hari masih pagi.
cangkir kopi bahkan belum terisi,
sedang kau telah riuh di ujung teleponmu
tentang segala sumpah-janjimu.
hari masih pagi.
maaf, aku tak ingin dengar apapun lagi
dari mulutmu yang mengunyah janji
dan membuangnya dalam kloset esok pagi.
hari masih pagi.
aku sedang membangun mimpi
tentang rumah berpagar putih
milikku sendiri.
hari masih pagi.
lebih baik kau enyah dari pandang mataku
sebab aku tak hendak merindumu lagi.
tak akan pernah!
(17 Juni 2011)
2 komentar:
eh puisinya bagus bagus ya :)
terima kasih, Mbak :)
Posting Komentar