Oleh: Ririe Rengganis
sudah terlalu banyak dusta terlontar dari bibirmu. sementara aku membaca sekian dusta dari dua matamu itu. sekian dusta lain aku baca dari gerak tubuhmu. sekian dusta yang lain terdengar dalam ratapanmu.
Stop! aku tidak ingin mendengar atau melihatmu lagi di jalanku.
pergi saja ke kamarmu. pergilah ke sudutnya. tidak ada orang lain yang sanggup menyembuhkan penyakitmu itu. mulailah bertanya pada nuranimu: untuk apa kau lakukan semua? bukankah dusta itu penyakit tanpa obat? sebab sebuah dusta akan bersambung dusta yang lain pula. akankah kau hidup bersama dusta selamanya? entah sampai kapan kau sanggup memikul beban dustamu. entah sampai kapan kau sanggup dibelit sulur-sulur dustamu.
ah, satu-satunya hal paling alami yang pernah kutemui itu ternyata kau dan sekian dustamu. benar-benar alami. tanpa bahan pengawet. mudah busuk bila disimpan terlalu lama. maaf, aku tidak sanggup menghirup aroma dustamu lagi.
(21 Maret 2012)