak ada komentar: