memandang purnama
dari beranda
dan kita memandang purnama
yang sama
meski di tempat berbeda
dan kita memandang purnama
yang sama
meski rindu kita berbeda
dan kita memandang purnama
yang sama
dengan jengah yang sama
dengan luka yang sama
dan kita memandang purnama
yang sama
meski kita lagi saling bicara
dan kita memandang purnama
yang sama
meski ingkar telah berbicara
pada kita
(4 Oktober 2009)
2 komentar:
Terima lah dengan senyuman. Karena cinta tak harus memiliki. Biar waktu yang mengaturnya. Rasa, pancarannya akan menuntunmu untuk bersatu. Kelak. Di lain waktu.
puisi ini bukan tentang orang yang telah meludah dan memutarbalikkan fakta di hadapanmu. dia boleh cerita dalam versinya, seolah aku yang mengejarnya. silakan saja. karena memang bukan aku yang mulai membakar api dalam kurusetra.
Posting Komentar