Sabtu, 05 Februari 2011

perempuan bermulut belati yang datang ke rumahku pagi-pagi

pada sebuah pagi buta, seorang perempuan datang di beranda. mengetuk pintu rumahku, yang biru. perempuan cantik dengan mulut belati. telah datang pagi-pagi. memaki tanpa henti bahwa aku telah merebut lelaki, sang pujaan hati.

SORRY, kataku dengan nada tinggi. siapa yang tidak akan emosi bila mendapat hantaran sepiring maki pagi-pagi. bukan aku yang merebut itu lelaki. sebab aku tidak pernah memberi hati apalagi janji pada itu lelaki. ia datang sendiri tanpa permisi.

kau bilang lelaki itu menyimpanku dalam benaknya. lantas itu salah siapa? kau bilang itu salahku. sebab aku pernah melintas di beranda hatinya. dan bayanganku tertinggal di dalamnya. lantas itu salah siapa? tanya saja pada udara, itu salah siapa.

SORRY, kali ini tidak dengan nada tinggi. aku tidak tertarik pada itu lelaki. apalagi menjadi penghuni benaknya. atau simpanannya. sebab aku bukan siapa-siapa di antara kalian berdua. bila kau masih bertanya itu salah siapa? tanya saja pada udara. mungkin saja ia punya jawabannya.

kau bilang kalian akan menikah bulan depan. dan memintaku enyah dari pandangan kalian. agar bayanganku tidak lagi mengganggu benak lelakimu. sebab ia selalu membandingkanmu dengan diriku. sebab di mata lelakimu, aku selalu lebih baik dari dirimu. aku terbahak mendengar kata-katamu, lantas mengapa kau masih saja mau menikah dengannya? tanyaku, yang kau jawab dengan bisu.

SORRY
, kataku terakhir kali. aku bukan benda, yang bisa kau pindah-pindah. pun bukan sampah, yang bisa kau minta enyah demi sebuah pesta nikah. aku manusia, yang punya rasa dan bebas melangkah ke mana saja, suka-suka. bila kau tidak suka, lebih baik kau yang pergi. dan bawa saja lelakimu dengan rantai anjing, yang tersembunyi di balik kuku-kuku tajammu.

aku berlalu dari hadapanmu. sebab tidak ada lagi yang perlu dibicarakan denganmu, perempuan bermulut belati. aku berlalu dan menutup kembali pintu rumahku, yang biru.



(5 Februari 2011)

1 komentar: