aku terlahir ke dunia bersama ribuan titik membalut sekujur pori tubuhku. pun ribuan titik membalut sekujur hatiku. dan, usia tak pernah lelah berjalan meski hanya semalam, pada tubuh biologisku. sayang, usia tak mampu menguasai jiwaku. ia takluk. ia bertekuk lutut melihat langkah jiwaku, yang tak kunjung surut menaklukkan takut. takut yang pernah setia membalut, serupa titik-titik pada sekujur tubuhku.
aku pun beranjak dewasa setiap harinya. dan, titik-titik itu masih saja terserak. meski aku pun tak pernah lelah memungutnya satu demi satu. merangkainya menjadi sebuah gambar indah, yang belum juga selesai hingga nafas ini terhenti. ya, sebuah gambar berjudul kehidupan. kehidupan yang tak takluk oleh deras hujan. pun sengatan mentari di tengah hari.
meski aku bukan lagi remaja belasan. aku masih belajar memahami setiap titik, yang mampir dalam setiap detik. setiap titik yang kadang menggelitik, kadang ingin digelitik. setiap titik yang kadang ganjil, kadang juga genap. setiap titik yang kadang lindap diam-diam di kolong kesadaran.
titik-titik itu masih saja menarik. menarik untuk ditarik menjadi sebuah garis dan gambar. gambar bintang di langit, seperti pernah Ayah ajarkan ketika aku masih kanak-kanak. sayang, aku memilih untuk tak menggambar bintang seperti Ayah ajarkan. hingga ia membuang jauh-jauh diriku dari sisinya.
meski aku telah dibuang. aku masih saja sayang padanya. sebab ia adalah Ayah, yang telah mengajarku menggambar bintang dari sebuah titik pada dirinya. dan, aku masih saja setia menunggunya. menunggu Ayah datang membawa sekantung bintang ketika malam menjelang. sayang, Ayah tak pernah datang menemuiku, si Anak Hilang.
(August 7th, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar