ketika penat merambat
kau berikan aku sebuah maklumat
sebuah pilihan yang terlalu sulit amat
untuk dicerna, meski lamatlamat kalimat itu tetap memberat
di antara pelupuk mata yang kian berat
di antara ruang jantung yang berdetak kian melambat
aku hanya ingin istirahat
dengan amat sangat
tubuhku kian penat
otakku kian sarat
mataku kian berat
jemariku kian lambat
ketika pilihan itu membuatku sekarat
aku hanya ingin istirahat
tak ingin kembali bermain-main dengan urat
atau mendengar damprat
yang sempat terlewat
aku hanya ingin istirahat
penat
penat
penat
kian merambat ke setiap jaringan urat
aku hanya ingin istirahat
pergilah
terbanglah
dan, biarkanku menghapus lelah
sendiri
- 16 Agustus 2009 -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar