masih ada desir hangat yang mengalir dalam tubuhku
ketika ku dengar suaramu di ujung sana, meski tidak di telingaku.
masih ada debar riuh yang berdentum di dalam jantungku
ketika ku dengar kabar tentangmu, meski tidak dari mulutmu.
maaf, aku tak ingin desir hangat itu membakarku kembali
seperti pernah kau lakukan padaku dulu.
maaf, aku tak ingin debar riuh itu memukulku terlalu keras
seperti pernah kau lakukan padaku dulu.
pintaku hanya satu,
tetaplah di tempatmu, tak perlu lagi mendekat padaku
aku telah membersihkan puing-puing hatiku yang telah kau tinggal berserakan dulu
dan, aku tak ingin kau membuatnya berserakan kembali dengan semua bualanmu.
tetaplah di tempatmu,
dan, aku akan tetap di tempatku
tetaplah di tempatmu,
dan, kita berjalan di jalur masing-masing.
tetaplah di tempatmu,
karena aku tak ingin menyakitimu dengan belatiku.
- 2 Januari 2009 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar