pagi ini aku terbangun dari mimpi. meninggalkan sebuah rumah yang begitu nyaman. berjalan sendiri di lorong panjang dan gelap. tunggu dulu, di depan sana ada sebuah cahaya terang. dan serupa kanak-kanak, aku berlari menuju itu cahaya. aku melihat begitu banyak sekali manusia dengan berbagai bentuk wajah. oval. persegi. bulat. segitiga. dengan satu persamaan: senyum tersungging di bibir mereka. senyum yang begitu mengkilat. serupa mata pisau yang siap menjilat urat leher.
aku tersenyum pada si wajah bulat dan berkulit coklat. dan senyumku pun dibalas senyum olehnya. zrink! tiba-tiba kulihat darah mengalir dari lenganku. darah yang begitu lekat. ternyata senyum itu menggores lenganku.
aku tersenyum pada si wajah oval dan berkulit putih. dan senyumku pun dibalas senyum olehnya. zrink! tiba-tiba darah mengalir dari pelipisku. darah yang begitu beku. ternyata senyum itu menusuk pelipisku.
aku tersenyum pada si wajah persegi dan berkulit kuning. dan senyumku pun dibalas senyum olehnya. zrink! tiba-tiba darah mengalir dari mataku. darah yang begitu mengucur. ternyata senyum itu membutakan mataku.
aku tersenyum pada si wajah segitiga dan berkulit hitam. dan senyumku pun dibalas senyum olehnya. zrink! tiba-tiba darah mengalir dari ulu hatiku. darah yang begitu merdu. ternyata senyum itu menikamku. tepat sasaran. membuatku rebah tanpa nyawa di sebuah beranda.
aku melihat tubuhku tersungkur di depan kalian. si oval. si persegi. si bulat, si segitiga. aku melihat kalian tertawa di atas kematian tubuhku. aku menunggu kalian datang. satu demi satu di pintu rumahku. aku menunggu kalian mendapat satu senyum. senyum keabadian.
(20 April 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar