Selasa, 22 Desember 2009

empat cangkir teh, untukmu

cangkir pertama,
untukmu, yang syahdu
dalam puja novena
setia membasah bibirmu

cangkir kedua,
untukmu, yang lugu
embusan angin lalu
setia dalam sujudmu

cangkir ketiga,
untukmu, yang lucu
dalam ngungunmu
berbalut gelak tawamu

cangkir keempat,
untukmu, yang candu
dalam resah gundahmu
terbungkus pekat asapmu

empat cangkir teh
telah terhidang untukmu
pada jingga senja
tanpa dusta, tanpa luka
lukis saja tawa dalam cinta

tak hendak kutangisi
masa laluku, pun masa lalumu
terlalu sayang untukku,
melukis biru atau ungu
pada airmatamu



(22 Desember 2009)

Tidak ada komentar: