ada banyak cerita berlarian dalam ruang ingatan. tentang episode-episode biru dan kelabu di pelataran rindu. tentang episode-episode lila dan jingga di kebun bunga menjelang senja. kadang aku melipat cerita itu satu demi satu. dan menyimpannya dalam lembar-lembar ingatan. kadang aku mengajak mereka tertawa bersama di beranda, selepas senja. kadang aku meminta mereka duduk tenang di ruang ingatan. ketika malam telah memelukku diam-diam.
ah, terlalu susah meminta mereka duduk tenang di ruang ingatan. mereka berlarian. mereka berlompatan. saling berlomba unjuk diri. bahkan ketika malam telah memelukku diam-diam. mereka masih saja menjengukku. satu demi satu. episode biru bergandeng tangan dengan episode jingga. ah, mereka begitu mesra. hingga mata tak mampu terpejam. meski hitam telah bercumbu dengan malam.
sebentar pagi tiba, episode lila bercinta dengan episode kelabu. tersenyum dalam bayangan cermin. mengganggu pagi yang mungkin telah layu. sebab hujan telah lama tak menjenguk pagi. sebab hujan telah memilih berselingkuh dengan siang. ketika episode hijau datang diam-diam memagut sunyi langkah-langkah kaki. sebab telah lama mereka berjalan sendiri di antara debu-debu yang mencumbu ujung sepatu.
ketika senja kembali bercengkerama, mereka masih saja berlompatan. mereka masih saja berlarian. bahkan ketika busur melepaskan panah waktu, mereka masih setia menghuni ruang ingatan. bermain ayunan dan luncuran serupa anak-anak bermain di taman. anak-anak yang enggan menjadi dewasa. ah, biarlah mereka enggan menjadi dewasa. sebab mereka adalah tunas diri hari ini. terus tumbuh meski harus berpeluh-peluh mengejar mentari, yang juga tak lelah berlari. dari pagi hingga pagi menjenguk kembali. lagi dan lagi.
(30 November 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar