Senin, 21 Desember 2009

sebuah pesta biasa, katamu

aku terjebak. dalam sebuah perjamuan hura-hura. penuh sanjung puja pura-pura. dan, topeng-topeng dusta para penjilat kuasa. ah, bagaimana aku bisa terjebak ? gumamku. mungkin aku terbius dan mabuk, hingga seseorang menjebakku di sini. jebakan sempurna, di antara tubuh-tubuh telanjang, begitu seseorang di sebelahku berkata.

perempuan bertubuh indah, melintas di depan mata semua. membuat gerah segala syahwat. maaf, aku tak hendak menghujat, tentang siapa yang laknat. tentang siapa yang bejat. kalian, para penjilat. atau kau, pengumbar aurat. keluarkan aku dari situasi keparat ini segera, pintaku padamu, sang pelukis berwajah bengis.

dan, sang pelukis pun menelanjangi tubuhmu dengan mata binalnya. menelusuri lekuk tubuhmu dengan kuas asmara dan cat romansa. mencumbui tubuhmu serupa kanvas cinta. ah, kau begitu indah, begitu sang pelukis berkata. pada sebuah perjamuan hura-hura, penuh sanjung puja pura-pura. dan, topeng-topeng dusta para penjilat kuasa.

perempuan bertubuh indah, melintas di depan mata. menggamit mesra wajahku yang biasa. dan, aku hanya tertunduk. kau bertanya, mengapa aku tunduk ? memandangmu pun aku tak punya nyali. kau terlalu sempurna, gumamku. siapakah aku ? seorang pengukir kata, yang dipandang sebelah mata. tak punya masa depan, begitu mereka biasa meludahku. dan, aku hanya akan menelanjangimu lewat ukiran kata. mencumbui tubuhmu pada ujung pena. menikmati tubuhmu hanya dalam benak.

perempuan bertubuh indah. menggamit mesra lenganku. menuntunku dekat pada tubuhmu. menuntun hidungku mencium aromamu. dan, aku hilang. melayang ke awang-awang. menemukan tubuhku telanjang, di atas ranjang. di bawah sinar mentari, yang telah bertandang.

kalian binatang !!! binatang-binatang jalang !!! dan, suaraku terbang bersama sayap-sayap udara. pada pagi yang penuh nista.



(21 Desember 2009)

Tidak ada komentar: