- untuk yogya -
ah, kota ini makin gerah....
makin asing dengan segala bising.
makin menggebu dengan segala abu dan debu.
makin jengah dengan segala tingkah polah.
makin sombong dengan segala bohong.
makin kumal dengan segala mal.
ah, ke mana kota itu ?
kota yang dulu selalu terindu dengan segala sendu.
kini, menjelma semu.
kota yang dulu selalu terjamah dengan segala ramah.
kini, menjelma serapah.
ah, kota itu telah penuh terjejal....
segala mal berdiri dengan megah bersanding terjal dengan rakyat yang kian susah.
segala diskotik berdiri mewah bersanding terbalik dengan rakyat yang kian resah.
ah, ke mana yogya tercinta ?
kota yang pernah membesarkanku dengan segala nilai tentang saling peduli dan menghargai.
kota yang pernah mendidikku dengan segala norma tentang saling mengasihi dan mencinta.
ah, kota itu telah ditelan bumi....
berganti dengan segala modernisasi tanpa henti di sana-sini.
berganti dengan segala modernisasi yang nyaris tanpa nurani.
ah, siang ini....
di perempatan itu ku lihat kembali gadis kecil sibuk memungut belas kasih dari segala mobil dan motor dengan sehelai kain kotor.
ah, siang ini....
di perempatan itu ku lihat kembali jejaka kecil tergeletak dalam damai tidur siang di atas trotoar menunggu sang ibu menawarkan harian pagi dengan wajah tawar.
ah, siang ini....
di perempatan itu ku lihat seorang lelaki renta terduduk lemah dengan wajah lelah.
dan, aku hanya bisa melihat itu semua dengan airmata tertahan. tanpa daya, tanganku belum mampu meraih mereka.
ah, siang ini....
di perempatan itu, ku rasa aku telah berdosa pada mereka.
ah, ku hanya mampu beri lembar-lembar terakhir dalam dompet untuk mereka. lembar-lembar yang mungkin tak membuat mereka bahagia. lembar-lembar yang hanya bisa bantu mengganjal perut mereka malam ini, entah esok hari.
Tuhan, lebarkan sayapku agar kelak ku bisa merengkuh mereka dalam dekapanku....
- 19 Juni 2009 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar