Rabu, 29 Juli 2009

rengganis

tak pernah henti ku cari artimu, rengganis....

tak pernah henti ku bertanya mengapa ayah memberiku nama rengganis....

ayah, doa yang kau berikan lewat nama itu memang manis, semanis kepak rengganis.

ayah, harap yang kau tanam padaku begitu berat, hingga ku merasa terbenam dalam harap yang kian sarat.

ayah, rengganis itu memang selalu manis seperti pujian yang kerap diberikan orang jika melihatnya, berlompatan dan berkicau selalu dalam sangkarnya.

tapi, ayah, tahukah kau bahwa rengganis itu juga sadis ? bukan pada orang lain, melainkan sadis pada diri sendiri. bengis pada nurani sendiri, kejam dan keras dalam menempa diri sendiri.

ayah, telah ku baca puluhan naskah tentang rengganis, menurutku dia memang perempuan manis, tapi berakhir tragis.

rengganis itu seorang putri yang turun ke bumi, menghisap sari-sari bunga di taman seorang raja, yang kelak menyandingnya sebagai belahan jiwa. karena hanya lewat sari bunga, rengganis tetap bisa menghirup hawa dunia.

rengganis itu seorang putri, yang tak pernah mengizinkan lelaki manapun untuk menyentuhnya, sebelum lelaki itu menjadi suaminya. karena ia sangat sadar dirinya amat berharga, seperti mutiara yang tak ternilai harganya.

rengganis itu seorang putri, yang dengan penuh kesadaran mencari sendiri seorang madu bagi suaminya, seperti sumbadra mencari madu bagi arjuna.

rengganis itu seorang putri, yang moksa dalam sebuah gua di akhir hidupnya.

ayah, kisah inikah yang selalu membuatmu bangga ?
ayah, kisah inikah yang selalu membuatmu berkata: "putri ayah tak boleh lelah, putri ayah tak boleh kalah" ?

ah, entahlah....
rengganis kadang terdengar indah serupa anugerah atau kadang tercium racun serupa kutukan.

rengganis itu liris yang kadang terdengar miris dalam tiris teritis di tengah gerimis dalam kisah romantis.



- 28 Juni 2009 -

Tidak ada komentar: