perempuan lugu,
yang tak pernah memoles gincu
pada bibir tipisnya yang merah dadu
perempuan lugu,
yang selalu menunduk di hadapanmu
pun tak punya nyali memandang matamu
perempuan lugu,
yang lebih gemar membaca buku
di antara riuh mulut teman-temanmu
perempuan lugu,
yang diam-diam telah mencuri hatimu
pun membuatmu menunggu dalam ribuan malam sunyimu
perempuan lugu,
yang hadir kembali di hadapanmu
melukis senyum pelangi pada lengkung bibirmu
perempuan lugu,
siapa gerangan dirimu ?
begitulah tanyamu, waktu itu
(8 Februari 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar