kisah itu tertulis kembali dalam buku catatanmu. ah, mengapa? terulang kisah yang sama padamu, pada kita. aku mencari jawab pada butir-butir matamu. kisah itu, selalu saja terjadi. atas nama bakti dan mukti, meski berujung nyeri. seikat mawar itu, ternyata belukar yang menikam ulu. dan menusuki langkah-langkah kaki.
ya, seikat mawar itu ternyata belukar. tertinggal di beranda.
belukar yang tertinggal di berandaku telah kubuang beberapa tahun lalu. meninggalkan bekas luka. luka yang membuatku ingat mawar itu bukan belukar. pun luka yang membuatku ingat mawar dan belukar punya persamaan. duri-durinya kelak menggores luka dalam buku catatan.
buang saja belukar di berandamu. sekarang. jangan lagi menunggunya tumbuh besar dan membuatmu terkurung dalam belukar. terbunuh, meski kau sadar.
buang saja belukar di berandamu. sekarang. sebab aku sayang padamu.
(5 Juni 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar