cangkir pertama,
untukmu, yang syahdu
dalam puja novena
setia membasah bibirmu
cangkir kedua,
untukmu, yang lugu
embusan angin lalu
setia dalam sujudmu
cangkir ketiga,
untukmu, yang lucu
dalam ngungunmu
berbalut gelak tawamu
cangkir keempat,
untukmu, yang candu
dalam resah gundahmu
terbungkus pekat asapmu
empat cangkir teh
telah terhidang untukmu
pada jingga senja
tanpa dusta, tanpa luka
lukis saja tawa dalam cinta
tak hendak kutangisi
masa laluku, pun masa lalumu
terlalu sayang untukku,
melukis biru atau ungu
pada airmatamu
(22 Desember 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar