: untukmu, yang mencintai gunung
masih ku lihat jengah
masih ku lihat lelah
dalam setiap aksara terdedah
marahmu pada kisah tentang entah
masih terbaca jelas, meski ia telah berlalu
serupa angin tak pernah kembali
dendammu tak sudah pada ayah
masih terasa kelu, mengalir dalam darahmu
tak pernah menguap dalam setiap tanda serumu
entah sampai kapan
akan terus kau simpan
jengahmu pada kisah tentang entah
marahmu pada dendam tak sudah
kau tak pernah tahu
jengahmu itu, lelahku
selalu mendesah dalam ruang hatiku
marahmu itu, denyutku
selalu menderu dalam mesin tubuhku
pergilah jengah
pergilah marah
tidakkah kau lelah ?
(31 Oktober 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar