malam ini, aku menjelma peri. mengunjungi mimpi lelaki-lelaki, sembari menikmati melati. sang peri hanya tersenyum geli, mendengar seorang lelaki berkisah tentang diri dalam sebuah mimpi di malam sunyi : telah aku daki gunung tinggi, telah aku seberangi laut mati, telah aku bangun seribu candi, telah aku tulis seribu puisi hati, dan menjadi pujaan seribu hati demi mendapatkan hati sang peri.
lelaki itu bertanya pada sang peri, apalagi harus aku lakukan demi bersanding denganmu, sang peri ?
dengan santai, sang peri menjawab : tak perlu kau menjadi pujaan seribu hati, tak perlu kau menulis seribu puisi hati, tak perlu kau membangun seribu candi, tak perlu kau seberangi laut mati, tak perlu kau daki gunung tinggi bila kau hanya ingin unjuk gigi demi sebuah sanjung-puji dan menjadikanmu berbangga diri pada godaan-godaan duniawi.
dengan santai, sang peri menjawab : tak perlu kau disanjung sebagai pahlawan di panggung bingung, bahkan kau tak memahami hatimu linglung. bila kau ingin bersanding denganku, cukuplah menjadi pahlawan hatiku. cukuplah menjadi lelaki sejati, bukan sekadar banci, yang gemar bermain hati dengan membakar diri dalam sanjung-puji.
dan, sang peri pergi. meninggalkan sang lelaki. termenung sendiri
(1 November 2009)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar