: dan, luka itu masih merah
suatu ketika, pernah ku punya seorang mahasiswa. ternyata, ia seorang pecandu narkoba. ku tahu itu sejak mula, ketika kita bertatap mata.
ketika keluarga dan teman-temannya tak pernah menaruh curiga. dan, aku mencoba menariknya dari jurang narkoba, dengan menjadi teman baginya.
ah, dia masih muda. rela menyabung nyawa demi nikmat cumbuan si narkoba. ketika itu, aku pun masih muda. kita sebaya, dan aku tak rela dirinya ada dalam pelukan narkoba.
ku dekati dirinya, menjamah hatinya dengan kasih dan percaya padanya bahwa ia sanggup berubah. seperti janji yang diucapkan mulutnya ketika ku pergoki dirinya dalam toilet sedang menikmati narkoba dalam aliran darahnya.
hingga suatu ketika, ku pergoki ia mencuri isi dompetku pula, demi si keparat narkoba. masih juga ku beri maaf padanya, memberinya kesempatan kedua. dan, tak lelah ku coba membimbingnya kembali agar ia lepas dari dekapan si narkoba.
sayang, ia telah benarbenar terbius pesona narkoba. hingga airmata sang bunda pun tak mampu membuatnya pergi dari rayuan si keparat narkoba.
ah, aku bukan siapasiapa. hanya seorang teman yang ingin membantunya lepas dari dekapan si narkoba.
hingga suatu ketika, ia benarbenar membuat amarahku meledak, membuatku menjadi perempuan tolol di depan para kolega kerja dan teman-teman mahasiswa. dalam pengaruh bius narkoba, mulutnya menceracau bahwa aku adalah kekasih hatinya. dan, mulut kotornya menceracau bahwa aku juga telah ditidurinya.
bah, parahnya para kolega kerja dan teman-teman mahasiswa lebih percaya pada mulut nistanya.
atas dasar apa kalian percaya ???
hanya TUHAN yang MAHATAHU, seujung rambutku pun tak bisa disentuhnya. aku adalah perempuan yang sangat paham batasan norma yang kalian gubah dan sembah.
ah, niat baikku telah dikotori oleh katakata kotornya. katakatanya amat tak senonoh. cibiran dan cemooh para kolega kerja. cibiran dan cemooh kalian amat heboh. kasak-kusuk para mahasiswa. kasak-kusuk kalian amat bodoh.
tahukah kalian ? apa yang kalian lakukan padaku telah membuat hatiku terluka, amat terluka.
dan, maaf hatiku masih terluka. selama ia masih di sana, tertawa bahagia dan belum menerima karma.
dan, maaf hatiku masih sangat terluka. balasan itu pasti ada, meski ia sembunyi hingga ke ujung dunia.
kelak, TUHAN akan bicara dengan caraNYA, pada orangorang yang telah membuatku terluka dengan lidahlidah berbisa mereka. aku percaya keadilan TUHAN itu ada.
dan, itulah karma.
- 8 Juli 2009 -
* pengabdian dari Madiun: September 2005 - Juli 2006 *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar